Saturday, May 3, 2025
28.2 C
Jayapura

Nama Kopi Tua Dikaitkan Dengan Peristiwa di Anggruk dan Pendulangan

Satgas ODC kini menetapkan Yahukimo sebagai zona merah kekerasan bersenjata pasca kaburnya Kopi Tua dari tahanan.

Hal tersebut juga telah diperkuat dengan pernyataan resmi Kapolda Papua Irjen Pol Patrige Renwarin beberapa waktu lalu. Meski demikian, pihak kepolisian tetap optimis akan segera menangkap pelaku-pelaku di balik serangkaian kekerasan ini, termasuk Kopi Tua Heluka.

“Dia pasti berpindah tempat, tapi yakinlah, cepat atau lambat, dia akan tertangkap kembali,” tegas Brigjen Faizal.

Brigjen Faizal juga mengharapkan partisipasi masyarakat dalam membantu aparat mengungkap pelaku kekerasan di wilayah Yahukimo. Ia menegaskan bahwa aparat tidak akan berhenti memburu pelaku sampai mereka ditangkap.

“Contohnya Kopi Tua, dua tahun dia beraksi di Yahukimo, tapi akhirnya kami berhasil menangkapnya. Sekarang kami masih pelajari pergerakannya. Tidak mungkin dia sembunyi di tempat yang sama,” pungkas Faizal.

Baca Juga :  Satu Jadi Tersangka dari Kasus Penembakan Polisi

Sementara Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Yahukimo, Okto Kambue, mendesak aparat Kepolisian untuk segera mengungkap pelaku pembunuhan dan pembacokan terhadap sejumlah guru dan Nakes di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.
Ia menilai pengungkapan ini penting untuk mengetahui aktor di balik aksi kekerasan tersebut.

“Sejak Injil masuk ke Tanah Papua, khususnya di Anggruk pada tahun 1962, wilayah ini dikenal aman dari ancaman Organisasi Papua Merdeka (OPM) maupun tindakan kekerasan lainnya. Kejadian ini sangat mengejutkan dan menimbulkan kecemasan di tengah masyarakat,” kata Okto melalui sambungan telepon kepada Cenderawasih Pos, Senin (28/4).

Okto mengaku khawatir kejadian ini menjadi sinyal bahwa ancaman OPM mulai merambah ke wilayah Anggruk, yang selama ini dianggap kondusif. Untuk itu. Oleh sebanya ia meminta aparat keamanan segera mengungkap siapa pelaku di balik aksi tersebut.

Baca Juga :  Berikan Dokumen Tanah Adat, Kawasan KIPP Dipalang Warga Yang Kontra

“Saya berasal dari Dapil Anggruk, dan lahir besar di anggruk, saya sangat tau daerah ini tidak pernah kenal yang namanya OPM. Oleh sebab itu saya minta aparat keamanan segera mengungkap siapa pelaku di balik kekerasan di Anggruk, supaya jelas apakah benar dilakukan OPM atau ada pihak lain yang mengatasnamakan OPM,” tegasnya.

Satgas ODC kini menetapkan Yahukimo sebagai zona merah kekerasan bersenjata pasca kaburnya Kopi Tua dari tahanan.

Hal tersebut juga telah diperkuat dengan pernyataan resmi Kapolda Papua Irjen Pol Patrige Renwarin beberapa waktu lalu. Meski demikian, pihak kepolisian tetap optimis akan segera menangkap pelaku-pelaku di balik serangkaian kekerasan ini, termasuk Kopi Tua Heluka.

“Dia pasti berpindah tempat, tapi yakinlah, cepat atau lambat, dia akan tertangkap kembali,” tegas Brigjen Faizal.

Brigjen Faizal juga mengharapkan partisipasi masyarakat dalam membantu aparat mengungkap pelaku kekerasan di wilayah Yahukimo. Ia menegaskan bahwa aparat tidak akan berhenti memburu pelaku sampai mereka ditangkap.

“Contohnya Kopi Tua, dua tahun dia beraksi di Yahukimo, tapi akhirnya kami berhasil menangkapnya. Sekarang kami masih pelajari pergerakannya. Tidak mungkin dia sembunyi di tempat yang sama,” pungkas Faizal.

Baca Juga :  Satu Jadi Tersangka dari Kasus Penembakan Polisi

Sementara Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Yahukimo, Okto Kambue, mendesak aparat Kepolisian untuk segera mengungkap pelaku pembunuhan dan pembacokan terhadap sejumlah guru dan Nakes di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.
Ia menilai pengungkapan ini penting untuk mengetahui aktor di balik aksi kekerasan tersebut.

“Sejak Injil masuk ke Tanah Papua, khususnya di Anggruk pada tahun 1962, wilayah ini dikenal aman dari ancaman Organisasi Papua Merdeka (OPM) maupun tindakan kekerasan lainnya. Kejadian ini sangat mengejutkan dan menimbulkan kecemasan di tengah masyarakat,” kata Okto melalui sambungan telepon kepada Cenderawasih Pos, Senin (28/4).

Okto mengaku khawatir kejadian ini menjadi sinyal bahwa ancaman OPM mulai merambah ke wilayah Anggruk, yang selama ini dianggap kondusif. Untuk itu. Oleh sebanya ia meminta aparat keamanan segera mengungkap siapa pelaku di balik aksi tersebut.

Baca Juga :  Pemkab Nduga dan Pihak Gereja Terus Berkomunikasi dengan Kelompok Penyandera

“Saya berasal dari Dapil Anggruk, dan lahir besar di anggruk, saya sangat tau daerah ini tidak pernah kenal yang namanya OPM. Oleh sebab itu saya minta aparat keamanan segera mengungkap siapa pelaku di balik kekerasan di Anggruk, supaya jelas apakah benar dilakukan OPM atau ada pihak lain yang mengatasnamakan OPM,” tegasnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya