Saturday, April 27, 2024
28.7 C
Jayapura

Gubernur: Saya Masih Perawatan Belum Bisa Bicara Banyak

JAYAPURA – Excavator hingga ratusan massa pendukung Lukas Enembe menjaga kediaman orang nomor 1 di Papua itu yang berlokasi di Koya, Kota Jayapura, Jumat (30/9) kemarin.

Penjagaan ketat tersebut usai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Gubernur Papua Lukas Enembe sebagai tersangka dugaan kasus korupsi gratifikasi senilai Rp 1 M. penetapan terhadap orang nomor 1 di Papua itu sejak 5 September lalu.

Jumat kemarin, untuk pertama kalinya wartawan diberi akses bisa berada di depan pagar rumah pribadi Gubernur Papua Lukas Enembe yang sudah dijaga ketat oleh ratusan massa pendukungnya lengkap dengan senjata tradisional.

Sekalipun diberi akses, namun hanya ada beberapa wartawan yang bisa menemui Lukas Enembe yang saat itu sedang berada dalam kediamannya.

Dalam video Gubernur Papua Lukas Enembe berdurasi 1 menit 35 detik beredar di tengah wartawan. Video tersebut dikirim dari dalam kediaman rumah Lukas Enembe.

Dalam wawancara singkat diketahui Lukas Enembe berbicara tentang sakit yang dideritanya, “Saya masih perawatan belum bisa bicara banyak, selama keluar dari Singapura, baru tiba untuk pemulihan. Kaki bengkak sekali, belum turun-turun bengkaknya,”jelas Lukas dalam potongan video tersebut.

Gubernur Lukas Enembe juga sempat menunjukan sejumlah obat-obatan yang selama ini diminumnya setiap hari. Dalam video dan foto yang ada, jumlah obat-obatannya cukup banyak.

Lukas sendiri saat itu terlihat menggunakan kaos berwarna biru tua dan celana pendek abu-abu. Ia diwawancarai sambil duduk di kusi meja makan.

Sementara itu, di depan gerbang kediaman Lukas Enembe, Tokoh Muda Franklin Wahey menyampaikan Lukas Enembe bukan milik anak Papua melainkan milik Indonesia. Sebab, Lukas sudah mengabdi di Pemerintah Republik Indonesia selama 25 tahun.

Baca Juga :  Jaga Peluang ke Semifinal Pra Popnas

“Kalau beliau (Gubernur-red) sudah sakit, kenapa harus menyiksanya lagi, dimana rasa kemanusiaan  dan keadilan,” tegas Franklin kepada wartawan di hadapan masa Lukas Enembe.

Mantan anggota DPRD Kabupaten Jayapura itu menegaskan elit-elit politik yang berada di negara ini  juga anak Papua agar tidak mengorbankan rakyat Indonesia yang ada hidup di tanah Papua terkait dengan kasus yang sedang melilit Lukas.

Di tempat yang sama, Elvis Tabuni sebagai utusan keluarga dalam pernyataan sikapnya menyampaikan KPK perlu ketahui bahwa Lukas Enembe saat ini dalam keadaan sakit. Sehingga keluarga meminta saat ini hanya dokter pribadi yang bisa merawat orang nomor 1 di Papua ini.

“Jika KPK melakukan pemeriksaan maka harus datang ke Papua, karena keluarga besar Lukas Enembe tidak mengizinkan bapak (Lukas-red) ke luar dari Papua. Pihak lain bisa datang mengambil keterangan di kediaman pribadi asal jangan di bawa keluar (dari Papua),” kata Elvis yang juga mengaku sebagai salah satu Kepala Suku di Pegunungan.

Sementara itu, Ronal kilenia Kogoya Anggota Dewan Nduga dalam pernyataan sikapnya menegaskan keluarga sepakat Lukas Enembe tidak akan dibawa keluar dari kediamannya di Koya untuk berobat di Jakarta.

“Kami tidak mau seperti kejadian yang lalu lalu, pemimpin kami dibunuh secara otomatis di Jakarta dan pulang hanya terima mayat. Sehingga mustahil kami akan bawa keluar Lukas Enembe dari kediamannya di Koya,” tegasnya.

Baca Juga :  Pilot Ditodong Senjata Usai Mendarat di Wangbe

Sementara itu, Benyamin Gurik menyayangkan mantan seorang Panglima TNI yang turut memperkeruh suasana dengan menyampaikan mau mengerahkan sejumlah kekuatan bersenjata di Papua.

“Ini seperti sedang mau menangkap teroris di negara ini dan ini kejahatan. Kami minta seluruh tokoh tokoh besar yang ada di republik ini hentikan penggiringan opini pembunuhan karakter terhadap tokoh tokoh Papua,” tegasnya.

Benyamin menegaskan, jika negara ini memaksakan sejumlah kekuatan bersenjata untuk datang melakukan penangkapan (terhadap Lukas Enembe) maka rakyat Papua akan meminta perlindungan keluar dari negeri ini.

“Kami minta Lembaga lembaga internasional PBB untuk memberikan perhatian terhadap kasus kriminalisasi pembunuhan karakter terhadap Gubernur Papua hanya untuk menutup banyak kasus yang seharusnya negara selesaikan di atas tanah Papua. Seperti kasus mutilasi di Mimika dan kejadian lainnya,” ucapnya.

Salah satu warga dari massa pendukung Lukas Enembe menyampaikan sudah dua minggu ia dan warga lainnya berjaga jaga di sekitar kediaman Lukas Enembe. “Dua minggu sudah berada di sini (kediaman Lukas Enembe-red), tidak satu pun yang diperbolehkan masuk dalam rumah karena dijaga ketat,” ucapnya.

Ia juga menyampaikan selama mereka berjaga jaga di kediaman Lukas Enembe, makanan dan minuman selalu diantarkan untuk mereka. “Setiap yang datang pasti masyarakat cek,” pungkasnya. (fia/wen)

JAYAPURA – Excavator hingga ratusan massa pendukung Lukas Enembe menjaga kediaman orang nomor 1 di Papua itu yang berlokasi di Koya, Kota Jayapura, Jumat (30/9) kemarin.

Penjagaan ketat tersebut usai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Gubernur Papua Lukas Enembe sebagai tersangka dugaan kasus korupsi gratifikasi senilai Rp 1 M. penetapan terhadap orang nomor 1 di Papua itu sejak 5 September lalu.

Jumat kemarin, untuk pertama kalinya wartawan diberi akses bisa berada di depan pagar rumah pribadi Gubernur Papua Lukas Enembe yang sudah dijaga ketat oleh ratusan massa pendukungnya lengkap dengan senjata tradisional.

Sekalipun diberi akses, namun hanya ada beberapa wartawan yang bisa menemui Lukas Enembe yang saat itu sedang berada dalam kediamannya.

Dalam video Gubernur Papua Lukas Enembe berdurasi 1 menit 35 detik beredar di tengah wartawan. Video tersebut dikirim dari dalam kediaman rumah Lukas Enembe.

Dalam wawancara singkat diketahui Lukas Enembe berbicara tentang sakit yang dideritanya, “Saya masih perawatan belum bisa bicara banyak, selama keluar dari Singapura, baru tiba untuk pemulihan. Kaki bengkak sekali, belum turun-turun bengkaknya,”jelas Lukas dalam potongan video tersebut.

Gubernur Lukas Enembe juga sempat menunjukan sejumlah obat-obatan yang selama ini diminumnya setiap hari. Dalam video dan foto yang ada, jumlah obat-obatannya cukup banyak.

Lukas sendiri saat itu terlihat menggunakan kaos berwarna biru tua dan celana pendek abu-abu. Ia diwawancarai sambil duduk di kusi meja makan.

Sementara itu, di depan gerbang kediaman Lukas Enembe, Tokoh Muda Franklin Wahey menyampaikan Lukas Enembe bukan milik anak Papua melainkan milik Indonesia. Sebab, Lukas sudah mengabdi di Pemerintah Republik Indonesia selama 25 tahun.

Baca Juga :  Pilot Ditodong Senjata Usai Mendarat di Wangbe

“Kalau beliau (Gubernur-red) sudah sakit, kenapa harus menyiksanya lagi, dimana rasa kemanusiaan  dan keadilan,” tegas Franklin kepada wartawan di hadapan masa Lukas Enembe.

Mantan anggota DPRD Kabupaten Jayapura itu menegaskan elit-elit politik yang berada di negara ini  juga anak Papua agar tidak mengorbankan rakyat Indonesia yang ada hidup di tanah Papua terkait dengan kasus yang sedang melilit Lukas.

Di tempat yang sama, Elvis Tabuni sebagai utusan keluarga dalam pernyataan sikapnya menyampaikan KPK perlu ketahui bahwa Lukas Enembe saat ini dalam keadaan sakit. Sehingga keluarga meminta saat ini hanya dokter pribadi yang bisa merawat orang nomor 1 di Papua ini.

“Jika KPK melakukan pemeriksaan maka harus datang ke Papua, karena keluarga besar Lukas Enembe tidak mengizinkan bapak (Lukas-red) ke luar dari Papua. Pihak lain bisa datang mengambil keterangan di kediaman pribadi asal jangan di bawa keluar (dari Papua),” kata Elvis yang juga mengaku sebagai salah satu Kepala Suku di Pegunungan.

Sementara itu, Ronal kilenia Kogoya Anggota Dewan Nduga dalam pernyataan sikapnya menegaskan keluarga sepakat Lukas Enembe tidak akan dibawa keluar dari kediamannya di Koya untuk berobat di Jakarta.

“Kami tidak mau seperti kejadian yang lalu lalu, pemimpin kami dibunuh secara otomatis di Jakarta dan pulang hanya terima mayat. Sehingga mustahil kami akan bawa keluar Lukas Enembe dari kediamannya di Koya,” tegasnya.

Baca Juga :  Tolak Wacana OPM Jadi Organisasi Terlarang

Sementara itu, Benyamin Gurik menyayangkan mantan seorang Panglima TNI yang turut memperkeruh suasana dengan menyampaikan mau mengerahkan sejumlah kekuatan bersenjata di Papua.

“Ini seperti sedang mau menangkap teroris di negara ini dan ini kejahatan. Kami minta seluruh tokoh tokoh besar yang ada di republik ini hentikan penggiringan opini pembunuhan karakter terhadap tokoh tokoh Papua,” tegasnya.

Benyamin menegaskan, jika negara ini memaksakan sejumlah kekuatan bersenjata untuk datang melakukan penangkapan (terhadap Lukas Enembe) maka rakyat Papua akan meminta perlindungan keluar dari negeri ini.

“Kami minta Lembaga lembaga internasional PBB untuk memberikan perhatian terhadap kasus kriminalisasi pembunuhan karakter terhadap Gubernur Papua hanya untuk menutup banyak kasus yang seharusnya negara selesaikan di atas tanah Papua. Seperti kasus mutilasi di Mimika dan kejadian lainnya,” ucapnya.

Salah satu warga dari massa pendukung Lukas Enembe menyampaikan sudah dua minggu ia dan warga lainnya berjaga jaga di sekitar kediaman Lukas Enembe. “Dua minggu sudah berada di sini (kediaman Lukas Enembe-red), tidak satu pun yang diperbolehkan masuk dalam rumah karena dijaga ketat,” ucapnya.

Ia juga menyampaikan selama mereka berjaga jaga di kediaman Lukas Enembe, makanan dan minuman selalu diantarkan untuk mereka. “Setiap yang datang pasti masyarakat cek,” pungkasnya. (fia/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya