Bincang-bincang dengan Kapten Pilot Perempuan Pertama Kelahiran Papua, Irjayanti
Kapten Pilot Irjayanti merupakan salah satu kapten pilot perempuan pertama kelahiran Papua. Dia ingin perempuan Papua hebat dan bisa mengalahkan pria dalam hal prestasi. Bagaimana kisah suksesnya menjadi pilot perempuan pertama di eranya?
Laporan: Roberth Mboik- Sentani
Nama kapten Irjayanti mungkin belum banyak diketahui masyarakat Papua, jika pilot perempuan tersebut merupakan kelahiran Papua 34 tahun lalu. Dari namanya sebenarnya sudah sedikit memberi kejelasan jika nama Irjayanti itu diambil dari nama Irian Jaya tempat kelahirannya yang kini lebih dikenal dengan sebutan Papua.
Oleh orang tuanya kemudian nama Irian Jaya sedikit diplesetkan menjadi Irjayanti yang kini menjadi nama sang kapten Pilot perempuan pertama kelahiran Papua itu.
Menjadi pilot merupakan cita-citanya masa kecil, orang tua yang saat itu sempat bekerja di Jayapura, kemudian menyekolahkan Kapten Irjayanti di Jayapura hingga lulus SMA Negeri 1 Timika, Tahun 2003 silam.
Sejak kecil punya cita-cita menjadi seorang pilot dan ternyata mendapat dukungan penuh dari keluarga, terutama kedua orang tuanya.
Riwayat pendidikannya dimulai di Jayapura, jenjang SD dari kelas 1 sampai kelas 2 di Jayapura selanjutnya pindah ke Timika hingga lulus SMA Negeri 1 Timika,Tahun 2003.
Setelah lulus SMA, Kapten Irjayanti mengikuti seleksi dan tes masuk di sekolah penerbangan Curug.
” Saya memang orangnya suka kegiatan yang penuh tantangan. Cita- cita menjadi pilot mulai muncul saat di Timika, ternyata Alm. Ayah juga mendukung,” ungkap perempuan yang memiliki nama lengkap Kapten RD R Iin Irjayanti saat ditemui media ini di ruang tunggu crew pesawat Citilink, Bandara Sentani, Kamis (15/8).
Menurutnya, meski dilahirkan sebagai seorang wanita, namun tidak menyurutkan niat dan membatasi cita- citanya menjadi pilot. Terbukti pada Tahun 2004 iapun diterima di sekolah penerbangan Curug setelah melewati berbagai rangkaian tes. “Dari Papua, saya dan teman perempuan waktu itu, tapi sampai di Jakarta dia tidak lolos,”kenangnya.
Menurutnya, sebesar apapun tantangan yang dihadapi seseorang, pasti bisa diatasi. Yang paling penting adalah niat, komitmen dan tekad yang bulat serta keberanian. Dia mengisahkan, di eranya yang diterima di sekolah penerbangan hanya 25 orang dan dia merupakan satu satunya perempuan yang diterima di sekolah penerbangan Curug kala itu. “Saya lulusan angakatan 58 di sekolah penerbangan Curug, saya juga yang menjadi satu satunya perempuan di angkatan saya yang menjadi pilot,” ungkapnya mengisahkan.
Pertama kali bertugas sebagai pilot di perusahaan Batavia Air pada 2006- 2013. Kemudian berpindah ke penerbangan Kalstar aviation, pernah juga menerbangkan Triandy Cargo kemudian sejak 2017 hingga kini menjadi pilot Citilink.
Kini kurang lebih sudah 13 tahun bekerja sebagai pilot, suka dan duka tentu sudah pernah dirasakannya. Namun di balik semua kisahnya itu, ada satu pesan motivasi yang ingin ia bagikan buat kaum wanita Papua. Bahwa perempuan Papua jangan pernah takut untuk bekerja, meski profesinya terbilang menanantang. Karena sesungguhnya, hanya dengan niat dan komitmenlah, apapun bentuk halangan itu pasti ada jalan keluarnya.
“Perempuan Papua harus hebat, tidak boleh kalah sama pria. Tunjukkan bahwa perempuan bisa tentunya dengan prestasi. Kuncinya adalah, disiplin, komitmen dan pantang menyerah,” tegasnya.
Kini wanita kelahiran 1985 itu memiliki cita-cita besar sebagai pilot perempuan pertama di Indonesia yang bisa menerbangkan pesawat widebody (berbadan lebar) di kemudian hari.
“Yang terpenting kita tetap disiplin dan komitmen mencintai pekerjaan ini,”tambahnya.(*)