Friday, November 22, 2024
33.7 C
Jayapura

Peran Pemuda Papua dalam Membangun SDM Papua Dibahas dalam Seminar Nasional 

Para Narasumber dalam seminar Nasional foto bersama usai menyampaikan materi. Istimewa

JAKARTA – Sub Direktorat Kesejahteraan dan Kewirausahaan Mahasiswa menyelenggarakan Seminar Nasional Pendidikan Untuk Kebangsaan dengan tema “Peran Mahasiswa dan Pemuda Papua Serta Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan SDM Papua”. di Gedung Widyaloka, Rabu (25/10/2023).

Hadir sebagai Narasumber Dionisius Way, S.Sos., MM Asisten 3 Propinsi Papua Selatan dan Theofransus Litaay, SH, LLM, Ph.D Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ketua Bidang Pemantauan Program Prioritas Nasional Kawasan Timur Indonesia, Kedeputian V KSP.

Litaay menyampaikan bahwa Papua merupakan wilayah yang menjadi tema khusus dalam program prioritas Presiden. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah mengembangkan Papua.

Disampaikannya, Indonesia juga telah menandatangani Kerjasama dengan Papua Nugini, kerjasama ini menjadikan papua sebagai halaman depan atau beranda depan Indonesia. “Jika halaman depan berarti harus bagus, harus maju,” ujarnya dalam seminar tersebut.

Selain itu kondisi Papua yang sekarang ini mengalami bonus demografi yang menyebabkan banyaknya jumlah anak muda menjadi tantangan bagi Papua. Ini bisa menjadi kekuatan tapi juga kelemahan yang akhirnya menjadi beban negara.

Baca Juga :  Pemuda Papua Suarakan Perdamaian di Vatikan

“Bisa menjadi kekuatan dengan pendidikan. Jangan pernah merasa kalau sekolah itu harus menjadi orang kaya karena pemerintah mendukung pendidikan di Papua bagi semua lapisan masyarakat termasuk warga miskin melalui berbagai skema beasiswa afirmasi di Papua,” katanya di hadapan mahasiswa Papua dari berbagai universitas se – Malang Raya.

Theo meminta mahasiswa dan pemuda Papua yang bisa sekolah dengan program beasiswa ADEM (Afirmasi Pendidikan Menengah) atau ADIK (Afirmasi Pendidikan Tinggi) untuk bersyukur karena kesempatan sekolah hanya dimiliki 30 persen dari masyarakat Indonesia, sedangkan dalam konteks Papua masih 15 persen. “Jadi ada tanggung jawab sosial mahasiswa untuk mendukung pembangunan kesejahteraan di wilayah Papua,” ujar Theofransus Litaay.

Sedangkan Dionisius Way., S.Sos., MM memotivasi agar mahasiswa yang pulang ke daerah jangan diam saja “Apa yang bisa kita buat jangan jadi pemberontak tapi beri masukan untuk pemerintah. Jangan ketika diberi kepercayaan digunakan untuk kepentingan pribadi,” tuturnya.

Baca Juga :  IRT yang Memprovokasi Diamankan

Ia juga berharap mahasiswa yang pulang jangan hanya berharap jadi pegawai, jadilah pengusaha.

Dalam sambutan Wakil Rektor III Dr Setiawan Noerdajasakti, SH.,MH mengatakan dalam pembangunan SDM Papua diperlukan kerjasama dari 3 pihak pemerintah, perguruan tinggi dan mahasiswa itu sendiri.

Mahasiswa asal Papua yang sedang menempuh pendidikan di UB dan di Malang Raya sekitar 350 orang. Mereka berasal dari 6 Propinsi di Papua yang menempuh studi di berbagai Prodi.

Selaku moderator seminar ini adalah Arie Waropen, sarjana kedokteran asal Papua Barat, yang menjadi Ketua Umum Solidaritas Generasi Muda-Papua menyampaikan anak muda Papua jangan hanya terbatas bekerja di Papua. Mereka harus membuktikan kalau bisa bersaing dengan wilayah lainnya.

“Kita mendapat tempat bukan hanya karena identitas Papua tapi karena memang kita mampu,” ujar alumni Fakultas Kedokteran UB ini.(ist) 

 

 

Para Narasumber dalam seminar Nasional foto bersama usai menyampaikan materi. Istimewa

JAKARTA – Sub Direktorat Kesejahteraan dan Kewirausahaan Mahasiswa menyelenggarakan Seminar Nasional Pendidikan Untuk Kebangsaan dengan tema “Peran Mahasiswa dan Pemuda Papua Serta Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan SDM Papua”. di Gedung Widyaloka, Rabu (25/10/2023).

Hadir sebagai Narasumber Dionisius Way, S.Sos., MM Asisten 3 Propinsi Papua Selatan dan Theofransus Litaay, SH, LLM, Ph.D Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ketua Bidang Pemantauan Program Prioritas Nasional Kawasan Timur Indonesia, Kedeputian V KSP.

Litaay menyampaikan bahwa Papua merupakan wilayah yang menjadi tema khusus dalam program prioritas Presiden. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah mengembangkan Papua.

Disampaikannya, Indonesia juga telah menandatangani Kerjasama dengan Papua Nugini, kerjasama ini menjadikan papua sebagai halaman depan atau beranda depan Indonesia. “Jika halaman depan berarti harus bagus, harus maju,” ujarnya dalam seminar tersebut.

Selain itu kondisi Papua yang sekarang ini mengalami bonus demografi yang menyebabkan banyaknya jumlah anak muda menjadi tantangan bagi Papua. Ini bisa menjadi kekuatan tapi juga kelemahan yang akhirnya menjadi beban negara.

Baca Juga :  IRT yang Memprovokasi Diamankan

“Bisa menjadi kekuatan dengan pendidikan. Jangan pernah merasa kalau sekolah itu harus menjadi orang kaya karena pemerintah mendukung pendidikan di Papua bagi semua lapisan masyarakat termasuk warga miskin melalui berbagai skema beasiswa afirmasi di Papua,” katanya di hadapan mahasiswa Papua dari berbagai universitas se – Malang Raya.

Theo meminta mahasiswa dan pemuda Papua yang bisa sekolah dengan program beasiswa ADEM (Afirmasi Pendidikan Menengah) atau ADIK (Afirmasi Pendidikan Tinggi) untuk bersyukur karena kesempatan sekolah hanya dimiliki 30 persen dari masyarakat Indonesia, sedangkan dalam konteks Papua masih 15 persen. “Jadi ada tanggung jawab sosial mahasiswa untuk mendukung pembangunan kesejahteraan di wilayah Papua,” ujar Theofransus Litaay.

Sedangkan Dionisius Way., S.Sos., MM memotivasi agar mahasiswa yang pulang ke daerah jangan diam saja “Apa yang bisa kita buat jangan jadi pemberontak tapi beri masukan untuk pemerintah. Jangan ketika diberi kepercayaan digunakan untuk kepentingan pribadi,” tuturnya.

Baca Juga :  Pemuda Papua Suarakan Perdamaian di Vatikan

Ia juga berharap mahasiswa yang pulang jangan hanya berharap jadi pegawai, jadilah pengusaha.

Dalam sambutan Wakil Rektor III Dr Setiawan Noerdajasakti, SH.,MH mengatakan dalam pembangunan SDM Papua diperlukan kerjasama dari 3 pihak pemerintah, perguruan tinggi dan mahasiswa itu sendiri.

Mahasiswa asal Papua yang sedang menempuh pendidikan di UB dan di Malang Raya sekitar 350 orang. Mereka berasal dari 6 Propinsi di Papua yang menempuh studi di berbagai Prodi.

Selaku moderator seminar ini adalah Arie Waropen, sarjana kedokteran asal Papua Barat, yang menjadi Ketua Umum Solidaritas Generasi Muda-Papua menyampaikan anak muda Papua jangan hanya terbatas bekerja di Papua. Mereka harus membuktikan kalau bisa bersaing dengan wilayah lainnya.

“Kita mendapat tempat bukan hanya karena identitas Papua tapi karena memang kita mampu,” ujar alumni Fakultas Kedokteran UB ini.(ist) 

 

 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya