Tuesday, December 24, 2024
31.7 C
Jayapura

Tangani 862 Satuan Pendidikan, Dalam Lima Tahun Terakhir 4000 Guru Berijazah S1

Perkembangan Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) di Tanah Papua PK di Usia yang ke-60

Hari Ulang Tahun Ke-60 Yayasan Pendidikan Kristen( YPK) Di Tanah Papua dilaksanakan secara serentak dan meriah pada hari Selasa (8/3) lalu. Acara dipusatkan di Kabupaten Nabire dihadiri Ketua Umum YPK Di Tanah Papua Dr.Nomensen Steffan Mambraku dan Bupati Nabire, Bupati Puncak Jaya, Bupati Waropen dan Bupati Paniai.

Laporan: Priyadi_Jayapura

Ketua Umum YPK di Tanah Papua Dr.Nomensen Steffan Mambraku, mengungkapkan YPK Di Tanah Papua sampai saat ini masih eksis. Dimana YPK dari dulu sampai sekarang memang membutuhkan perjuangan berat untuk tetap eksis, baik dalam pengembangan SDM Tenaga Pendidik dan Kependidikan, peningkatan Sarpras Fasilitas Gedung, maupun peserta didik yang terus bertambah.

   “Tantangan yang dihadapi saat ini, YPK di Tanah Papua harus bisa menyesuaikan diri di era digitalisasi baik dalam peningkatan SDM, Layanan dan lainnya sesuai perkembangan zaman.” ungkapnya.

   Diakui, dalam memaknai 60 tahun YPK di Tanah Papua, Dr.Nomensen Steffan Mambraku memberikan testimoni historika pendidikan di Tanah Papua atau Irian Barat pada waktu itu. Dokumen sejarah pendidikan di Irian Barat membuktikan bahwa YPK adalah pewaris pendidikan masa lampau yang dimulai sejak tahun 1856 di Mansinam.

  Yakni, dengan metodologi pembelajaran Baca, Tulis, Menghitung (Calistung) serta latihan keterampilan kerja bagi anak usia sekolah. Demikian pula pendidikan formal yang digagas oleh Zendeling berkebangsaan Eropa dimulai pada tahun 1925 hingga tahun 1958 dengan pola pendekatan yang berorientasi pada perubahan budaya, serta sistem educare yakni merawat, memelihara dan membentuk kecerdasan intelektual dan moralitas yang berkualitas baik.

   Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa YPK adalah Pioner Pendidikan (Education Pioner) dan pembuka tabir kegelapan (opener of darkness) di Tanah Papua. Selanjutnya YPK secara de yure berdiri pada tanggal 18 Januari 1962 dengan nomor registrasi 771 tahun 1962 pada Lembaran Negara Kerajaan Belanda dan secara de fakto melaksanakan peran dan fungsinya pada  8 Maret 1962, atau setahun sebelum Irian Barat integrasi ke dalam Negara Republik Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963.

Baca Juga :  Mulai Ubah Pola, Ada yang Sampai Alami Gangguan Jiwa

   Pada tanggal 18 Januari 1962 itulah terjadi penyerahan lembaga pendidikan yang kini dikenal dengan YPK dari gereja pendiri (ZNHK) di Kerajaan Belanda kepada gereja-gereja pengemban yakni GKI di Tanah Papua, Gereja Protestan Maluku (kini disebut Gereja Protestan Indonesia) di Tanah Papua dan Gereja Menonai (kini disebut Gereja Baptis Kepala Burung).

Fakta sejarah tersebut di atas menempatkan YPK pada posisi sebagai Rumah Pertama Peradaban Manusia Papua.

    YPK dalam kiprahnya sebagai Lembaga Pengemban Pendidikan bekerjasama dengan lembaga swasta lainnya bergandeng tangan dengan lembaga pengemban pendidikan pemerintah bersinergi menyelenggarakan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pola pendekatan pendidikan nasional bertumpu pada 5 standar hakekat pendidikan yaitu : Kurikulum, Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), Kompetensi Lulusan, Sarana Prasarana dan Pembiayaan Pendidikan.

   Secara kelembagaan, YPK  bertanggungjawab terhadap 862 satuan pendidikan dasar dan menengah dengan peserta didik berjumlah 84.858. Satuan-satuan pendidikan dimaksud terletak di seluruh wilayah sebaran manusia Papua.

   Sedangkan  untuk guru saat ini sudah berjumlah sekitar 5.000 guru, kemudian 5 tahun lalu guru YPK berijazah S1 hanya 94 orang dan hari ini berijazah S1 kurang lebih 4.000 orang dengan presentase 34 persen guru YPK di jenjang S2, secara aspek pengembangan organisasi sudah menggagas YPK lebih baik dari hari lalu.

Baca Juga :  Masih Minim Personel, Harus Memiliki Jiwa Sosial yang Tinggi

    “Dengan kemitraan yang baik antara pemerintah maupun pemerintah daerah, semua satuan pendidikan YPK di Tanah Papua memperoleh bantuan dana pendidikan  dalam bentuk Dana BOS yang bersumber dari APBN dan bantuan kelembagaan yang berasal dari APBD Otsus Papua dan Papua Barat,”ungkapnya, Rabu (9/3)kemarin.

    Ditambahkan, kemitraan ini merupakan peluang dan menjadi faktor pendorong YPK baik di tingkat Badan Pengurus, PSW, dan Satuan Pendidikan, untuk bersinergi dengan pemerintah daerah dalam rangka memaksimalkan tata kelola pendidikan dan tata kelola profesionalisme guru secara berkelanjutan dan bertanggungjawab untuk pengembangan layanan pendidikan.

    Dari catatan YPK masa lampau, dewasa ini YPK sedang menggagas masa depan yang lebih baik dari hari ini. Meski disadari bahwa setiap masa ada pemimpinnya dan setiap pemimpin ada masanya, namun korelasi kedua kontinum itu menunjukkan bahwa setiap pemimpin pada masanya tidak dapat menyelesaikan cita-cita dan harapannya tetapi yang pasti ada perubahan ke arah kemajuan.

   “Kiranya pemaknaan 60 tahun YPK di Tanah Papua ini dapat bermanfaat bagi pelaksanaan pembangunan di bidang pendidikan secara mikro di lingkungan YPK di Tanah Papua dan secara makro pendidikan di Tanah Papua,”ujarnya.

  Diakui, bicara soal pendidikan ada 5 aspek mulai kurikulum dan YPK adalah pendidikan nasional tetap mengikuti kurikulum nasional dan tetap identitas YPK menjadi utama unggul, teladan harus mandiri, alkitabiah, kemudian profesional dengan menciptakan guru profesional supaya mereka mendapatkan dan profesi dan menguasai materi pendidikan serta prasarana mulai tahun ini dikejar. (*/tri)

Perkembangan Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) di Tanah Papua PK di Usia yang ke-60

Hari Ulang Tahun Ke-60 Yayasan Pendidikan Kristen( YPK) Di Tanah Papua dilaksanakan secara serentak dan meriah pada hari Selasa (8/3) lalu. Acara dipusatkan di Kabupaten Nabire dihadiri Ketua Umum YPK Di Tanah Papua Dr.Nomensen Steffan Mambraku dan Bupati Nabire, Bupati Puncak Jaya, Bupati Waropen dan Bupati Paniai.

Laporan: Priyadi_Jayapura

Ketua Umum YPK di Tanah Papua Dr.Nomensen Steffan Mambraku, mengungkapkan YPK Di Tanah Papua sampai saat ini masih eksis. Dimana YPK dari dulu sampai sekarang memang membutuhkan perjuangan berat untuk tetap eksis, baik dalam pengembangan SDM Tenaga Pendidik dan Kependidikan, peningkatan Sarpras Fasilitas Gedung, maupun peserta didik yang terus bertambah.

   “Tantangan yang dihadapi saat ini, YPK di Tanah Papua harus bisa menyesuaikan diri di era digitalisasi baik dalam peningkatan SDM, Layanan dan lainnya sesuai perkembangan zaman.” ungkapnya.

   Diakui, dalam memaknai 60 tahun YPK di Tanah Papua, Dr.Nomensen Steffan Mambraku memberikan testimoni historika pendidikan di Tanah Papua atau Irian Barat pada waktu itu. Dokumen sejarah pendidikan di Irian Barat membuktikan bahwa YPK adalah pewaris pendidikan masa lampau yang dimulai sejak tahun 1856 di Mansinam.

  Yakni, dengan metodologi pembelajaran Baca, Tulis, Menghitung (Calistung) serta latihan keterampilan kerja bagi anak usia sekolah. Demikian pula pendidikan formal yang digagas oleh Zendeling berkebangsaan Eropa dimulai pada tahun 1925 hingga tahun 1958 dengan pola pendekatan yang berorientasi pada perubahan budaya, serta sistem educare yakni merawat, memelihara dan membentuk kecerdasan intelektual dan moralitas yang berkualitas baik.

   Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa YPK adalah Pioner Pendidikan (Education Pioner) dan pembuka tabir kegelapan (opener of darkness) di Tanah Papua. Selanjutnya YPK secara de yure berdiri pada tanggal 18 Januari 1962 dengan nomor registrasi 771 tahun 1962 pada Lembaran Negara Kerajaan Belanda dan secara de fakto melaksanakan peran dan fungsinya pada  8 Maret 1962, atau setahun sebelum Irian Barat integrasi ke dalam Negara Republik Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963.

Baca Juga :  Delapan Bus Siap Melayani, Kenaikan Tarif Rp 10 Ribu Hingga Rp 25 Ribu

   Pada tanggal 18 Januari 1962 itulah terjadi penyerahan lembaga pendidikan yang kini dikenal dengan YPK dari gereja pendiri (ZNHK) di Kerajaan Belanda kepada gereja-gereja pengemban yakni GKI di Tanah Papua, Gereja Protestan Maluku (kini disebut Gereja Protestan Indonesia) di Tanah Papua dan Gereja Menonai (kini disebut Gereja Baptis Kepala Burung).

Fakta sejarah tersebut di atas menempatkan YPK pada posisi sebagai Rumah Pertama Peradaban Manusia Papua.

    YPK dalam kiprahnya sebagai Lembaga Pengemban Pendidikan bekerjasama dengan lembaga swasta lainnya bergandeng tangan dengan lembaga pengemban pendidikan pemerintah bersinergi menyelenggarakan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pola pendekatan pendidikan nasional bertumpu pada 5 standar hakekat pendidikan yaitu : Kurikulum, Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), Kompetensi Lulusan, Sarana Prasarana dan Pembiayaan Pendidikan.

   Secara kelembagaan, YPK  bertanggungjawab terhadap 862 satuan pendidikan dasar dan menengah dengan peserta didik berjumlah 84.858. Satuan-satuan pendidikan dimaksud terletak di seluruh wilayah sebaran manusia Papua.

   Sedangkan  untuk guru saat ini sudah berjumlah sekitar 5.000 guru, kemudian 5 tahun lalu guru YPK berijazah S1 hanya 94 orang dan hari ini berijazah S1 kurang lebih 4.000 orang dengan presentase 34 persen guru YPK di jenjang S2, secara aspek pengembangan organisasi sudah menggagas YPK lebih baik dari hari lalu.

Baca Juga :  Masih Minim Personel, Harus Memiliki Jiwa Sosial yang Tinggi

    “Dengan kemitraan yang baik antara pemerintah maupun pemerintah daerah, semua satuan pendidikan YPK di Tanah Papua memperoleh bantuan dana pendidikan  dalam bentuk Dana BOS yang bersumber dari APBN dan bantuan kelembagaan yang berasal dari APBD Otsus Papua dan Papua Barat,”ungkapnya, Rabu (9/3)kemarin.

    Ditambahkan, kemitraan ini merupakan peluang dan menjadi faktor pendorong YPK baik di tingkat Badan Pengurus, PSW, dan Satuan Pendidikan, untuk bersinergi dengan pemerintah daerah dalam rangka memaksimalkan tata kelola pendidikan dan tata kelola profesionalisme guru secara berkelanjutan dan bertanggungjawab untuk pengembangan layanan pendidikan.

    Dari catatan YPK masa lampau, dewasa ini YPK sedang menggagas masa depan yang lebih baik dari hari ini. Meski disadari bahwa setiap masa ada pemimpinnya dan setiap pemimpin ada masanya, namun korelasi kedua kontinum itu menunjukkan bahwa setiap pemimpin pada masanya tidak dapat menyelesaikan cita-cita dan harapannya tetapi yang pasti ada perubahan ke arah kemajuan.

   “Kiranya pemaknaan 60 tahun YPK di Tanah Papua ini dapat bermanfaat bagi pelaksanaan pembangunan di bidang pendidikan secara mikro di lingkungan YPK di Tanah Papua dan secara makro pendidikan di Tanah Papua,”ujarnya.

  Diakui, bicara soal pendidikan ada 5 aspek mulai kurikulum dan YPK adalah pendidikan nasional tetap mengikuti kurikulum nasional dan tetap identitas YPK menjadi utama unggul, teladan harus mandiri, alkitabiah, kemudian profesional dengan menciptakan guru profesional supaya mereka mendapatkan dan profesi dan menguasai materi pendidikan serta prasarana mulai tahun ini dikejar. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya