Wednesday, November 19, 2025
29.6 C
Jayapura

PLN Kembangkan Program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi

JAYAPURA  PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) meresmikan program pengembangan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan dan pertanian terpadu.

Program ini merupakan program Energia Baru Terbarukan (EBT) yang juga bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan pengembangan ekosistem biomassa berbasis ekonomi dibangun di lahan kritis seluas 100 hektare di Desa Bojongkapol, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (26/9).

“Program yang melibatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan biomassa untuk co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak hanya meningkatkan penggunaan EBT saja, tetapi juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat,” kata Darmawan dalam rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Selasa (2/10) kemarin.

Baca Juga :  Anggaran di Pangkas, Pengangguran Bakal Meningkat

Menurutnya, ketersedian pasokan biomassa untuk co-firing menjadi tantangan bagi PLN. Sekarang, dengan kolaborasi dari berbagai pihak, program ini tidak hanya mampu memanfaatkan lahan kritis dan tidak produktif, tapi juga mampu menghadirkan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, dan menggerakkan ekonomi kerakyatan sirkuler.

Diakuinya, guna memastikan kecukupan bahan baku biomassa, dibutuhkan upaya terintegrasi. Untuk itu, PLN mengembangkan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu. Dimana program ini melibatkan masyarakat untuk mengolah lahan kritis menjadi produktif.

“Dengan kekuatan kolaborasi, Kementerian Pertanian dan PLN tidak hanya sukses, tetapi juga membawa kesejahteraan dan berkah. Kesuksesan ini akan diduplikasikan di lokasi lainnya, sehingga akan membawa manfaat yang lebih masif lagi,” ternagnya.

Baca Juga :  Bupati Apresiasi Pemanfaatan Lahan Pertanian dan Pengembangan Ikan

Sebelum di Tasikmalaya, program ini telah sukses diimplementasikan di Cilacap dengan luas lahan sebesar 106 hektare dan di Gunungkidul dengan luas 30 hektare.

JAYAPURA  PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) meresmikan program pengembangan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan dan pertanian terpadu.

Program ini merupakan program Energia Baru Terbarukan (EBT) yang juga bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan pengembangan ekosistem biomassa berbasis ekonomi dibangun di lahan kritis seluas 100 hektare di Desa Bojongkapol, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (26/9).

“Program yang melibatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan biomassa untuk co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak hanya meningkatkan penggunaan EBT saja, tetapi juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat,” kata Darmawan dalam rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Selasa (2/10) kemarin.

Baca Juga :  Jelang Tahun Ajaran Baru, Gramedia Sediakan Promo Menarik

Menurutnya, ketersedian pasokan biomassa untuk co-firing menjadi tantangan bagi PLN. Sekarang, dengan kolaborasi dari berbagai pihak, program ini tidak hanya mampu memanfaatkan lahan kritis dan tidak produktif, tapi juga mampu menghadirkan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, dan menggerakkan ekonomi kerakyatan sirkuler.

Diakuinya, guna memastikan kecukupan bahan baku biomassa, dibutuhkan upaya terintegrasi. Untuk itu, PLN mengembangkan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu. Dimana program ini melibatkan masyarakat untuk mengolah lahan kritis menjadi produktif.

“Dengan kekuatan kolaborasi, Kementerian Pertanian dan PLN tidak hanya sukses, tetapi juga membawa kesejahteraan dan berkah. Kesuksesan ini akan diduplikasikan di lokasi lainnya, sehingga akan membawa manfaat yang lebih masif lagi,” ternagnya.

Baca Juga :  Edukasi Pasar Modal di Tanah Papua, OJK Dorong Investasi Syariah

Sebelum di Tasikmalaya, program ini telah sukses diimplementasikan di Cilacap dengan luas lahan sebesar 106 hektare dan di Gunungkidul dengan luas 30 hektare.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya