Sunday, April 28, 2024
27.7 C
Jayapura

1 Mei, Upaya Perjuangan OAP Masuk NKRI

UPACARA: Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., menerima penghormatan saat menjadi Irup dalam upacara peringatan kembalinya Irian Barat ke pangkuan NKRI Tanggal 1 Mei 2019 di Imbi, Rabu(1/5).( FOTO : Priyadi/Cepos)

JAYAPURA-Perjuangan kembalinya Iran Barat (Papua) ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 1 Mei 1963, bukan merupakan upaya paksa. Tetapi merupakan upaya sendiri rakyat Papua dalam memperjuangkan NKRI dari Merauke sampai Sabang. 

Hal ini disampaikan Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM.,  pada peringatan 1 Mei,  Kembalinya Irian Barat ke Pangkuan NKRI di Imbi, Rabu (1/5). 

Dikatakan, sejumlah OAP (Orang Asli Papua) berjuang keras dalam perjuangan tersebut dan telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional seperti Frans Kaisiepo, Marthen Indey dan Silas Papare, dan Johanes Abraham Dimara. 

 “Apabila masih ada sebagian rakyat Papua yang memiliki persepsi salah tentang hal ini, maka kesempatan ini, saya mengajak seluruh warga Papua khususnya warga Kota Jayapura, agar meluruskan sejarah ini dengan benar. Tugas kita saat ini bukanlah memperdebatkan masalah tersebut. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita berkarya dan bekerja keras mengisi pembangunan di daerah ini ke arah yang lebih baik,” tegasnya. 

Baca Juga :  Desak BPSDM Papua Soal Anggaran Rp 122 M

Peringatan ini menurut Wali Kota Tomi Mano diharapkan menjadi momentum kebangkitan warga dalam membangun kota Port Numbay, agar lebih maju lagi. 

  “Aspirasi dan keinginan orang tua kita hanya ingin Papua menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari NKRI. Semangat kebersamaan dan keberagaman sangat dibutuhkan menghadapi berbagai polemik persoalan kebangsaan dan persoalan masyarakat di daerah yang kita cintai,” tandasnya. 

Senada dengan itu, Komandan Korem 172/PWY Kolonel Inf J. Binsar Parluhutan Sianipar menegaskan bahwa tangal 1 Mei  merupakan hari bersejarah dimana Irian Barat atau Papua kembali ke pangkuan NKRI dan bukan aneksasi. 

“Yang terjadi saat itu adalah dinamika politik antara Indonesi dengan Belanda namun setelah berbagai upaya akhirnya tepat pada 1 Mei Irian Barat kembali ke pangkuan NKRI,” jelas Danrem, Selasa (30/4).

Menurut Danrem, pihak-pihak yang menganggap 1 Mei adalah hari aneksasi, perlu membaca sejarah dengan pikiran jernih supaya tahu betul yang sebenarnya seperti apa. Dimana kembalinya Papua ke pangkuan NKRI sudah sejak thun 1951 namun karena ada tarik ulur dengan pihak Belanda akhirnya baru bisa kembali pada tahun 1961. “Kurang lebih 10 tahun untuk mengembalikan Papua ke NKRI,” ujarnya.

Baca Juga :  Antisipasi Ancaman Gangguan Pilkada

Sejauh ini menurutnya berbagai upaya yang dilakukan oleh Korem 172/PWY untuk merangkul sejumlah kelompok yang masih beda pendapat dengan NKRI.

“Kami terus melakukan upaya komunikasi dan yang menjadi sasaran utama kami adalah generasi muda. Karena mereka merupakan generas bangsa ini. Kita punya harapan besar atas hal ini karena anak muda zaman sekarang berpikir lebih terbuka,”jelasnya.

Danrem mengaku dirinya sering berkomunikasi dengan beberapa intelektual Papua dan mereka juga sependapat dengan hal itu. “Dan hal ini juga yang menjadi peran kita agar generasi muda tersebut paham dau tau yang sebenarnya Papua adalah bagian dari NKRI,” pungkasnya. (dil/kim/nat)

UPACARA: Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., menerima penghormatan saat menjadi Irup dalam upacara peringatan kembalinya Irian Barat ke pangkuan NKRI Tanggal 1 Mei 2019 di Imbi, Rabu(1/5).( FOTO : Priyadi/Cepos)

JAYAPURA-Perjuangan kembalinya Iran Barat (Papua) ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 1 Mei 1963, bukan merupakan upaya paksa. Tetapi merupakan upaya sendiri rakyat Papua dalam memperjuangkan NKRI dari Merauke sampai Sabang. 

Hal ini disampaikan Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM.,  pada peringatan 1 Mei,  Kembalinya Irian Barat ke Pangkuan NKRI di Imbi, Rabu (1/5). 

Dikatakan, sejumlah OAP (Orang Asli Papua) berjuang keras dalam perjuangan tersebut dan telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional seperti Frans Kaisiepo, Marthen Indey dan Silas Papare, dan Johanes Abraham Dimara. 

 “Apabila masih ada sebagian rakyat Papua yang memiliki persepsi salah tentang hal ini, maka kesempatan ini, saya mengajak seluruh warga Papua khususnya warga Kota Jayapura, agar meluruskan sejarah ini dengan benar. Tugas kita saat ini bukanlah memperdebatkan masalah tersebut. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita berkarya dan bekerja keras mengisi pembangunan di daerah ini ke arah yang lebih baik,” tegasnya. 

Baca Juga :  Perlunya Kerjasama Semua Pihak

Peringatan ini menurut Wali Kota Tomi Mano diharapkan menjadi momentum kebangkitan warga dalam membangun kota Port Numbay, agar lebih maju lagi. 

  “Aspirasi dan keinginan orang tua kita hanya ingin Papua menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari NKRI. Semangat kebersamaan dan keberagaman sangat dibutuhkan menghadapi berbagai polemik persoalan kebangsaan dan persoalan masyarakat di daerah yang kita cintai,” tandasnya. 

Senada dengan itu, Komandan Korem 172/PWY Kolonel Inf J. Binsar Parluhutan Sianipar menegaskan bahwa tangal 1 Mei  merupakan hari bersejarah dimana Irian Barat atau Papua kembali ke pangkuan NKRI dan bukan aneksasi. 

“Yang terjadi saat itu adalah dinamika politik antara Indonesi dengan Belanda namun setelah berbagai upaya akhirnya tepat pada 1 Mei Irian Barat kembali ke pangkuan NKRI,” jelas Danrem, Selasa (30/4).

Menurut Danrem, pihak-pihak yang menganggap 1 Mei adalah hari aneksasi, perlu membaca sejarah dengan pikiran jernih supaya tahu betul yang sebenarnya seperti apa. Dimana kembalinya Papua ke pangkuan NKRI sudah sejak thun 1951 namun karena ada tarik ulur dengan pihak Belanda akhirnya baru bisa kembali pada tahun 1961. “Kurang lebih 10 tahun untuk mengembalikan Papua ke NKRI,” ujarnya.

Baca Juga :  Perdamaian di Tanah Papua Membutuhkan Suara Korban

Sejauh ini menurutnya berbagai upaya yang dilakukan oleh Korem 172/PWY untuk merangkul sejumlah kelompok yang masih beda pendapat dengan NKRI.

“Kami terus melakukan upaya komunikasi dan yang menjadi sasaran utama kami adalah generasi muda. Karena mereka merupakan generas bangsa ini. Kita punya harapan besar atas hal ini karena anak muda zaman sekarang berpikir lebih terbuka,”jelasnya.

Danrem mengaku dirinya sering berkomunikasi dengan beberapa intelektual Papua dan mereka juga sependapat dengan hal itu. “Dan hal ini juga yang menjadi peran kita agar generasi muda tersebut paham dau tau yang sebenarnya Papua adalah bagian dari NKRI,” pungkasnya. (dil/kim/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya