MERAUKE-Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Merauke Soni Sopyan dengan tegas menyatakan akan mencabut program asimilasi yang diberikan kepada dua warga binaannya yakni MH dan S yang tertangkap oleh Satuan Narkoba Polres Merauke menyalahgunakan Narkoba jenis Sabu.

Ditemui di Lapas Merauke, Soni Sopyan menjelaskan, selain mencabut assimilasi kedua narapidana tersebut, keduanya juga akan dimasukan ke dalam register F dan tidak akan mendapat usulan remisi tahun 2020 ini. “Kalau tahun ini ada pembebasan bersyarat (PB) keduanya juga tidak diusulkan plus tambahan pidana baru yang dilakukan tersebut,’’ kata Kalapas.
Kalapas juga menjelaskan bahwa terkait dengan Narkoba, pihaknya juga tidak akan menutup-nutupi. Karena dengan program P4GN, pihaknya komit untuk pemberantasan peredaran gelap Narkotika di dalam Lapas. “Kita dukung penuh pemberantasan Narkotika di dalam Lapas. Termasuk nanti kalau kita test urine. Kita akan meminta kepada BNN maupun ke Satuan Narkoba untuk kerja sama melakukan test urine kepada beberapa warga binaan yang disinyalir terlibat Narkoba,’’ katanya.
Kalapas juga mengaku welcome kepada pihak Satuan Narkoba apabila melakukan penyelidikan kemungkinan adanya keterlibatan oknum petugas Lapas dengan kedua warga binaan yang telah ditangkap tersebut. ‘Sebagai Kalapas, saya dukung penuh. Kita betul-betul ingin agar di dalam Lapas itu zero. Zero Narkoba, dalam arti petugas juga tidak ada yang terlibat atau bermain-main dengan masalah Narkoba. Apalagi Dirjen kita dari kepolisian dan kita sudah sepakat harus zero. Karena itu, kalau nantinya dalam pemeriksaan itu ada yang terbukti terlibat maka silakan diproses secara hukum,’’ tandasnya.
Kalapas menjelaskan, bahwa kedua Narapidana Narkoba yang tertangkap tersebut telah mendapat assimilasi biasa . Bukan assimilasi Covid-19. Siang itu, kata Kalapas, keduanya mencari makan. Namun entah kenapa kedua justru kembali terlibat Narkoba.
“Mungkin tergiur atau terpengaruh dengan pihak lain. Karena dari awal saya sampaikan bahwa pembinaan Narapidana itu bukan hanya tanggung jawab mutlak Lapas. Nah sekarang dikembalikan kepada masyarakat. Masyarakat peduli tidak. Karena selama ini tidak ada yang peduli terhadap pembinana kita,” terangnya.
Menurut dia, ketika Lapas misalnya melakukan sesuatu yang positif seperti panen padi tidak ada yang peduli. “Termasuk media. Media lebih senang kalau di Lapas ada hal hal negatif. Media itu lebih senang kalau napi melakukan tindak pidana lagi. Lebih heboh lagi, tapi kalau seperti sekarang kita panen kita ada prestasi tidak ada yang peduli,” katanya sedikit curhat. (ulo/tri)