Sunday, November 24, 2024
28.7 C
Jayapura

Negosiasi Melepaskan Pilot Lewat Pendeta dan Tokoh Masyarakat

JAKARTA – Nasib pilot Susi Air PK-BVY yang disandera oleh Kelompok Separatis Teroris (KST) di Kabupaten Nduga, Papua, masih misteri. Sampai kemarin (8/2) TNI dan Polri terus berupaya menyelamatkan pilot berkewarganegaraan Selandia Baru tersebut.

Selain menerjunkan pasukan, mereka mengambil langkah negosiasi melalui pendeta dan tokoh masyarakat setempat. Sementara lima orang penumpang pesawat dan 15 pekerja bangunan dipastikan telah dievakuasi.

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyampaikan bahwa pihaknya telah mengambil langkah penyelamatan pilot Susi Air bernama Philips itu bersama tim dari TNI. ”Dilakukan pencarian dimana pilot ini,” terang dia usai hadir dalam acara Rapat Pimpinan TNI – Polri di Jakarta. Polri juga telah berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Selandia Baru. Tujuannya agar mereka mempercayakan proses penyelamatan pilot tersebut kepada TNI dan Polri.

Khusus lima orang penumpang Susi Air yang bertolak dari Timika, Kabupaten Mimika ke Paro, Kabupaten Nduga dua hari lalu, ditegaskan oleh Sigit mereka tidak disandera. Lima penumpang itu merupakan masyarakat lokal. Bersama 15 pekerja bangunan Puskesmas Paro, kemarin TNI – Polri telah mengevakuasi mereka. ”Hanya pilot saja (yang belum dievakuasi),” papar pejabat yang pernah bertugas sebagai kepala Bareskrim tersebut.

Di tempat yang sama, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menegaskan bahwa evakuasi sudah selesai dilakukan oleh TNI dan Polri. Mereka dibawa dari Distrik Paro ke Timika melalui Distrik Kenyam yang tidak lain adalah ibu kota Nduga. ”Dengan sudah kami evakuasi 15 (orang), prioritasnya sekarang untuk mencari pilot (Susi Air),” kata Yudo. Selain pencarian pilot, TNI juga sudah melakukan penebalan personel di Distrik Paro. Diakui oleh Yudo selama ini distrik tersebut aman.

Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri pun membenarkan bahwa lima penumpang Susi Air tersebut merupakan warga Distrik Paro. Mereka sama sekali tidak disandera. Sementara 15 pekerja bangunan di sana awalnya bertugas membangun puskesmas. Namun, pada 4 Januari lalu ada kelompok yang mendatangi mereka. ”Kelompok itu curiga, karena dari 15 pekerja itu ada lima yang tidak memiliki kartu identitas,” jelas dia.

Baca Juga :  KKR di Istora Papua Bangkit, Ribuan Umat Kristiani Bersatu untuk Pilkada Damai

Untuk itu, pihaknya menyusun rencana evakuasi. Aparat keamanan di Papua memutuskan mereka ditarik dari Distrik Paro oleh pesawat yang mendarat lebih awal di daerah tersebut. ”Saat pesawat terbang masuk, dibawa keluar ini pekerja-pekerja,” kata Mathius. Sayang, pesawat Susi Air yang membawa dan menurunkan penumpang di sana malah ditahan dan dibakar oleh KST di bawah komando Egianus Kogoya.

Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa (7/2). ”Pesawat tidak boleh terbang kembali saat itu,” terangnya. Beruntung ada seorang pendeta yang berinisiatif mengamankan 15 pekerja dan membantu mengeluarkan mereka dari Distrik Paro. ”Kalau tidak segera dikeluarkan dari Paro dikhawatirkan ada korban dari pekerja,” ungkap jenderal bintang dua Polri tersebut. Kemarin siang, 15 pekerja bangunan Puskesmas Paro itu dipastikan selamat dan telah berhasil dievakuasi ke Timika.

Petugas kesehatan yang telah disiapkan pun langsung memeriksa 15 orang tersebut. ”Mereka diantar oleh sembilan warga,” terang Mathius. Dengan begitu, dipastikan hanya ada satu sandera. Pilot pesawat Susi Air. Menurutnya, langkah yang akan ditempuh merupakan pendekatan persuasif. Caranya dengan melakukan pendekatan melalui pendeta dan tokoh masyarakat. ”Saya optimis pilot ini akan dibebaskan,” tegasnya.

Berdasar data dari Kodam XVII/Cenderawasih 15 pekerja bangunan yang sudah berhasil dievakuasi terdiri atas GY, DW, TB, IB, SW, MY, GR, FRR, YPS, RW, AH, MH, AK, AR, dan WEH. ”Proses evakuasi yang dilakukan melibatkan aparat gabungan TNI Polri menggunakan helikopter,” ungkap Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI M. Saleh. Sampai kemarin sore, mereka masih berada di Kenyam untuk diperiksa oleh petugas medis.

Terpisah, Komandan Korem 172/Praja Wira Yakhti Brigjen TNI J. O. Sembiring menyampaikan, keberhasilan evakuasi 15 pekerja bangunan itu tidak lepas dari peran masyarakat setempat. Untuk itu, dia turut menyampaikan terimakasih. ”Terimakasih kepada masyarakat yang telah membantu penyelamatan 15 orang pekerja,” ujar Sembiring. Menurut dia, bantuan itu sekaligus menegaskan bahwa masyarakat di sana tidak setuju keberadaan KST.

Baca Juga :  BNN Pastikan Kratom adalah Narkotika

 

 

Jenderal bintang satu TNI AD memaklumi bila para pekerja bangunan tersebut masih merasakan trauma. Sebab, mereka menjadi korban teror KST. Mereka sempat diancam bakal dibunuh oleh Egianus Kogoya dan kelompoknya bila tidak segera keluar meninggalkan Paro. ”Sehingga kami akan fokuskan untuk pemulihan kondisi mereka. Baik dari kondisi psikis dan fisik mereka,” kata Sembiring.

 

 

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengungkapkan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara hingga saat ini terus melakukan koordinasi dan memonitor perkembangan kasus penyerangan Pesawat Susi Air PK-BVY yang terjadi di Lapter Paro, Nduga. Yakni melalui Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke. “Untuk Lapter Paro masih ditutup sementara, mengingat posisi pesawat yang dirusak berada di tengah-tengah lapter. Sehingga tidak memungkinkan operasional penerbangan ke atau dari Lapter Paro,” terangnya.

 

 

Menyikapi adanya peristiwa penyerangan pesawat tersebut, dikatakan Adita, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga telah melakukan langkah-langkah imbauan untuk lebih meningkatkan keamanan. Di antaranya, penyelenggara bandara agar selalu berkoordinasi dengan pihak keamanan setempat dan lebih waspada dengan melakukan pemeriksaan. “Misal, seperti izin masuk terhadap orang sebelum masuk ke daerah keamanan terbatas bandara,” jelasnya.

 

 

Kemudian, kepada penyelenggara angkutan udara, lanjut Adita, juga agar melakukan pemeriksaan yang lebih intensif terhadap calon penumpang. Yakni dengan memeriksa boarding pas dan mencocokkan identitas diri. Termasuk memeriksa barang-barang bawaan guna keamanan penerbangan. “Seluruh lapter di Kabupaten Nduga yang selama ini dikelola pemda juga agar selektif dan selalu berkoordinasi dengan pihak keamanan dalam hal pemberian izin terbang,” ujarnya.

 

 

Diketahui, di Kabupaten Nduga, Papua sendiri terdapat beberapa bandara atau lapter. Diantaranya yakni Lapter Mapenduma, Mugi, Paro, dan Kenyam. Di mana, untuk Lapter Paro dan Kenyam ada penerbangan perintis. (gih/idr/syn)

 

Sahrul Yunizar

Jawa Pos Koran

0821-1042-6047

JAKARTA – Nasib pilot Susi Air PK-BVY yang disandera oleh Kelompok Separatis Teroris (KST) di Kabupaten Nduga, Papua, masih misteri. Sampai kemarin (8/2) TNI dan Polri terus berupaya menyelamatkan pilot berkewarganegaraan Selandia Baru tersebut.

Selain menerjunkan pasukan, mereka mengambil langkah negosiasi melalui pendeta dan tokoh masyarakat setempat. Sementara lima orang penumpang pesawat dan 15 pekerja bangunan dipastikan telah dievakuasi.

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyampaikan bahwa pihaknya telah mengambil langkah penyelamatan pilot Susi Air bernama Philips itu bersama tim dari TNI. ”Dilakukan pencarian dimana pilot ini,” terang dia usai hadir dalam acara Rapat Pimpinan TNI – Polri di Jakarta. Polri juga telah berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Selandia Baru. Tujuannya agar mereka mempercayakan proses penyelamatan pilot tersebut kepada TNI dan Polri.

Khusus lima orang penumpang Susi Air yang bertolak dari Timika, Kabupaten Mimika ke Paro, Kabupaten Nduga dua hari lalu, ditegaskan oleh Sigit mereka tidak disandera. Lima penumpang itu merupakan masyarakat lokal. Bersama 15 pekerja bangunan Puskesmas Paro, kemarin TNI – Polri telah mengevakuasi mereka. ”Hanya pilot saja (yang belum dievakuasi),” papar pejabat yang pernah bertugas sebagai kepala Bareskrim tersebut.

Di tempat yang sama, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menegaskan bahwa evakuasi sudah selesai dilakukan oleh TNI dan Polri. Mereka dibawa dari Distrik Paro ke Timika melalui Distrik Kenyam yang tidak lain adalah ibu kota Nduga. ”Dengan sudah kami evakuasi 15 (orang), prioritasnya sekarang untuk mencari pilot (Susi Air),” kata Yudo. Selain pencarian pilot, TNI juga sudah melakukan penebalan personel di Distrik Paro. Diakui oleh Yudo selama ini distrik tersebut aman.

Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri pun membenarkan bahwa lima penumpang Susi Air tersebut merupakan warga Distrik Paro. Mereka sama sekali tidak disandera. Sementara 15 pekerja bangunan di sana awalnya bertugas membangun puskesmas. Namun, pada 4 Januari lalu ada kelompok yang mendatangi mereka. ”Kelompok itu curiga, karena dari 15 pekerja itu ada lima yang tidak memiliki kartu identitas,” jelas dia.

Baca Juga :  71 Tokoh Sampaikan Sikap

Untuk itu, pihaknya menyusun rencana evakuasi. Aparat keamanan di Papua memutuskan mereka ditarik dari Distrik Paro oleh pesawat yang mendarat lebih awal di daerah tersebut. ”Saat pesawat terbang masuk, dibawa keluar ini pekerja-pekerja,” kata Mathius. Sayang, pesawat Susi Air yang membawa dan menurunkan penumpang di sana malah ditahan dan dibakar oleh KST di bawah komando Egianus Kogoya.

Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa (7/2). ”Pesawat tidak boleh terbang kembali saat itu,” terangnya. Beruntung ada seorang pendeta yang berinisiatif mengamankan 15 pekerja dan membantu mengeluarkan mereka dari Distrik Paro. ”Kalau tidak segera dikeluarkan dari Paro dikhawatirkan ada korban dari pekerja,” ungkap jenderal bintang dua Polri tersebut. Kemarin siang, 15 pekerja bangunan Puskesmas Paro itu dipastikan selamat dan telah berhasil dievakuasi ke Timika.

Petugas kesehatan yang telah disiapkan pun langsung memeriksa 15 orang tersebut. ”Mereka diantar oleh sembilan warga,” terang Mathius. Dengan begitu, dipastikan hanya ada satu sandera. Pilot pesawat Susi Air. Menurutnya, langkah yang akan ditempuh merupakan pendekatan persuasif. Caranya dengan melakukan pendekatan melalui pendeta dan tokoh masyarakat. ”Saya optimis pilot ini akan dibebaskan,” tegasnya.

Berdasar data dari Kodam XVII/Cenderawasih 15 pekerja bangunan yang sudah berhasil dievakuasi terdiri atas GY, DW, TB, IB, SW, MY, GR, FRR, YPS, RW, AH, MH, AK, AR, dan WEH. ”Proses evakuasi yang dilakukan melibatkan aparat gabungan TNI Polri menggunakan helikopter,” ungkap Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI M. Saleh. Sampai kemarin sore, mereka masih berada di Kenyam untuk diperiksa oleh petugas medis.

Terpisah, Komandan Korem 172/Praja Wira Yakhti Brigjen TNI J. O. Sembiring menyampaikan, keberhasilan evakuasi 15 pekerja bangunan itu tidak lepas dari peran masyarakat setempat. Untuk itu, dia turut menyampaikan terimakasih. ”Terimakasih kepada masyarakat yang telah membantu penyelamatan 15 orang pekerja,” ujar Sembiring. Menurut dia, bantuan itu sekaligus menegaskan bahwa masyarakat di sana tidak setuju keberadaan KST.

Baca Juga :  Kemenko PMK Usulkan Nasi Jagung Untuk Diversifikasi Pangan

 

 

Jenderal bintang satu TNI AD memaklumi bila para pekerja bangunan tersebut masih merasakan trauma. Sebab, mereka menjadi korban teror KST. Mereka sempat diancam bakal dibunuh oleh Egianus Kogoya dan kelompoknya bila tidak segera keluar meninggalkan Paro. ”Sehingga kami akan fokuskan untuk pemulihan kondisi mereka. Baik dari kondisi psikis dan fisik mereka,” kata Sembiring.

 

 

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengungkapkan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara hingga saat ini terus melakukan koordinasi dan memonitor perkembangan kasus penyerangan Pesawat Susi Air PK-BVY yang terjadi di Lapter Paro, Nduga. Yakni melalui Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke. “Untuk Lapter Paro masih ditutup sementara, mengingat posisi pesawat yang dirusak berada di tengah-tengah lapter. Sehingga tidak memungkinkan operasional penerbangan ke atau dari Lapter Paro,” terangnya.

 

 

Menyikapi adanya peristiwa penyerangan pesawat tersebut, dikatakan Adita, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga telah melakukan langkah-langkah imbauan untuk lebih meningkatkan keamanan. Di antaranya, penyelenggara bandara agar selalu berkoordinasi dengan pihak keamanan setempat dan lebih waspada dengan melakukan pemeriksaan. “Misal, seperti izin masuk terhadap orang sebelum masuk ke daerah keamanan terbatas bandara,” jelasnya.

 

 

Kemudian, kepada penyelenggara angkutan udara, lanjut Adita, juga agar melakukan pemeriksaan yang lebih intensif terhadap calon penumpang. Yakni dengan memeriksa boarding pas dan mencocokkan identitas diri. Termasuk memeriksa barang-barang bawaan guna keamanan penerbangan. “Seluruh lapter di Kabupaten Nduga yang selama ini dikelola pemda juga agar selektif dan selalu berkoordinasi dengan pihak keamanan dalam hal pemberian izin terbang,” ujarnya.

 

 

Diketahui, di Kabupaten Nduga, Papua sendiri terdapat beberapa bandara atau lapter. Diantaranya yakni Lapter Mapenduma, Mugi, Paro, dan Kenyam. Di mana, untuk Lapter Paro dan Kenyam ada penerbangan perintis. (gih/idr/syn)

 

Sahrul Yunizar

Jawa Pos Koran

0821-1042-6047

Berita Terbaru

Artikel Lainnya