Tampak sejumlah Tenaga Kesehatan saat menghadiri rapat dengar pendapat antara DPRD Merauke dan Pemkab Merauke, Kamis, (27/1).
MERAUKE–Sistem pengamanan RSUD Merauke dinilai buruk atau kurang bagus. Penilaian ini disampaikan langsung oleh para Tenaga Kesehatan (Nakes) RSUD Merauke yang diwakili Ketua Ikatan Perawat RSUD Merauke, Purwaningsih di hadapan anggota DPRD Merauke, Kamis, (27/1), kemarin.
Purwaningsi menjelaskan, kejadian 1 Desember 2021 lalu dimana salah satu perawat menjadi korban penganiayaan dan nyaris diperkosa oleh orang yang tak dikenal yang masuk ke dalam rumah sakit. ‘’Sampai sekarang kita belum tahu ujungnya sudah sampai di mana,’’ katanya.
Sementara korban telah dirujuk ke Makassar untuk penanganan lebih lanjut akibat cacat yang dialami pada tangannya tersebut. Purwaningsih juga meminta agar pihak kepolisian dapat menuntaskan kasus tersebut.
‘’Kami berharap bantu Kapolres untuk bisa menuntaskan kasus itu. Setidaknya pelakunya ditangkap dan diproses hukum,’’ jelasnya.
Direktur RSUD Merauke dr. Yenny Mahuze telah memberikan ancaman terhadap scurity yang bertugas pada malam kejadian. Jika masih dianggap lalai dalam melaksanakan tugasnya, maka akan dipecat.
Yenny mengakui, tenaga pengamanan atau scurity yang dipakai selama ini kurang terlatih. Sehingga kedepan, lanjut dia, baiknya keamanan RSUD Merauke diserahkan kepada pihak ketiga. ‘’Kalau dari kita, sebaiknya pengamanan RSUD Merauke ini kita serahkan ke pihak ketiga. Jadi kita di rumah sakit fokus kepada pelayanan, tidak lagi mengurusi hal-hal seperti ini. Kalau dengan pihak ketiga, mereka menyiapkan tenaga yang terlatih dan profesional,’’ jelasnya.
Namun diakui Yenny Mahuze, untuk pengamanan dapat diserahkan ke pihak ketiga itu, kembali lagi kepada ketersediaan anggaran. ‘’Kembali lagi masalah anggaran. Apakah anggarannya tersedia atau tidak. Kalau pemerintah daerah suport maka kita bisa serahkan ke pihak ketiga,’’tandasnya. (ulo/tho)