
MERAUKE-Dalam rangka memulai kembali layanan pendidikan inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang dilakukan oleh SMAN I Merauke, digelar doa pemberkatan oleh Pastor Paroki Fatimah Kelapa Lima Merauke dan Ketua GKI Klasis Merauke di teras salah satu rumah warga yang ada di belakang lapangan Mini Maro Merauke.
Sebanyak 133 anak yang sudah usia sekolah TK dan SD yang ada di belakang lapangan Mini Maro, Kelurahan Kelapa Lima Merauke tersebut seharusnya sudah sekolah, namun selama ini belum pernah mengenyam pendidikan. Kendatipun ada yang pernah menyandang murid SD, namun putus ditengah jalan.
Kepala SMAN I Metauke Sergius Womsiwor, S.Pd, M.Pd mengungkapkan bahwa dirinya memanggil pihak gereja agar bisa sama-sama melihat hal ini. “Sebab, jika ini saya kerjakan sendiri maka saya sudah pasti akan jumpai kendala,’’ kata Womsiwor.
Ia mencontohkan, misalnya berkaitan dengan tingkat kehadiran anak bisa menyampaikan ke gereja dan gereja dapat mengingatkan kepada orang tua dan anak-anak. ‘’Di sini, terdata 133 anak yang ada di sekitar sini dan tuan rumah menyediakan tempat untuk kita gunakan teras rumah ini untuk belajar. Sementara manajemen induknya ada di SMAN I Merauke,’’ terangnya.
Menurutnya, pendidikan inklusif yang merupakan program Dinas Pendidikan Provinsi Papua ini adalah mendekatkan pendidikan kepada masyarakat khususnya anak-anak yang berkebutuhan khusus tersebut. ‘’Kami yang harus datang ke mereka. Supaya masyarakat bisa mengerti dan memahami bahwa kita juga tetap diperhatikan oleh pemerintah dan gereja. Karena itu kita dekatkan. Karena pendidikan ini tidak hanya diarahkan untuk pendidikan akademik tapi juga non akademik. Kebiasaan hidup bersih dan sebagainya,’’ katanya.
Sergius menjelaskan bahwa kegiatan ini sangat mulia. Karena itu, dia berharap pemerintah Kabupaten Merauke melalui Dewan dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Merauke mendukung kegiatan ini melalui pembiayaan bersama. Karena menurutnya pendidikan ini merupakan persoalan universal dan regulasinya sudah sangat tegas dimana semua orang diberikan kesempatan atau hak dasar di bidang pendidikan.
“Saya kuatir anak-anak Papua ini kalau tidak dibekali dengan baik akan menjadi potret buruknya bangsa kita. Karena ini, mari kita secara bersama untuk bagaimana anak-anak kita ini bisa tetap sekolah dan belajar,’’ tandasnya.
Sementara itu, Ketua GKI Klasis Merauke Pdt. Hetty Kaleb memberi apresiasi dan dukungan terhadap program dan kegiatan yang dilakukan oleh Kepsek SMAN I Merauke bersama jajarannya dalam melihat dan mempersiapkan anak-anak Papua ini meski ada dalam kebutuhan khusus dimana anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan formal bisa sama dengan anak-anak yang lain yang mendapat pengajaran-pengajaran dimana diakui oleh pemerintah. “Kami dari pihak gereja sangat mendukung apa yang dilakukan terhadap anak-anak kita ini yang ada di sini,” tambahnya. (ulo/tri)