Saturday, March 15, 2025
29.7 C
Jayapura

Bupati Awoitauw Canangkan Hutan Adat Jadi Kawasan Konservasi

*Pemkab Jayapura Peringati Hari Masyarakat Adat se-Dunia di Kampung Bring


SENTANI-Pemkab Jayapura bersama masyarakat adat memperingati Hari Masyarakat Adat se-Dunia yang jatuh pada tanggal 9 Agustus  di Kampung Bring Distrik Kemtuk Gresi, Senin (10/8). 

Peringatan Hari Masyarakat Adat se-Dunia yang dihadiri Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si., diwarnai acara pencanangan hutan adat sebagai kawasan konservasi.

GUNTING PITA: Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si., menggunting pita saat meresmikan Yayasan Pelestarian Situs budaya Dumtru di Kampung Bring, Distrik Kemtuk Gresi, Kabupaten Jayapura, Senin (10/8). ( FOTO: Robert Mboik/Cepos)

Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si., mengapresiasi, langkah masyarakat kampung yang dinilai sangat brilian untuk memikirkan hal-hal yang berdampak pada kepentingan banyak orang.

Menurutnya masyarakat adat tentu sangat menyadari bagaimana pentingnya kawasan hutan lindung untuk keberlangsungan hidup mereka ke depannya. 

Baca Juga :  Seleksi CPNS Formasi 2019 Diperkirakan Oktober

Di satu sisi ada hal yang sangat menarik bahwa pencanangan hutan adat sebagai kawasan konservasi sebenarnya bukan saja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adat tetapi ada hal yang lebih penting yaitu bagaimana menjaga keberlangsungan alam khususnya hutan agar tetap memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman pemanasan global.

“Saya pikir gerakan seperti ini yang saya maksud dengan kampung-kampung adat di Kabupaten Jayapura,” ungkap Bupati Mathius Awoitauw di sela-sela peringatan Hari Masyarakat Adat se-Dunia, kemarin (10/8).

Dikatakan, hari ulang tahun masyarakat internasional yang sudah diselenggarakan pada 9 Agustus merupakan peristiwa penting dan sangat besar   di tengah pandemi Covid-19. 

Menurut mantan ketua KPU Kabupaten Jayapura ini, masyarakat adat merupakan sebuah kekuatan besar yang ada di kampung-kampung. Untuk itu bertepatan dengan momentum peringatan hari masyarakat adat sedunia, dirinya berharap seluruh masyarakat adat di Kabupaten Jayapura mampu menjaga kawasan hutan dari aktivitas-aktivitas perambahan liar yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Baca Juga :  Lima Bocah Terseret Arus, Satu Ditemukan Tewas

“Ini luar biasa. Disaat masyarakat lain sedang khawatir dengan penyebaran Covid-19, masyarakat adat justru optimis menyelamatkan dunia ada di tangan mereka. Masyarakat kampung melakukan dengan caranya sendiri untuk melindungi dan semua orang harus mengakui. Hari ini mereka mengundang pemerintah untuk mendengar dan mengakui bahwa hutan ini tidak boleh diganggu seenaknya. Hutan ini tidak boleh diintervensi untuk kepentingan-kepentingan yang merugikan masyarakat. Ini yang kita sama-sama ada di sini dalam rangka memperingati hari kebangkitan masyarakat adat sedunia,” paparnya.

Dalam acara kemarin, Bupati Mathius Awoitauw juga meresmikan  Saliyab atau para-para adat dan pengukuhan Yayasan Pelestarian Situs Budaya.
“Mereka harus mempunyai tempat untuk berkumpul dan berbicara. Sehingga pemerintah daerah  juga turut ambil bagian untuk meresmikan Saliyab (para-para adat) Kampung bring,” tambahnya. (roy/nat)

*Pemkab Jayapura Peringati Hari Masyarakat Adat se-Dunia di Kampung Bring


SENTANI-Pemkab Jayapura bersama masyarakat adat memperingati Hari Masyarakat Adat se-Dunia yang jatuh pada tanggal 9 Agustus  di Kampung Bring Distrik Kemtuk Gresi, Senin (10/8). 

Peringatan Hari Masyarakat Adat se-Dunia yang dihadiri Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si., diwarnai acara pencanangan hutan adat sebagai kawasan konservasi.

GUNTING PITA: Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si., menggunting pita saat meresmikan Yayasan Pelestarian Situs budaya Dumtru di Kampung Bring, Distrik Kemtuk Gresi, Kabupaten Jayapura, Senin (10/8). ( FOTO: Robert Mboik/Cepos)

Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si., mengapresiasi, langkah masyarakat kampung yang dinilai sangat brilian untuk memikirkan hal-hal yang berdampak pada kepentingan banyak orang.

Menurutnya masyarakat adat tentu sangat menyadari bagaimana pentingnya kawasan hutan lindung untuk keberlangsungan hidup mereka ke depannya. 

Baca Juga :  Siap Amankan Tiga Poin

Di satu sisi ada hal yang sangat menarik bahwa pencanangan hutan adat sebagai kawasan konservasi sebenarnya bukan saja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adat tetapi ada hal yang lebih penting yaitu bagaimana menjaga keberlangsungan alam khususnya hutan agar tetap memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman pemanasan global.

“Saya pikir gerakan seperti ini yang saya maksud dengan kampung-kampung adat di Kabupaten Jayapura,” ungkap Bupati Mathius Awoitauw di sela-sela peringatan Hari Masyarakat Adat se-Dunia, kemarin (10/8).

Dikatakan, hari ulang tahun masyarakat internasional yang sudah diselenggarakan pada 9 Agustus merupakan peristiwa penting dan sangat besar   di tengah pandemi Covid-19. 

Menurut mantan ketua KPU Kabupaten Jayapura ini, masyarakat adat merupakan sebuah kekuatan besar yang ada di kampung-kampung. Untuk itu bertepatan dengan momentum peringatan hari masyarakat adat sedunia, dirinya berharap seluruh masyarakat adat di Kabupaten Jayapura mampu menjaga kawasan hutan dari aktivitas-aktivitas perambahan liar yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Baca Juga :  Potensi Aksi Demo Masih Ada

“Ini luar biasa. Disaat masyarakat lain sedang khawatir dengan penyebaran Covid-19, masyarakat adat justru optimis menyelamatkan dunia ada di tangan mereka. Masyarakat kampung melakukan dengan caranya sendiri untuk melindungi dan semua orang harus mengakui. Hari ini mereka mengundang pemerintah untuk mendengar dan mengakui bahwa hutan ini tidak boleh diganggu seenaknya. Hutan ini tidak boleh diintervensi untuk kepentingan-kepentingan yang merugikan masyarakat. Ini yang kita sama-sama ada di sini dalam rangka memperingati hari kebangkitan masyarakat adat sedunia,” paparnya.

Dalam acara kemarin, Bupati Mathius Awoitauw juga meresmikan  Saliyab atau para-para adat dan pengukuhan Yayasan Pelestarian Situs Budaya.
“Mereka harus mempunyai tempat untuk berkumpul dan berbicara. Sehingga pemerintah daerah  juga turut ambil bagian untuk meresmikan Saliyab (para-para adat) Kampung bring,” tambahnya. (roy/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya