Monday, June 9, 2025
27.7 C
Jayapura

Pemerintah Disarankan Gandeng Tua Adat Dalam Antisipasi Bencana

JAYAPURA-Setelah melakukan penelitian terkait potensi dan mitigasi bencana, pemerintah disarankan untuk menggandeng tua-tua adat dalam hal bagaimana mengantisipasi bencana alam. Pasalnya, bercermin dari penelitian  yang dilakukan berbulan-bulan, terungkap jika Distrik Ravenirara Kabupaten Jayapura sukses menjalankan kebiasaan adat saat musibah banjir 2019 lalu.

Ini tertuang dalam rekam jejak pendidikan Ade Irma Suryani Safanpo yang dinyatakan berhak menyandang gelar doktor dengan predikat cumlaude usai mengikuti sidang terbuka promosi doktor, di Hotel Horison Kotaraja, Kamis (5/6). Ade resmi menyandang gelar doktor bidang Ilmu Sosial dari Program Pascasarjana Universitas Cenderawasih.

  ”Saya bisa katakan begitu, sebab hanya Ravenirara yang tidak ada korban. Tua-tua adat mereka telah memperhitungkan semua dari bencana-bencana sebelumnya,” kata Ade. Dalam disertasinya berjudul Mitigasi Bencana Dalam Perspektif Masyarakat Adat Puyakha dan Tepra, Ade dicecar habis-habisan oleh tim penguji yang dipimpin Prof. Dr. Akbar Silo.

Baca Juga :  Hanya 456 P3K Tenaga Pendidikan dan Kesehatan Dinyatakan Lulus 

  Ade mengaku menemukan perbedaan yang menyolok dari tingkat kerusakan meski secara topografi kedua wilayah berada di area yang sama.

“Saya melihat dalam di wilayah Selatan dan Utara dari kawasan Cycloop itu berbeda. Ini membuktikan topografi dan kearifan lokal berperan besar dalam kerentanan bencana,” jelas Ade.

  Untuk Distrik Revenirara dikatakan pembagian wilayah adatnya sangat tegas yakni zona sakral, berburu, dan pemukiman.

“Dan ketaatan terhadap pembagian zona ini terbukti menyelamatkan warga. Saat bencana terjadi tapi tidak ada korban jiwa. Saya pikir pemerintah perlu berkolaborasi atau belajar dari tua-tua adat juga,” katanya.

  “Kalau pemerintah menggandeng masyarakat adat sejak awal, pemetaan risiko bisa lebih akurat dan diterima. Saya melihat masyarakat adat memiliki sistem yang sudah teruji,” imbuhnya. Ia juga berharap pemerintah jangan bergerak setelah bencana terjadi tetapi bagaimana ada upaya konkret dalam meminimalisir dampak. ”Harapannya begitu,” tutupnya. (ade/tri)

Baca Juga :  Jatuh ke Laut, Pedagang Asongan Tewas

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA-Setelah melakukan penelitian terkait potensi dan mitigasi bencana, pemerintah disarankan untuk menggandeng tua-tua adat dalam hal bagaimana mengantisipasi bencana alam. Pasalnya, bercermin dari penelitian  yang dilakukan berbulan-bulan, terungkap jika Distrik Ravenirara Kabupaten Jayapura sukses menjalankan kebiasaan adat saat musibah banjir 2019 lalu.

Ini tertuang dalam rekam jejak pendidikan Ade Irma Suryani Safanpo yang dinyatakan berhak menyandang gelar doktor dengan predikat cumlaude usai mengikuti sidang terbuka promosi doktor, di Hotel Horison Kotaraja, Kamis (5/6). Ade resmi menyandang gelar doktor bidang Ilmu Sosial dari Program Pascasarjana Universitas Cenderawasih.

  ”Saya bisa katakan begitu, sebab hanya Ravenirara yang tidak ada korban. Tua-tua adat mereka telah memperhitungkan semua dari bencana-bencana sebelumnya,” kata Ade. Dalam disertasinya berjudul Mitigasi Bencana Dalam Perspektif Masyarakat Adat Puyakha dan Tepra, Ade dicecar habis-habisan oleh tim penguji yang dipimpin Prof. Dr. Akbar Silo.

Baca Juga :  Minggu ini, RS Tipe C Koya Dioperasikan

  Ade mengaku menemukan perbedaan yang menyolok dari tingkat kerusakan meski secara topografi kedua wilayah berada di area yang sama.

“Saya melihat dalam di wilayah Selatan dan Utara dari kawasan Cycloop itu berbeda. Ini membuktikan topografi dan kearifan lokal berperan besar dalam kerentanan bencana,” jelas Ade.

  Untuk Distrik Revenirara dikatakan pembagian wilayah adatnya sangat tegas yakni zona sakral, berburu, dan pemukiman.

“Dan ketaatan terhadap pembagian zona ini terbukti menyelamatkan warga. Saat bencana terjadi tapi tidak ada korban jiwa. Saya pikir pemerintah perlu berkolaborasi atau belajar dari tua-tua adat juga,” katanya.

  “Kalau pemerintah menggandeng masyarakat adat sejak awal, pemetaan risiko bisa lebih akurat dan diterima. Saya melihat masyarakat adat memiliki sistem yang sudah teruji,” imbuhnya. Ia juga berharap pemerintah jangan bergerak setelah bencana terjadi tetapi bagaimana ada upaya konkret dalam meminimalisir dampak. ”Harapannya begitu,” tutupnya. (ade/tri)

Baca Juga :  Raport Pendidikan SMPN 1  Setiap Tahun Meningkat

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/