Sunday, April 28, 2024
24.7 C
Jayapura

20.448 Pelajar SMA Ikut UN

Laorens Wantik, S.Pd., M.Pd.Si ( FOTO : Gratianus Silas/Cepos)

Tiga Kabupaten Diberi Perhatian Khusus

JAYAPURA-Sebanyak 20.448 pelajar dari 285 SMA sederajat di Provinsi Papua, Senin (1/4) hari ini mengikuti Ujian Nasional (UN).

Ketua Panitia Ujian Nasional Provinsi Papua, Laorens Wantik, S.Pd., M.Pd.Si., menyebutkan, dari 20.448 peserta UN tingkat SMA sederajat di Provinsi Papua, sebanyak 15.028 peserta di 167 sekolah mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer atau UNBK. Sementara sisanya sebanyak 5.384 peserta di 118 sekolah akan ikut Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP).

Wantik, yang juga menjabat Kepala Bidang Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Dinas Pendidikan Provinsi Papua, membeberkan bahwa pada pelaksanaan UN tahun ini, ada tiga kabupaten yang mendapat perhatian khusus yaitu Kabupaten Jayapura, Nduga dan Merauke. 

“Untuk Nduga, SMAN 1 Kenyam tidak terkendala. Sebaliknya, SMAN 2 Mbua yang terkendala, di mana masyarakatnya mengungsi ke Kabupaten Jayawijaya, termasuk siswa peserta UN. Tadinya, terdata 17 siswa yang ikut UN, namun kemudian diketahui bahwa 2 siswanya meninggal dunia, sehingga peserta UN-nya saat ini berjumlah 15 orang,” ungkap Laorens Wantik kepada Cenderawasih Pos, Sabtu (30/3).

Dikatakan, 15 pelajar SMAN 2 Mbua ini akan mengikuti UNKP di kompleks Gereja Weneroma, Wamena Kota, Kabupaten Jayawijaya. Hal ini menurutnya sesuai permintaan 15 peserta yang menolak mengikuti ujian di SMAN 1 Wamena bersama peserta ujian dari Wamena. “Alasannya, mereka hanya tidak ingin dilihat,” tuturnya.

Baca Juga :  Sebby Klaim Penembakan, Polisi Buru Pelaku Penembakan

Sebelum pelaksanaan UN, 15 pelajar SMAN 2 Mbua ini menurut Laorens Wantik dilakukan pemulihan secara psikologis. Pasalnya mereka masih terlihat trauma saat melihat aparat yang megenakan seragam. 

“Mereka ketakukan dan terganggu dalam mengerjakan ujian. Untuk itu, pelaksanaan UN di kompleks Gereja Weneroma ini merupakan solusi yang dikehendaki siswa peserta UN SMAN 2 Mbua, Nduga, dan Panitia UN Nduga dan Provinsi Papua. Kami juga minta tidak boleh ada aparat yang mengenakan seragam di area tempat ujian,” tandasnya. 

Sementara di Kabupaten Merauke menurut Laorens Wantik yang jadi perhatian adalah SMAN 1 Merauke. Sekolah ini sempat terendam banjir termasuk laboratorium computer yang ada di sekolah itu ikut terendam banjir. Kondisi ini berdampak pada komputer dan server ujian yang akan digunakan. 

“Sebagai sokusi alternatif yang digagas yaitu para guru dan orang tua peserta diminta meminjam laptop atau komputer untuk sementara waktu digunakan para siswa mengikuti UNBK,” tuturnya. 

Untuk Kabupaten Jayapura yang baru-baru ini dilanda musibah banjir bandang, menurut Laorens Wantik ada tiga sekolah yang terkena dampak banjir bandang yaitu SMA Advent, SMAN 1 Sentani, dan SMA YPPG. 

Kondisi SMA Advent menurutnya paling parah. Namun beberapa hari belakangan ini mereka telah berupaya melakukan pembersihan dan beberapa komputer yang rusak, sudah mereka ganti. “Untuk itu, SMA Advent Doyo tetap melakukan UN menggunakan computer atau UNBK,” tambahnya.

Baca Juga :  99 Persen Pemain Tetap Bertahan

Untuk SMAN 1 Sentani menurut Laorens Wantik juga terendam banjir. Namun, untungnya, laboratorium komputer yang digunakan untuk ujian terletak di lantai 2, sehingga tidak ada persoalan sebab komputernya aman dari banjir dan mereka tetap bisa menggelar UNBK. 

“Untuk SMA YPPGI, kondisi sekolah juga aman. Sebab yang terdampak banjir hanya sebatas di halaman sekolah saja. Untuk itu, mereka tetap menggelar UNKP,” ujarnya. 

Terkait penanganan pasca banjir bandang di Kabupaten Jayapura, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura, khususnya dalam penanganan siswa peserta ujian nasional dari tekanan psikologi melalui penguatan bagi mereka untuk dapat mengikuti ujian.

“Kami juga ambil kebijakan, dimana kalau sepatu atau seragam tidak dapat dikenakan karena terkena banjir, maka tidak masalah bagi mereka datang ke sekolah untuk ujian dengan tidak mengenakan seragam dan bisa dapat mengenakan baju biasa saja. Pada dasarnya yang penting mereka hadir ikut ujian nasional,” ungkapnya.

“Namun, jikalau terdapat siswa yang masih keberatan mengikuti ujian karena mungkin kondisinya kurang memungkinkan, maka  kami berikan waktu untuk menyusul di ujian susulan,” sambungnya. 

Laorens Wantik meminta seluruh peserta UN agar tidak perlu takut atau menjadikan UN sebagai beban. Sebab UN sudah bukan menjadi penentu kelulusan, melainkan hanya sebagai salah satu syarat yang dipenuhi siswa untuk memperoleh kelulusan. (gr/nat)

Laorens Wantik, S.Pd., M.Pd.Si ( FOTO : Gratianus Silas/Cepos)

Tiga Kabupaten Diberi Perhatian Khusus

JAYAPURA-Sebanyak 20.448 pelajar dari 285 SMA sederajat di Provinsi Papua, Senin (1/4) hari ini mengikuti Ujian Nasional (UN).

Ketua Panitia Ujian Nasional Provinsi Papua, Laorens Wantik, S.Pd., M.Pd.Si., menyebutkan, dari 20.448 peserta UN tingkat SMA sederajat di Provinsi Papua, sebanyak 15.028 peserta di 167 sekolah mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer atau UNBK. Sementara sisanya sebanyak 5.384 peserta di 118 sekolah akan ikut Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP).

Wantik, yang juga menjabat Kepala Bidang Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Dinas Pendidikan Provinsi Papua, membeberkan bahwa pada pelaksanaan UN tahun ini, ada tiga kabupaten yang mendapat perhatian khusus yaitu Kabupaten Jayapura, Nduga dan Merauke. 

“Untuk Nduga, SMAN 1 Kenyam tidak terkendala. Sebaliknya, SMAN 2 Mbua yang terkendala, di mana masyarakatnya mengungsi ke Kabupaten Jayawijaya, termasuk siswa peserta UN. Tadinya, terdata 17 siswa yang ikut UN, namun kemudian diketahui bahwa 2 siswanya meninggal dunia, sehingga peserta UN-nya saat ini berjumlah 15 orang,” ungkap Laorens Wantik kepada Cenderawasih Pos, Sabtu (30/3).

Dikatakan, 15 pelajar SMAN 2 Mbua ini akan mengikuti UNKP di kompleks Gereja Weneroma, Wamena Kota, Kabupaten Jayawijaya. Hal ini menurutnya sesuai permintaan 15 peserta yang menolak mengikuti ujian di SMAN 1 Wamena bersama peserta ujian dari Wamena. “Alasannya, mereka hanya tidak ingin dilihat,” tuturnya.

Baca Juga :  Deiyai Memanas

Sebelum pelaksanaan UN, 15 pelajar SMAN 2 Mbua ini menurut Laorens Wantik dilakukan pemulihan secara psikologis. Pasalnya mereka masih terlihat trauma saat melihat aparat yang megenakan seragam. 

“Mereka ketakukan dan terganggu dalam mengerjakan ujian. Untuk itu, pelaksanaan UN di kompleks Gereja Weneroma ini merupakan solusi yang dikehendaki siswa peserta UN SMAN 2 Mbua, Nduga, dan Panitia UN Nduga dan Provinsi Papua. Kami juga minta tidak boleh ada aparat yang mengenakan seragam di area tempat ujian,” tandasnya. 

Sementara di Kabupaten Merauke menurut Laorens Wantik yang jadi perhatian adalah SMAN 1 Merauke. Sekolah ini sempat terendam banjir termasuk laboratorium computer yang ada di sekolah itu ikut terendam banjir. Kondisi ini berdampak pada komputer dan server ujian yang akan digunakan. 

“Sebagai sokusi alternatif yang digagas yaitu para guru dan orang tua peserta diminta meminjam laptop atau komputer untuk sementara waktu digunakan para siswa mengikuti UNBK,” tuturnya. 

Untuk Kabupaten Jayapura yang baru-baru ini dilanda musibah banjir bandang, menurut Laorens Wantik ada tiga sekolah yang terkena dampak banjir bandang yaitu SMA Advent, SMAN 1 Sentani, dan SMA YPPG. 

Kondisi SMA Advent menurutnya paling parah. Namun beberapa hari belakangan ini mereka telah berupaya melakukan pembersihan dan beberapa komputer yang rusak, sudah mereka ganti. “Untuk itu, SMA Advent Doyo tetap melakukan UN menggunakan computer atau UNBK,” tambahnya.

Baca Juga :  Raperdasi-Raperdasus Segera Ditindaklanjuti

Untuk SMAN 1 Sentani menurut Laorens Wantik juga terendam banjir. Namun, untungnya, laboratorium komputer yang digunakan untuk ujian terletak di lantai 2, sehingga tidak ada persoalan sebab komputernya aman dari banjir dan mereka tetap bisa menggelar UNBK. 

“Untuk SMA YPPGI, kondisi sekolah juga aman. Sebab yang terdampak banjir hanya sebatas di halaman sekolah saja. Untuk itu, mereka tetap menggelar UNKP,” ujarnya. 

Terkait penanganan pasca banjir bandang di Kabupaten Jayapura, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura, khususnya dalam penanganan siswa peserta ujian nasional dari tekanan psikologi melalui penguatan bagi mereka untuk dapat mengikuti ujian.

“Kami juga ambil kebijakan, dimana kalau sepatu atau seragam tidak dapat dikenakan karena terkena banjir, maka tidak masalah bagi mereka datang ke sekolah untuk ujian dengan tidak mengenakan seragam dan bisa dapat mengenakan baju biasa saja. Pada dasarnya yang penting mereka hadir ikut ujian nasional,” ungkapnya.

“Namun, jikalau terdapat siswa yang masih keberatan mengikuti ujian karena mungkin kondisinya kurang memungkinkan, maka  kami berikan waktu untuk menyusul di ujian susulan,” sambungnya. 

Laorens Wantik meminta seluruh peserta UN agar tidak perlu takut atau menjadikan UN sebagai beban. Sebab UN sudah bukan menjadi penentu kelulusan, melainkan hanya sebagai salah satu syarat yang dipenuhi siswa untuk memperoleh kelulusan. (gr/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya