Melihat Kondisi Pedagang Pasar Youtefa Abepura Seminggu Pasca Kebakaran
Pasca kebakaran yang melanda Pasar Youtefa Abepura, Sabtu (7/1) praktis pedagang di 170 lapak/kios yang ada di pasar tersebut tak bisa berjualan dengan nyaman. Namun, desakan kebutuhan sehari-hari, mendorong mereka untuk segera bangkit berusaha lagi di pasar ini?
Laporan: Carolus Daot_JayapuraÂ
Memasuki tahun baru 2023 ini bencana kebakaran terjadi secara beruntun. Bahkan baru masuk pertengahan bulan januari ini, sebanyak 5 kali terjadi bencana kebakaran di Kota Jayapura. Salah satunyanya adalah Pasar Youtefa Abepura, yang menampung banyak ribuan pedagang. Selain itu pasar ini juga terbilang paling lengkap dibandingkan dengan pasar lainnya yang ada di Kota Jayapura.
  Hanya saja, keberadaan pasar ini tak lepas dari berbagai musibah. Selain musibah banjir, musibah kebakaran sering terjadi di kawasan pasar ini. Saat pedagang merasa lega, karena tidak ada banjir di awal tahun, namun justru harus menghadapi musibah kebakaran kembali, Sabtu (7/1).
  Dari musibah tersebut di lokasi bagian tengah Pasar Youtefa, tak satupun lapak pedagang yang tersisa, semua kini tinggal puing-puing dan rata jadi tanah lapang.
 Jumat (13/1) pekan kemarin, lahan bekas kebakaran yang berada dibagian tengah lokasi Pasar Youtefa Abepura, Distik Abepura, Kota Jayapura, Papua, itu tak lagi mendegar suara riang dari para pedagang. Yang ada suasana hening bak rumah tanpa penghuni. Sebab yang ada di lokasi kebakaran tersebut hanyalah puing puing bekas kebakaran.
 Tak mau meratapi nasib, para pedagang tangguh di pasar ini mulai bangkit, meski pun menggunakan lapak darurat dengan beratapkan terpal berupaya jualan kembali.
 Salah satunya Legiana (48) penjual benang jahit, mengatakan dirinya sudah tiga hari berjualan dengan menggunakan Lapak darurat, selama berjualan, omset jualannya paling jauh dari harapan, lantaran kurangnya pembeli yang datang.
  Parahnya lagi, lanjut Legiana, berjualan menggunakan tempat darurat seperti itu sangat tidak nyaman, pasalnya saat hujan tiba, mereka tidak bisa berjualan.
 Dengan lapak yang berukuran tak seberapa luas ini, Ia berupaya dapat menjual barang yang sisa, walaupun omset penjualanya sangat berkurang namun tidak membuat dirinya pasrah.
 Perempuan berdarah Jawa ini mengaku jika dirinya masih meninggalkan utang di Bank yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga walaupun dengan kondisi yang tidak mengenakan, ia tetap berjualan seadanya.
 “Saya beli kios kemarin dengan harga Rp. 200 juta, itu saya pinjam uang di Bank, padahal baru 8 bulan saya cicil, sayangnya harus menerima musibah ini,” cerita Legina.
 Legina mengatakan pasca kebakaran tak satupun barang jualanya yang terselamatkan, semuanya ludes terbakar, bahkan kerugiaanya diperkirakan ratusan juta.
 Dengan raut wajahnya yang terlihat letih perempuan berdarah Jawa itu, tak pernah menghiraukan dengan kondisi cuaca panas, lantaran selain berjualan untuk membayar cicilan, ia juga mengaku jika hasil jualanya itu satu satunya sumber pemasukan untuk menghidupi keluarganya.
 “Saya harus kerja, karena jika tidak, kasihan anak-anak tidak makan, mana pusing bayar cicilan Bank, sehingga walaupun kondisi jualan pakai lapak darurat dan sangat tidak mengenakan, tapi mau bagaimana lagi,” tuturnya.
 Terlepas dengan musibah yang mereka alami saat ini, Legina mengharapkan agar pemerintah Kota segera membangun lapak baru bagi korban, sehingga mereka dapat memeperoleh pemasukan.
 “Kami cuma minta pemerintah bisa segera bangun lapak maupun kios baru, bagi kami,karena kami sudah tidak punya uang untuk bangun kios lagi,” harapnya.
 Sementara Nusryati Kepala UPTD Pasar Induk Regional Youtefa Abepura mengatakan dari hasil pendataan jumlah lapak yang terbakar sebanyak 79 sementara kios sebanyak 91. Dari jumlah yang ada diperkirakan kerugian bica capai miliaran rupiah.
 “Pastinya kerugiaanya besar karena semuanya ini pedagang pakaian, kami telah laporkan jumlah korban ini kepada PJ Walikota namun belum ada jawaban,” kata Nursyati.
 Adapun permintaan dari korban yang diajukan, kata Nursyati, meminta kepada pemerintah untuk segera membangun kios-kios maupun lapak baru bagi pedagang. Selain itu agar iuran bulanan pasca lapak dibangun, selama enan bulan para korban tidak membayar iuran bulanan, juga permintaan lain yang diajukan oleh para korban.
 “Jadi pasca kebakaran, mulai hari minggu sampai kamis kemarin kami telah mendata jumlah korban, semua keluhan dari korban telah kami ajukan ke PJ Walikota Jayapura, tinggal apa jawaban dari PJ walikoga nantinya,” kata Nusryati.
Nursyati mengungkapkan karena terlalu lama tidak berjualan sebagian pedagang ingin menbangun Kios dengan menggunakan biaya pribadi. Ia pun telah mengajukan usulan para korban ini kepada pemerintah kota, namun masih belum mendapat jawaban.
 “Banyak yang minta agar mereka bangun kios sendiri menggunakan uang pribadi lantaran sudah jenuh, karena pasca kebakaran itu mereka tidak bisa jualan lagi,” ujarnya
 Ia pun mengharapkan agar apa yang diharapkan para korban kiranya pemerintah Kota Jayapura dapat segera menjawab sehingga pihaknya dapat menyampaikan hal itu kepada para Korban.
 “Intinya kita tunggu apa jawaban dari PJ Walikota Jayapura, karena kasihan juga para korban ini sudah hampir satu minggu tidak jualan, pastinya mereka rasa kehilangan karena tidak ada pemasukan,” ujarnya. (*/tri)