Saturday, April 20, 2024
30.7 C
Jayapura

Dianggap Coreng Nama Baik Dokter, RSUD Jayapura Tempuh Jalur Hukum

JAYAPURA-Dua hari terakhir, media sosial diramaikan dengan video berdurasi 1 menit 28 detik. Dalam video berdurasi singkat itu, terdengar teriakan seorang laki-laki menyebut dokter tukang makan orang Papua.

Tidak hanya itu, cuplikan di video itu terdengar jelas suara para lelaki yang sedang berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura dengan lantang menyebut “tukang makan orang, semua orang Papua ini dokter yang makan”.

Atas video yang beredar tersebut, pihak rumah sakit langsung memberikan tanggapannya.
Direktur RSUD Jayapura, dr. Anton T Mote menerangkan, persoalan yang terjadi di RSUD Jayapura adalah antara keluarga pasien dan sejawat dokter. Saat sedang dilakukan diskusi antara dokter dan keluarga pasien, terjadi insiden pemukulan terhadap sejawat dokter.

Menurut dr Anton, kejadian tersebut hanyalah kesalahpahaman. Semua proses sudah dilalui dan sesuai dengan SOP yang berlaku. Pihak keluarga sudah menyetujui, hingga terakhir gelombang dari belakang yang datang mengkomplain dokter.

Bahkan kata dr Anthon, surat-surat pernyataan kesediaan pihak keluarganya sudah bertandatangan. Kondisi pasien saat itu benar-benar sangat minim hingga tidak bisa tertolong.

“Kejadian seperti ini sudah sering terulang di rumah sakit ini, bahkan tidak hanya di rumah sakit Dok II melainkan di rumah sakit yang lain pun sering terjadi pemukulan terhadap para dokter,” terang dr. Anton T Mote dalam keterangan persnya kepada wartawan di RSUD Jayapura, Minggu (17/4).

Baca Juga :  BNI Wilayah 16 Tanah Papua Lakukan Operasional Terbatas

Atas peristiwa itu menurut dr Anthon, para dokter merasa tidak nyaman melaksanakan pelayanan di dalam ruang perawatan maupun rawat jalan di RSUD Jayapura.

“Kami mengimbau kepada masyarakat bahwa anarkis seperti ini tidak boleh lagi terjadi. Kalau memang ada hal-hal yang perlu dikonfirmasi kepada dokter silakan disampaikan secara baik, atau silakan sampaikan kepada manajemen,” ucapnya.

Lanjutnya, atas kejadian ini sudah ditindak lanjuti oleh dr Jems Gedi Spesialis Bedah Onkologi yang diduga dianiaya didampingi oleh kuasa hukum melaporkan ke Polda Papua. Dengan harapan kasus ini benar-benar dituntaskan secara hukum mekanisme yang berlaku.

“Kami mengharapkan ini benar-benar diseriusi oleh pihak Kepolisian, supaya kasus ini benar-benar dituntaskan baik pelaku maupun korban dalam hal ini dokter,” ungkapnya.

Ditegaskan bahwa di RSUD Jayapura tidak ada pembunuh sebagaimana video viral sejak kemarin hingga saat ini yang bertuliskan dokter pembunuh orang asli Papua.

“Saya yakin dan percaya, saya sebagai anak Papua yang saat ini memimpin rumah sakit Dok II menjamin teman-teman sejawat saya bukan pembunuh,” tegasnya.

Secara pribadi dr Anthon mengutuk keras orang yang mengviralkan video tersebut, video tersebut dianggap menyudutkan teman sejawatnya. Padahal kata dr Anthon, para dokter yang ada di RSUD Jayapura setiap hari bekerja untuk melayani orang Papua. Dengan tersebarnya Video tersebut mencoreng nama baik dokter.

Baca Juga :  Empat Bintang Kejora Antarkan Pejuang Papua Merdeka

“Hari ini semangat mereka dijatuhkan, padahal selama ini dokter yang bersangkutan melakukan pelayanan dan dia adalah satu satunya anak Papua dr Jems Gedi spesialis bedah onkologi yang melaksanakan pelayanan di Rumah Sakit Jayapura. Sekarang siapa lagi yang mau melayani kitong pung orang Papua jika setiap orang diklaim orang Papua jadi pembunuh,” paparnya.

Selain peristiwa dugaan penganiayaan terhadap seorang dokter, pihak rumah sakit juga bakal melaporkan soal penyebar situs video. Bahkan dr Anthon mengklaim jika dirinya sudah melaporkan hal ini kepada Kapolda meminta agar yang punya situs harus ditangkap dan diproses.

“Harus ditangkap dan diproses, dia harus bertanggung jawab terhadap pernyataannya. Harus mampu membuktikan jika saya punya teman teman dokter di RSUD Dok II membunuh orang, kami minta hal ini diseriusi,” tegasnya.

Sementara itu, penasehat hukum Aloysius Renwarin menyampaikan ada dua proses hukum yakni pihaknya akan melaporkan masalah pemukulan dan masalah IT.

“Semalam kita sudah laporkan dan akan diproses hukum, kita akan kawal kasus ini. Pekerjaan para medis adalah pekerja kemanusiaan, jadi harus ada perlindungan dari negara kepada pekerja kemanusiaan,” tegasnya. (ade/fia/nat)

JAYAPURA-Dua hari terakhir, media sosial diramaikan dengan video berdurasi 1 menit 28 detik. Dalam video berdurasi singkat itu, terdengar teriakan seorang laki-laki menyebut dokter tukang makan orang Papua.

Tidak hanya itu, cuplikan di video itu terdengar jelas suara para lelaki yang sedang berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura dengan lantang menyebut “tukang makan orang, semua orang Papua ini dokter yang makan”.

Atas video yang beredar tersebut, pihak rumah sakit langsung memberikan tanggapannya.
Direktur RSUD Jayapura, dr. Anton T Mote menerangkan, persoalan yang terjadi di RSUD Jayapura adalah antara keluarga pasien dan sejawat dokter. Saat sedang dilakukan diskusi antara dokter dan keluarga pasien, terjadi insiden pemukulan terhadap sejawat dokter.

Menurut dr Anton, kejadian tersebut hanyalah kesalahpahaman. Semua proses sudah dilalui dan sesuai dengan SOP yang berlaku. Pihak keluarga sudah menyetujui, hingga terakhir gelombang dari belakang yang datang mengkomplain dokter.

Bahkan kata dr Anthon, surat-surat pernyataan kesediaan pihak keluarganya sudah bertandatangan. Kondisi pasien saat itu benar-benar sangat minim hingga tidak bisa tertolong.

“Kejadian seperti ini sudah sering terulang di rumah sakit ini, bahkan tidak hanya di rumah sakit Dok II melainkan di rumah sakit yang lain pun sering terjadi pemukulan terhadap para dokter,” terang dr. Anton T Mote dalam keterangan persnya kepada wartawan di RSUD Jayapura, Minggu (17/4).

Baca Juga :  Aliansi Pemuda Papua Selatan Tolak SK Gubernur

Atas peristiwa itu menurut dr Anthon, para dokter merasa tidak nyaman melaksanakan pelayanan di dalam ruang perawatan maupun rawat jalan di RSUD Jayapura.

“Kami mengimbau kepada masyarakat bahwa anarkis seperti ini tidak boleh lagi terjadi. Kalau memang ada hal-hal yang perlu dikonfirmasi kepada dokter silakan disampaikan secara baik, atau silakan sampaikan kepada manajemen,” ucapnya.

Lanjutnya, atas kejadian ini sudah ditindak lanjuti oleh dr Jems Gedi Spesialis Bedah Onkologi yang diduga dianiaya didampingi oleh kuasa hukum melaporkan ke Polda Papua. Dengan harapan kasus ini benar-benar dituntaskan secara hukum mekanisme yang berlaku.

“Kami mengharapkan ini benar-benar diseriusi oleh pihak Kepolisian, supaya kasus ini benar-benar dituntaskan baik pelaku maupun korban dalam hal ini dokter,” ungkapnya.

Ditegaskan bahwa di RSUD Jayapura tidak ada pembunuh sebagaimana video viral sejak kemarin hingga saat ini yang bertuliskan dokter pembunuh orang asli Papua.

“Saya yakin dan percaya, saya sebagai anak Papua yang saat ini memimpin rumah sakit Dok II menjamin teman-teman sejawat saya bukan pembunuh,” tegasnya.

Secara pribadi dr Anthon mengutuk keras orang yang mengviralkan video tersebut, video tersebut dianggap menyudutkan teman sejawatnya. Padahal kata dr Anthon, para dokter yang ada di RSUD Jayapura setiap hari bekerja untuk melayani orang Papua. Dengan tersebarnya Video tersebut mencoreng nama baik dokter.

Baca Juga :  Forografer Asal Rusia Tak Lagi di Papua

“Hari ini semangat mereka dijatuhkan, padahal selama ini dokter yang bersangkutan melakukan pelayanan dan dia adalah satu satunya anak Papua dr Jems Gedi spesialis bedah onkologi yang melaksanakan pelayanan di Rumah Sakit Jayapura. Sekarang siapa lagi yang mau melayani kitong pung orang Papua jika setiap orang diklaim orang Papua jadi pembunuh,” paparnya.

Selain peristiwa dugaan penganiayaan terhadap seorang dokter, pihak rumah sakit juga bakal melaporkan soal penyebar situs video. Bahkan dr Anthon mengklaim jika dirinya sudah melaporkan hal ini kepada Kapolda meminta agar yang punya situs harus ditangkap dan diproses.

“Harus ditangkap dan diproses, dia harus bertanggung jawab terhadap pernyataannya. Harus mampu membuktikan jika saya punya teman teman dokter di RSUD Dok II membunuh orang, kami minta hal ini diseriusi,” tegasnya.

Sementara itu, penasehat hukum Aloysius Renwarin menyampaikan ada dua proses hukum yakni pihaknya akan melaporkan masalah pemukulan dan masalah IT.

“Semalam kita sudah laporkan dan akan diproses hukum, kita akan kawal kasus ini. Pekerjaan para medis adalah pekerja kemanusiaan, jadi harus ada perlindungan dari negara kepada pekerja kemanusiaan,” tegasnya. (ade/fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya