Monday, October 20, 2025
26.9 C
Jayapura

Penyerangan Terhadap Guru Sama Seperti Membunuh Peradaban

JAYAPURA – Dalam beberapa tahun terakhir Korban kekerasan yang diduga dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua terus terjadi. Korban berjatuhan pun tak pandang bulu, tidak hanya aparat keamanan dan anggota KKB itu sendiri, tetapi juga warga sipil yang tidak bersalah.

Terbaru, tanpa alasan jelas orang tak dikenal kembali berulah dengan menghilangkan nyawa guru, Melani Wamea (31) di Kampung Holuwon, Distrik Holuwon, Yahukimo pada, Jumat (10/10). Selain itu, sebelumnya juga tenaga kesehatan, pengojek, dan pedagang menjadi korban dari aksi brutal dari kelompok ini.

Kondisi ini menimbulkan banyak pertanyaan ditengah masyarakat “Apa sebenarnya alasan dibalik serangan KKB yang belakangan kian intens terhadap warga sipil?”.

Baca Juga :  Sekolah Rakyat Terintegrasi 76 Mimika Resmi Dibuka

Drs. Paul Johan Kawatu, M.Si salah seorang akademisi sekaligus Ketua Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FMIPA) Universitas Cenderawasih (Uncen) mengatakan bahwa tindakan kekerasan yang menargetkan tenaga pendidik, kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat dan lainnya merupakan kegagalan sistemik yang tidak dapat di toleransi.

Selain itu tindakan tersebut juga merupakan sebuah serangan langsung terhadap masa depan peradaban dan masa depan pembangunan manusia di Papua itu sendiri. Bagi Paul serangan terhadap tenaga didik di pedalaman Papua merupakan sebuah kegagalan struktural atau hilangnya integritas dari kelompok tertentu kepada tenaga pendidik. Guru menurutnya adalah simbol masa depan yang perlu di jaga dan dilindungi tidak justu didiskriminasi apalagi dihilangkan nyawanya.

Baca Juga :  Masih Ada Pendarahan, Kondisi Briptu Kristian Cukup Normal

“Guru yang berjuang di pedalaman Papua adalah simbol pembangunan kemanusiaan dan berkelanjutan harapan dari masyarakat. Mereka bagian dari mata rantai paling krusial dalam rantai pendidikan,” jelas John kepada Cenderawasih Pos di kampus Uncen Abepura, Selasa (14/10).

JAYAPURA – Dalam beberapa tahun terakhir Korban kekerasan yang diduga dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua terus terjadi. Korban berjatuhan pun tak pandang bulu, tidak hanya aparat keamanan dan anggota KKB itu sendiri, tetapi juga warga sipil yang tidak bersalah.

Terbaru, tanpa alasan jelas orang tak dikenal kembali berulah dengan menghilangkan nyawa guru, Melani Wamea (31) di Kampung Holuwon, Distrik Holuwon, Yahukimo pada, Jumat (10/10). Selain itu, sebelumnya juga tenaga kesehatan, pengojek, dan pedagang menjadi korban dari aksi brutal dari kelompok ini.

Kondisi ini menimbulkan banyak pertanyaan ditengah masyarakat “Apa sebenarnya alasan dibalik serangan KKB yang belakangan kian intens terhadap warga sipil?”.

Baca Juga :  Jika Terjadi Perubahan Fisik, Anggota Diminta Langsung Swab

Drs. Paul Johan Kawatu, M.Si salah seorang akademisi sekaligus Ketua Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FMIPA) Universitas Cenderawasih (Uncen) mengatakan bahwa tindakan kekerasan yang menargetkan tenaga pendidik, kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat dan lainnya merupakan kegagalan sistemik yang tidak dapat di toleransi.

Selain itu tindakan tersebut juga merupakan sebuah serangan langsung terhadap masa depan peradaban dan masa depan pembangunan manusia di Papua itu sendiri. Bagi Paul serangan terhadap tenaga didik di pedalaman Papua merupakan sebuah kegagalan struktural atau hilangnya integritas dari kelompok tertentu kepada tenaga pendidik. Guru menurutnya adalah simbol masa depan yang perlu di jaga dan dilindungi tidak justu didiskriminasi apalagi dihilangkan nyawanya.

Baca Juga :  Sehari Daftar 600, SMPN 2 Merauke Hanya Terima  256 Siswa Baru

“Guru yang berjuang di pedalaman Papua adalah simbol pembangunan kemanusiaan dan berkelanjutan harapan dari masyarakat. Mereka bagian dari mata rantai paling krusial dalam rantai pendidikan,” jelas John kepada Cenderawasih Pos di kampus Uncen Abepura, Selasa (14/10).

Berita Terbaru

Artikel Lainnya