MIMIKA – Peristiwa pembunuhan pilot berkebangsaan Selandia Baru (New Zeland) pada Senin, 5 Agustus 2025 lalu sontak menjadi titik awal lahirnya kesulitan di Distrik Alama, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Ini setelah pihak maskapai memilik menutup rute penerbangan ke wilayah tersebut.
Banyak aspek yang terganggu dan makin membuat situasi daerah terpuruk. Senasib dengan masyarakat di Distrik Hoya, masyarakat di Distrik Alama juga kini menderita kelaparan akibat hanya mengandalkan hasil kebun dan tidak adanya pasokan komoditas pangan lainnya. Tidak hanya itu, layanan kesehatan pendidikan dan pemerintahan di Distrik Alama pun lumpuh total dan sampai saat ini belum ada solusi terbaik yang ditawarkan Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika untuk mengatasi dinamika tersebut.
Berangkat dari persoalan ini, Kepala Distrik Alama, Ruben Dolame mengatakan bahwa para tokoh dari Distrik Alama seperti tokoh masyarakat, tokoh agama hingga pendidikan telah membahas masalah ini bersama dengan Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Jila, Iptu Frangky Tethool. Pertemuan itu dilaksanakan di salah satu rumah makan di Jalan Cenderawasih, Mimika, Papua Tengah, Sabtu (22/2)
Hasil dari pertemuan tersebut akan didorong kepada Pemerintah Kabupaten Mimika, dalam hal ini Penjabat (Pj) Bupati Mimika dan Pj Sekretaris Daerah (Sekda) untuk mencari solusi dalam penyelesaian persoalan tersebut. Kata Ruben, masyarakat di Distrik Alama hanya mengandalkan transportasi udara sebagai salahsatu sarana penghubung antara Alama dengan Timika.
“Kita semua sepakat untuk mendukung pembukaan penerbangan (kembali) ke Distrik Alama karena dengan dibuka kembalinya akses penerbangan maka pelayanan bisa jalan,” ungkap Ruben, Sabtu sore.
“Hari Senin kita akan sampaikan kesepakatan ini kepada Pemerintah Daerah supaya mereka bisa tanggapi dan bisa buka kembali akses pelayanan (Penerbangan-red) dari kabupaten ke distrik,” tambahnya.