
MERAUKE- Ahli waris dari para perintis misi Katolik dan Protestan di Kabupaten Merauke menolak rencana pemerintah daerah yang akan memindahkan sedikitnya 400 makam yang ada di belakang Tugu Lingkaran Brawijaya (Libra) Merauke.
Senin (20/5) lalu, para tokoh dari Katolik dan Protestan menggelar rapat berlangsung Pertenten Sai Merauke. Hasilnya, menolak pemindahan 400 makam yang ada di lahan sekitar kurang lebih 1 hektar tersebut. Dalam pertemuan itu juga ditunjuk sebagai ketua adalah Aloysius Dumatubun, SH.
Dihubungi kemarin, Aloysius Dumatubun menjelaskan, bahwa para ahli waris menolak rencana pemerintah daerah memindahkan 400 makam yang ada di kuburan tersebut. ‘’Apapun yang terjadi, kami ahli waris perintis dengan tegas menyatakan menolak pemindahan 400 makam yang ada di kuburan tersebut,’’ tandas Aloysius Dumatubun.
Menurut Aloysius bahwa yang harus disadari bahwa mereka yang dimakamkan di kuburan tersebut adalah yang datang ke Tanah Animha membawa kabar suka cita khususnya yang Katolik maupun Kristen Protestan. ‘’Pertanyaan sekarang apakah selama ini ada menggangu dan mengusik dan tiba-tiba pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Tata Kota langsung akan memindahkan 400-an makam di sana. Kalau pemerintah mau buat ruang terbuka hijau (RTH) maka pertanyaan saya mari kita mulai ruang terbuka hijau itu dari mana. Apakah kita mulai dari bandara atau dari pelabuhan. Karena kita harus ingat bahwa peradaban itu masuk mulai dari laut. “ ujarnya.
“Conton, begitu kita masuk dari pelabuhan, kita lurus dan mentok di sana kuburan Belanda. Itukan menandakan bahwa itu dulu batas kota ada di situ, dan yang dimakamkan di sana adalah kolonial. mengapa makam mereka tidak dicanangkan masuk ke dalam RTH. Justru oleh pak bupati dicat dan dibuat ruang terbuka hijau dan lebih cantik. Itu bukan bangsa Indonesia tapi kuburannya itu dijaga, dipercantik dan diperlihara sebagai tonggak sejarah. Tapi mengapa bangsamu sendiri yang memperjuangkan dan membawa suka cita Injil ke tanah Papua ini mau di gusur-gusur,’’ tuturnya panjang lebar.
Karena itu, tandas Aloysius Dumatubun, pihaknya dengan tegas menolak rencana pemindahan 400 makam tersebut. ‘’Ingat pesan dari tokoh Proklamator kita. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya. Mereka itu pahlawan. Yang saya tahu itu kuburan Katolik dan yang boleh dimakamkan di sana adalah tokoh-tokoh dari Gereja Katolik maupun Protestan,’’ jelasnya. Termasuk guru-guru juga banyak dimakamkan di sana.
‘’ Kasihan mereka sudah datang berjuang di sini dari gelap maupun terang dan mau di kasih gusur,’’ terangnya.
Aloysius Dumatubun mengaku bahwa pihaknya tetap akan meminta audiens dengan pemerintah daerah. Namun audiens ini akan dilakukan pihaknya setelah penetapan presiden terpilih oleh KPU RI. (ulo/tri)