Sunday, July 27, 2025
27.7 C
Jayapura

HIV/AIDS di Papua Tembus 56 Ribu Kasus, CK: Jangan Anggap Remeh!

  Menurutnya, kekosongan program KPA sejak 2019 hingga 2024 menjadi penyebab utama melonjaknya kasus HIV/AIDS. Setelah ia dan timnya mengakhiri masa tugas di KPA pada 2018, kepemimpinan KPA selanjutnya sempat terlibat masalah hukum dan vakum selama lima tahun.

  “Selama periode itu, praktis tidak ada program yang berjalan. Padahal saat saya memimpin, kita berhasil menahan laju penyebaran,” tegasnya.

  Ia juga mengingatkan anak muda untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan aplikasi kencan digital yang dapat memicu perilaku seksual berisiko. Karma mengajak seluruh elemen pemerintah, masyarakat, LSM, gereja, dan tokoh adat untuk bersinergi dalam menanggulangi HIV/AIDS di Papua.

  “Kita hidup di tengah epidemi HIV/AIDS. Jangan anggap remeh. Jaga perilaku, lakukan tes secara rutin. Jika sudah positif, jangan pernah putus obat. WHO baru akan melakukan evaluasi lanjutan pada 2030, tapi kita harus bertindak sekarang,” pungkasnya. (rel/tri)

Baca Juga :  Tambah Libur Fakultatif, Libur di Papua Bisa 30 Hari Lebih

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

  Menurutnya, kekosongan program KPA sejak 2019 hingga 2024 menjadi penyebab utama melonjaknya kasus HIV/AIDS. Setelah ia dan timnya mengakhiri masa tugas di KPA pada 2018, kepemimpinan KPA selanjutnya sempat terlibat masalah hukum dan vakum selama lima tahun.

  “Selama periode itu, praktis tidak ada program yang berjalan. Padahal saat saya memimpin, kita berhasil menahan laju penyebaran,” tegasnya.

  Ia juga mengingatkan anak muda untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan aplikasi kencan digital yang dapat memicu perilaku seksual berisiko. Karma mengajak seluruh elemen pemerintah, masyarakat, LSM, gereja, dan tokoh adat untuk bersinergi dalam menanggulangi HIV/AIDS di Papua.

  “Kita hidup di tengah epidemi HIV/AIDS. Jangan anggap remeh. Jaga perilaku, lakukan tes secara rutin. Jika sudah positif, jangan pernah putus obat. WHO baru akan melakukan evaluasi lanjutan pada 2030, tapi kita harus bertindak sekarang,” pungkasnya. (rel/tri)

Baca Juga :  Welcome Papi Jacko

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya