Saturday, February 1, 2025
26.7 C
Jayapura

Salju Cartenz Tak Lagi Abadi

MIMIKA – Kebanggaan masyarakat di Tanah Papua terkait keberadaan Puncak Cartenz yang menyimpan salju abadi nampaknya tidak berlangsung lama. Tahun 2026 mendatang diperkirakan akan menjadi titik awal hilangnya salju abadi di Puncak Cartenz Pegunungan Jayawijaya itu.

Ini tak lepas dari faktor laju perubahan iklim yang sulit dibendung. Tahun 2024 kemarin, ketebalan salju hanya tersisa 4 meter. Sedangkan di tahun 2010 lalu ketebalan salju masih 32 meter. Hasil penelitian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat bahwa pengurangan es atau salju di puncak pegunungan Jayawijaya dengan tinggi 4.884 Mdpl itu sangat drastis dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini sontak menjelma pertanda bahwa salju abadi di Papua ini tak bertahan lama dan kemungkinan hanya tinggal kenangan.

Lantas, bagaimana dampaknya terhadap Kabupaten Mimika di masa yang akan mendatang jika salju abadi tersebut benar-benar hilang? Prakirawan BMKG, Stasiun Meteorologi Mozes Kilangin Timika, Dwi C, mengatakan bahwa jika salju tersebut benar-benar lenyap maka suhu di Kabupaten Mimika dapat lebih panas dari biasanya.

“Kalau misalkan itu betul-betul hilang ya kita siap-siap aja lah, sudah pasti Timika itu akan lebih panas, terus cuaca buruk akan lebih sering terjadi,” kata Dwi saat ditemui, Selasa (28/1). Dwi  menyebutkan bahwa BMKG sendiri menyebut kondisi ini dengan sebutan Global Warming. Kondisi ini merupakan perubahan iklim mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang.

Baca Juga :  50 Kasus Kematian dan 4.000 Lebih Kasus Positif Kumulatif

Dwi mengatakan bahwa pergeseran ini mungkin bersifat alami, namun sejak periode 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi pendorong utama perubahan iklim. Sementara itu, berdasarkan data di tahun 2022 luas bongkahan es di pegunungan Jayawijaya 0,23 kilometer persegi.

Kemudian, pada tahun 2024 menurun drastis hingga mencapai 0,11 hingga 0,16 kilometer persegi dengan ketebalan es hanya tersisa 4 meter.  Kondisi terburuk yang mengancam salju abadi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain karena krisis iklim, juga dipengaruhi oleh hujan air yang turun mengenai permukaan es mempercepat pelelehannya.

Selain itu, juga karena topografi wilayah tersebut yang pada dasarnya adalah tumpukan bebatuan yang dapat menghasilkan panas akibat terlalu lama terpapar sinar matahari. Laporan BMKG mencatat, salju abadi itu pada tahun 2010 memiliki ketebalan es mencapai 32 meter. Tetapi, seiring perubahan iklim yang terjadi di dunia, lapisan es itu terus berkurang.

Hingga tahun 2015, penurunan ketebalan mencapai sekitar satu meter per tahun. Kondisi tersebut semakin buruk pada tahun 2015-2016 saat Indonesia dilanda fenomena El Nino di mana suhu permukaan menjadi lebih hangat. Akibatnya, pemandangan di Puncak Jaya mencair hingga 5 meter per tahun. Pencairan salju abadi itu tak berhenti. Pada tahun 2015-2022, BMKG mencatat ketebalan es mencair 2,5 meter per tahun. Diperkirakan ketebalan es yang tersisa pada Desember 2022 hanya 6 meter. (mww/ade)

Baca Juga :  Enam Polwan Ditugaskan Khusus Buru KKB

DATA dan FAKTA

1. Diambil dari nama petualang Belanda Jan Carstenzoon Tahun 1623

2. Nama pertamanya adalah Puncak Sukarno

3. Puncak Cartenz masuk dalam seven summit atau tujuh puncak tertinggi dunia.

4. Merupakan pendakian termahal di dunia. Bisa Rp 90 juta/Orang

5. Pendakian pertama dilakukan 13 Mei 1962 dengan tim Heinrich Harrer (Austria), Philip Temple (Selandia Baru), Russel Kippax (Australia) dan Albertus Huizenga (Belanda)

6 . Tahun 2010 memiliki ketebalan es mencapai 32 meter, Tahun 2022 luas bongkahan es mencapai 0,23 kilometer persegi,  Tahun 2024 luas bongkahan es mencapai 0,11 – 0,16 kilometer persegi  dengan ketebalan hanya 4 meter

7. Diprediksi akan hilang tahun 2026 akibat pemanasan global

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

MIMIKA – Kebanggaan masyarakat di Tanah Papua terkait keberadaan Puncak Cartenz yang menyimpan salju abadi nampaknya tidak berlangsung lama. Tahun 2026 mendatang diperkirakan akan menjadi titik awal hilangnya salju abadi di Puncak Cartenz Pegunungan Jayawijaya itu.

Ini tak lepas dari faktor laju perubahan iklim yang sulit dibendung. Tahun 2024 kemarin, ketebalan salju hanya tersisa 4 meter. Sedangkan di tahun 2010 lalu ketebalan salju masih 32 meter. Hasil penelitian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat bahwa pengurangan es atau salju di puncak pegunungan Jayawijaya dengan tinggi 4.884 Mdpl itu sangat drastis dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini sontak menjelma pertanda bahwa salju abadi di Papua ini tak bertahan lama dan kemungkinan hanya tinggal kenangan.

Lantas, bagaimana dampaknya terhadap Kabupaten Mimika di masa yang akan mendatang jika salju abadi tersebut benar-benar hilang? Prakirawan BMKG, Stasiun Meteorologi Mozes Kilangin Timika, Dwi C, mengatakan bahwa jika salju tersebut benar-benar lenyap maka suhu di Kabupaten Mimika dapat lebih panas dari biasanya.

“Kalau misalkan itu betul-betul hilang ya kita siap-siap aja lah, sudah pasti Timika itu akan lebih panas, terus cuaca buruk akan lebih sering terjadi,” kata Dwi saat ditemui, Selasa (28/1). Dwi  menyebutkan bahwa BMKG sendiri menyebut kondisi ini dengan sebutan Global Warming. Kondisi ini merupakan perubahan iklim mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang.

Baca Juga :  Torang Bisa!

Dwi mengatakan bahwa pergeseran ini mungkin bersifat alami, namun sejak periode 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi pendorong utama perubahan iklim. Sementara itu, berdasarkan data di tahun 2022 luas bongkahan es di pegunungan Jayawijaya 0,23 kilometer persegi.

Kemudian, pada tahun 2024 menurun drastis hingga mencapai 0,11 hingga 0,16 kilometer persegi dengan ketebalan es hanya tersisa 4 meter.  Kondisi terburuk yang mengancam salju abadi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain karena krisis iklim, juga dipengaruhi oleh hujan air yang turun mengenai permukaan es mempercepat pelelehannya.

Selain itu, juga karena topografi wilayah tersebut yang pada dasarnya adalah tumpukan bebatuan yang dapat menghasilkan panas akibat terlalu lama terpapar sinar matahari. Laporan BMKG mencatat, salju abadi itu pada tahun 2010 memiliki ketebalan es mencapai 32 meter. Tetapi, seiring perubahan iklim yang terjadi di dunia, lapisan es itu terus berkurang.

Hingga tahun 2015, penurunan ketebalan mencapai sekitar satu meter per tahun. Kondisi tersebut semakin buruk pada tahun 2015-2016 saat Indonesia dilanda fenomena El Nino di mana suhu permukaan menjadi lebih hangat. Akibatnya, pemandangan di Puncak Jaya mencair hingga 5 meter per tahun. Pencairan salju abadi itu tak berhenti. Pada tahun 2015-2022, BMKG mencatat ketebalan es mencair 2,5 meter per tahun. Diperkirakan ketebalan es yang tersisa pada Desember 2022 hanya 6 meter. (mww/ade)

Baca Juga :  Awal Tahun, Asosiasi Honorer K II Bakal Kejar Perkembangan Aspirasi Mereka

DATA dan FAKTA

1. Diambil dari nama petualang Belanda Jan Carstenzoon Tahun 1623

2. Nama pertamanya adalah Puncak Sukarno

3. Puncak Cartenz masuk dalam seven summit atau tujuh puncak tertinggi dunia.

4. Merupakan pendakian termahal di dunia. Bisa Rp 90 juta/Orang

5. Pendakian pertama dilakukan 13 Mei 1962 dengan tim Heinrich Harrer (Austria), Philip Temple (Selandia Baru), Russel Kippax (Australia) dan Albertus Huizenga (Belanda)

6 . Tahun 2010 memiliki ketebalan es mencapai 32 meter, Tahun 2022 luas bongkahan es mencapai 0,23 kilometer persegi,  Tahun 2024 luas bongkahan es mencapai 0,11 – 0,16 kilometer persegi  dengan ketebalan hanya 4 meter

7. Diprediksi akan hilang tahun 2026 akibat pemanasan global

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/