Sunday, November 24, 2024
30.7 C
Jayapura

Perempuan Papua Pertama yang Jadi Dokter Bedah Saraf

JAYAPURA – dr. Pauline Christine Sajori, Sp.BS, perempuan Papua pertama yang menjadi dokter ahli bedah saraf. Ibu dua anak ini diwisuda, pada Rabu (26/10) di Universitas Gadjah Mada Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) bersama 1.567 mahasiswa pasca sarjana.

Asal instansi dr. Pauline Christine Sajori sendiri dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Jayapura dengan pengalaman kerja dokter PTT Brigade Siaga Bencana sekaligus  PNS RSUD Jayapura.“Saya menempuh Pendidikan S1 Dokter dari FK Uncen dan Spesialis dari FKKMK UGM,” kata ibu dua anak ini.

dr. Pauline Christine Sajori merupakan Angkatan kedua di Fakultas Kedokteran Uncen. Masuk kuliah tahun 2003 dan lulus pada tahun 2010. Sementara Spesialis dari FKKMK UGM selama 5 tahun 6 bulan atau setara dengan 11 semester.

Baca Juga :  Papua Kehilangan Wakil yang Humble dan Tak Neko-neko

Untuk S2 di FKKMK UGM, dr. Pauline Christine Sajori mengaku disekolahkan oleh Pemerintah Provinsi Papua melalui bantuan beasiswa.

“Setelah ini, saya akan balik ke Papua untuk melayani masyarakat Papua, terutama untuk kasus kasus bedah saraf di RSUD Dok II Jayapura. Terlebih selama ini dokter bedah saraf kita terbatas di Papua,” terangnya.

Selama 5 tahun 6 bulan kuliah di Jawa, dr. Pauline Christine Sajori mengaku sedikit mengalami kendala terutama soal gaya bahasa antara di Papua dan wilayah barat.

“Pertama kali datang untuk kuliah,  adat budaya agak sedikit masalah buat saya. Karena di Jawa bahasa beda dengan kita di Papua, harus menyesuaiakan dan lama kelamaan terbiasa,” ungkapnya.

Baca Juga :  Egianus Bantah Anggotanya jadi Korban Mutilasi

Ia pun menyampaikan anak anak Papua untuk tidak takut bermimpi soal Pendidikan mereka, untuk generasi Papua yang sedang menempuh Pendidikan saat ini, dr. Pauline Christine Sajori berpesan agar tetap semangat.

“Ketika nanti sudah sukes, harus kembali untuk melihat masyarakat Papua terutama untuk memajukan kesehatan di tanah Papua. Tidak perlu minder atau ragu, walaupun kita dari timur tapi kita juga punya kemampuan dalam bidang apa pun,” pungkasnya. (fia/wen)

JAYAPURA – dr. Pauline Christine Sajori, Sp.BS, perempuan Papua pertama yang menjadi dokter ahli bedah saraf. Ibu dua anak ini diwisuda, pada Rabu (26/10) di Universitas Gadjah Mada Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) bersama 1.567 mahasiswa pasca sarjana.

Asal instansi dr. Pauline Christine Sajori sendiri dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Jayapura dengan pengalaman kerja dokter PTT Brigade Siaga Bencana sekaligus  PNS RSUD Jayapura.“Saya menempuh Pendidikan S1 Dokter dari FK Uncen dan Spesialis dari FKKMK UGM,” kata ibu dua anak ini.

dr. Pauline Christine Sajori merupakan Angkatan kedua di Fakultas Kedokteran Uncen. Masuk kuliah tahun 2003 dan lulus pada tahun 2010. Sementara Spesialis dari FKKMK UGM selama 5 tahun 6 bulan atau setara dengan 11 semester.

Baca Juga :  Dispen Biak Janji Tahun Depan Perbaiki Fasilitas SD Inpres Sunsundi

Untuk S2 di FKKMK UGM, dr. Pauline Christine Sajori mengaku disekolahkan oleh Pemerintah Provinsi Papua melalui bantuan beasiswa.

“Setelah ini, saya akan balik ke Papua untuk melayani masyarakat Papua, terutama untuk kasus kasus bedah saraf di RSUD Dok II Jayapura. Terlebih selama ini dokter bedah saraf kita terbatas di Papua,” terangnya.

Selama 5 tahun 6 bulan kuliah di Jawa, dr. Pauline Christine Sajori mengaku sedikit mengalami kendala terutama soal gaya bahasa antara di Papua dan wilayah barat.

“Pertama kali datang untuk kuliah,  adat budaya agak sedikit masalah buat saya. Karena di Jawa bahasa beda dengan kita di Papua, harus menyesuaiakan dan lama kelamaan terbiasa,” ungkapnya.

Baca Juga :  Papua Masih Butuh KPS

Ia pun menyampaikan anak anak Papua untuk tidak takut bermimpi soal Pendidikan mereka, untuk generasi Papua yang sedang menempuh Pendidikan saat ini, dr. Pauline Christine Sajori berpesan agar tetap semangat.

“Ketika nanti sudah sukes, harus kembali untuk melihat masyarakat Papua terutama untuk memajukan kesehatan di tanah Papua. Tidak perlu minder atau ragu, walaupun kita dari timur tapi kita juga punya kemampuan dalam bidang apa pun,” pungkasnya. (fia/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya