JAYAPURA – Dalam beberapa tahun terakhir Korban kekerasan yang diduga dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua terus terjadi. Korban berjatuhan pun tak pandang bulu, tidak hanya aparat keamanan dan anggota KKB itu sendiri, tetapi juga warga sipil yang tidak bersalah.
Terbaru, tanpa alasan jelas orang tak dikenal kembali berulah dengan menghilangkan nyawa guru, Melani Wamea (31) di Kampung Holuwon, Distrik Holuwon, Yahukimo pada, Jumat (10/10). Selain itu, sebelumnya juga tenaga kesehatan, pengojek, dan pedagang menjadi korban dari aksi brutal dari kelompok ini.
Kondisi ini menimbulkan banyak pertanyaan ditengah masyarakat “Apa sebenarnya alasan dibalik serangan KKB yang belakangan kian intens terhadap warga sipil?”.
Drs. Paul Johan Kawatu, M.Si salah seorang akademisi sekaligus Ketua Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FMIPA) Universitas Cenderawasih (Uncen) mengatakan bahwa tindakan kekerasan yang menargetkan tenaga pendidik, kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat dan lainnya merupakan kegagalan sistemik yang tidak dapat di toleransi.
Selain itu tindakan tersebut juga merupakan sebuah serangan langsung terhadap masa depan peradaban dan masa depan pembangunan manusia di Papua itu sendiri. Bagi Paul serangan terhadap tenaga didik di pedalaman Papua merupakan sebuah kegagalan struktural atau hilangnya integritas dari kelompok tertentu kepada tenaga pendidik. Guru menurutnya adalah simbol masa depan yang perlu di jaga dan dilindungi tidak justu didiskriminasi apalagi dihilangkan nyawanya.
“Guru yang berjuang di pedalaman Papua adalah simbol pembangunan kemanusiaan dan berkelanjutan harapan dari masyarakat. Mereka bagian dari mata rantai paling krusial dalam rantai pendidikan,” jelas John kepada Cenderawasih Pos di kampus Uncen Abepura, Selasa (14/10).