
MERAUKE- Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Merauke Thiasoni Betaubun, S.Sos, MM, M.Pd mengungkapkan, bahwa tenaga pendidik atau guru merupakan panggilan dari hati. Sebab, kalau bukan karena panggilan hati, maka guru tidak akan bertahan tinggal di tempat tugas yang terpencil, jauh dan terisolir dengan berbagai kekurangan yang ada.
Namun karena merupakan panggilan hati, maka apapun kekurangan yang dialami dan dihadapi di tempat tugas maka dia akan tetap setiap untuk mendidik anak-anak bangsa tersebut.
‘’Kegiatan ini memiliki makna yang sangat mendalam. Bagaimana bapak ibu guru sebagai kunci keberhasilan suatu wilayah sekaligus keberhasilan anak bangsa di bumi animha dan menjadi tinggak stafet anak-anak bangsa masa yang akan datang,’’ kata Thiasoni Betaubun ketika membuka penguatan bagi guru kontrak SMP di gedung serbaguna Golkar Merauke, Selasa (30/7).
Thiasoni Betaubun menjelaskan jumlah guru kontrak yang direkrut Pemerintah Kabupaten Merauke melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk ditempatkan di wilayah 3T di Kabupaten Merauke sebanyak 300 orang Dari jumlah tersebut, 50 adalah guru SMP sedangkan 250 lainnya adalah guru SD. Thiasoni menjelaskan, bahwa untuk mengontrak guru ini dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit yakni sebesar Rp 12,3 miliar lebih yang bersumber dari Dana Otsus Papua.
Dimana , dari Januari sampai Juli 2019 ini, pihaknya baru membayarkan 5 bulan kepada guru kontrak tersebut. Namun tandas Thiasoni, untuk membayar honor kepada guru kontrak tersebut diperlukan absensi yang benar-benar sesuai fakta lapangan. Selain absen menjadi dasar pembayaran, lanjut Thiasoni Betaubun juga Rencana Program Pembelajaran (RPP) dari guru tersebut.
‘’Kalau ini dua sudah ada maka barulah honor bisa kita bayarkan. Karena itu menjadi dasar pembayaran,’’ tandasnya.
Thiasoni juga mengingatkan tugas pokok dari para guru baik SD dan SMP di daerah 3T tersebut yakni bagaimana anak-anak tersebut bisa membaca, menulis dan menghitung. ‘’Itu dulu. Bagaimana kita mau mengenalkan kurikulum K13 kepada anak didik, kalau dia sendiri belum bisa baca , tulis dan menghitung. Kalau sudah bisa membaca, menulis dan menghitung barulah bisa mengerti dan memahami apa itu K13,’’ tandasnya. (ulo/tri)