
JAYAPURA-Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri menyebut, hingga saat ini sebanyak 11 orang terduga teroris yang diamankan tim di Kabupaten Merauke.
“Sampai dengan Rabu (2/6) malam, penyampaian dari teman-teman yang bekerja di lapangan menyampaikan masih 11 orang yang diamankan. Adapun 11 orang ini masih dikakukan pendalaman dan pengembangan oleh tim yang sedang bekerja,” ungkap Kapolda Mathius Fakhiri kepada wartawan di Mapolda Papua, Kamis (3/6)
Lanjutnya, semua yang ada kaitannya dan terlibat akan dilakukan penangkapan. Namun Kapolda meminta diberikan kesempatan kepada personel Densus 88 Mabes Polri yang sedang bekerja di lapangan.
“Dari Densus 88 kita dukung untuk melakukan pekerjaannya secara tuntas di Merauke. Setelah penangkapan, para pelaku bisa dibawa ke Jayapura atau langsung diterbangkan ke Jakarta. Namun yang pasti untuk penahanan kita sudah siapkan di Mako Brimob,” jelasnya.
Dikatan, para terduga teroris ini biasanya berkumpul di masjid yang ada Bambu Pomali untuk berdakwah. Setelah melakukan kegiatan keagamaan, mereka fokus pada kegiatan yang akan dilaksanakan termasuk menunggu bagaimana menyiapkan bom dan lainnya.
“Kelompok ini agak tertutup. Kita takut paham ini dikembangkan lagi kepada masyarakat yang ada di sekitar Merauke. Untuk itu, kami sudah bekerja sama dengan FKUB yang ada di Merauke guna menjalin komunikasi aktif dengan umat Muslim yang ada di Merauke,” terangnya.
Pihaknya akan melakukan langkah-langkah dalam rangka penanganan terhadap isu-isu yang ada di tanah Papua. Termasuk meningkatkan pengamanan di daerah tersebut, sebagaimana 6 Cabor PON akan diselenggarakan di Kabupaten Merauke.
“Kita akan meningkatkan pengamanan di Merauke, dari Polda Papua sudah menyiapkan konsep. Secara masif kita menyiapkan operasi yang tertutup yaitu penggalangan dengan mengedepankan Binmas Noken untuk meningkatkan antisipasi terhadap hal hal yang berkaitan dengan isu-isu yang dapat menganggu ketertiban, kenyamanan dan kelancaran daripada pelaksanaan PON,” bebernya.
Ia berharap, dengan kegiatan yang dilakukan dibantu oleh semua elemen tokoh masyarakat, tokoh agama termasuk pemerintah daerah untuk membangkitkan citra bahwa Papua aman, nyaman, damai dan bisa terlaksanannya PON.
Sebelumnya, pada Jumat (28/5) lalu Tim Densus 88 dibackup Polda Papua melakukan penangkapan terhadap 10 orang terduga teroris kelompok Anshor Daulah di beberapa lokasi di Kabupaten Merauke.
Secara terpisah Kapolres Merauke AKBP Ir. Untung Sangaji meminta media untuk bersabar terkait dengan perkembangan penangkapan terduga teroris di Merauke. Sebab, saat ini Tim Densus 88 Mabes Polri masih terus melakukan pengembangan dan pengungkapan kasus tersebut. “Biarkanlah tim Antiteror bekerja dulu. Nanti kalau semuanya sudah selesai mau ditanyakan gampang. Karena ini masih dalam pengembangan sehingga belum bisa dibuka semua. Nanti kalau sudah dibuka penjahatnya hilang. Dia (terduga teroris,red) muda dan licin. Kalau mereka lagi bekerja, jangan dulu. Teman-teman wartawan, sabar-sabar sedikitkah. Kita masih bekerja toh. Kita satu persatu. Nanti kalua semua tugas selesia barulah kita buka,” pinta Untung Sangaji.
Soal jumlah terduga teroris yang sudah diamankan, Untung Sangaji juga enggan memberi keterangan. Karena menurutnya kasus tersebut belum selesai dan Densus 88 Antiteror masih terus melakukan pengembangan.
Sementara itu, salah satu terduga teroris yang berhasil diamankan Densus 88 Antiteror yang dibackup Brimob Polda Papua di Merauke ternyata pernah ingin menginap di salah satu musala di Merauke.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Distrik Merauke yang juga Ketua PKM Musala Al-Ikhlas, H. Muhlis mengungkapkan bahwa beberapa waktu lalu dirinya didatangi oleh seorang yang tak dikenalnya. Kemudian yang bersangkutan meminta untuk menginap di musala Al-Ikhlas. “Musalanya ada di Jalan Prajurit I Gang III. Dia minta mau menginap di sana,” bebernya.
Menurut Muhlis, peristiwa itu sebelum terjadi penangkapan para terduga teroris oleh aparat Kepolisian. “Yang datang kepada saya hanya 1 orang. Tapi yang datang ke sekretaris saya 2 orang,” ungkapnya.
Muhlis menjelaskan, saat itu dirinya bertanya kepada orang tersebut tinggal di mana selama ini, yang dijawab bahwa dirinya ke mana-mana dan tidak menetap di satu tempat dan tidak memiliki tempat tinggal. “Pekerjaanya juga tidak jelas,” ucapnya.
Saat itu, dirinya tidak mengizinkan untuk tinggal di musala karena memang tidak mengenal orang tersebut. Muhlis mengaku mengatahui jika salah satu terduga teroris yang ditangkap Densus 88 tersebut adalah yang pernah datang meminta tinggal di musala dari temannya. “Teman saya sampaikan bahwa orang yang pernah datang untuk mau tinggal di musala ditangkap Densus 88 karena terduga teroris,” pungkasnya. (fia/ulo/nat)