Saturday, July 26, 2025
22.7 C
Jayapura

Pasien Bisa Diajak Ngobrol Karena Dalam Kondisi Sadar 

Untuk Pertama Kalinya Operasi Awake Craniotomy Dilakukan di Tanah Papua

Laporan : Elfira-Jayapura

Sebuah catatan sejarah dalam dunia medis dilakukan tim dokter di RSUD Jayapura. Untuk pertama kalinya, dokter-dokter Papua di RSUD Jayapura ini menggelar operasi bedah saraf otak (Awake craniotomy). Yang membedakan dengan operasi lainnya ada jika pada umumnya pasien saat dioperasi dalam kondisi tidak sadar karena pengaruh obat bius namun Awake craniotomy ini kondisi pasien dalam keadaan sadar. Bahkan bisa diajak komunikasi.

Operasi yang dilakukan di ruang operasi Oka 4 itu, dilaksanakan oleh dr.Albinus Y Cobis,Sp.An-TI, M.Kes, dr.Tommy J Numberi,Sp.BS, FINPS dan tim di RSUD Jayapura, Jumat (17/1). Kata dr Albinus, di kota-kota besar, seperti Bandung, Jakarta dan daerah lainnya. Metode awake craniotomy sudah biasa dilakukan, namun untuk di tanah Papua, ini kali pertama kalinya dan dilakukan oleh dokter-dokter Papua yang ada di rumah sakit milik pemerintah itu.

Baca Juga :  Efek Jera Miskinkan Bandar Narkoba

Dokter asal Serui ini menerangkan, teknik Awake craniotomy dipilih untuk operasi saraf otak yang melibatkan area-area penting seperti pusat berbicara dan pengecapan. Metode ini memungkinkan tim medis berkoordinasi langsung dengan pasien selama operasi berlangsung.

“Selama operasi, kami dapat berinteraksi dengan pasien untuk memastikan fungsi-fungsi penting otaknya tetap terjaga. Misalnya, kami bertanya apakah pasien merasakan lidah tebal atau gangguan lainnya,” kata Albinus, saat ditemui Cenderawasih di RSUD Jayapura, Senin (20/1).

Dibandingkan metode konvensional, Awake craniotomy memiliki sejumlah keunggulan seperti pemulihan yang lebih cepat, rasa sakit pasca operasi lebih ringan dan tanpa efek samping mual dan muntah. Lanjutnya, meski memiliki banyak manfaat, metode ini juga memerlukan persiapan yang matang. Mulai dari koordinasi tim, persiapan pra operasi hingga komunikasi selama operasi menjadi kunci keberhasilan.

Baca Juga :  Ujung Tombak Disdik Memajukan Mutu Pendidikan dan Peningkatan Kapasitas Guru

Untuk Pertama Kalinya Operasi Awake Craniotomy Dilakukan di Tanah Papua

Laporan : Elfira-Jayapura

Sebuah catatan sejarah dalam dunia medis dilakukan tim dokter di RSUD Jayapura. Untuk pertama kalinya, dokter-dokter Papua di RSUD Jayapura ini menggelar operasi bedah saraf otak (Awake craniotomy). Yang membedakan dengan operasi lainnya ada jika pada umumnya pasien saat dioperasi dalam kondisi tidak sadar karena pengaruh obat bius namun Awake craniotomy ini kondisi pasien dalam keadaan sadar. Bahkan bisa diajak komunikasi.

Operasi yang dilakukan di ruang operasi Oka 4 itu, dilaksanakan oleh dr.Albinus Y Cobis,Sp.An-TI, M.Kes, dr.Tommy J Numberi,Sp.BS, FINPS dan tim di RSUD Jayapura, Jumat (17/1). Kata dr Albinus, di kota-kota besar, seperti Bandung, Jakarta dan daerah lainnya. Metode awake craniotomy sudah biasa dilakukan, namun untuk di tanah Papua, ini kali pertama kalinya dan dilakukan oleh dokter-dokter Papua yang ada di rumah sakit milik pemerintah itu.

Baca Juga :  Dorong Pembangunan Rumah Tahanan untuk Sikapi Kondisi Over Kapasitas Lapas

Dokter asal Serui ini menerangkan, teknik Awake craniotomy dipilih untuk operasi saraf otak yang melibatkan area-area penting seperti pusat berbicara dan pengecapan. Metode ini memungkinkan tim medis berkoordinasi langsung dengan pasien selama operasi berlangsung.

“Selama operasi, kami dapat berinteraksi dengan pasien untuk memastikan fungsi-fungsi penting otaknya tetap terjaga. Misalnya, kami bertanya apakah pasien merasakan lidah tebal atau gangguan lainnya,” kata Albinus, saat ditemui Cenderawasih di RSUD Jayapura, Senin (20/1).

Dibandingkan metode konvensional, Awake craniotomy memiliki sejumlah keunggulan seperti pemulihan yang lebih cepat, rasa sakit pasca operasi lebih ringan dan tanpa efek samping mual dan muntah. Lanjutnya, meski memiliki banyak manfaat, metode ini juga memerlukan persiapan yang matang. Mulai dari koordinasi tim, persiapan pra operasi hingga komunikasi selama operasi menjadi kunci keberhasilan.

Baca Juga :  Mudahkan Komunikasi, Putri dan Suami Belajar Bahasa Mek

Berita Terbaru

Artikel Lainnya