Penulis asal Papua Jose Alvian Ohei, Berbicara Tentang Pengembangan Bahasa dan Budaya Papua
Sebagian orang masih memandang sepele tentang bidang bahasa, budaya, dan literatur. Padahal hal tersebut merupakan pondasi dasar berdirinya suatu bangsa. Dan di Papua, anak-anak muda cenderung melupakan tradisi budayanya sendiri, seperti penggunaan bahasa daerah.
Laporan: Karolus Daot
Kebiasaan akan berubah menjadi kebudayaan atau biasa disebut culture. Setelah peradaban cukup maju culture dalam suatu komunitas membentuk manusia yang diklasifikasi secara administrasi menjadi masyarakat yang diinput datanya kedalam sistem pemerintahan.
Penulis asal Papua Jose Alvian Ohei mengatakan bahasa dan kebudayaan kata dia menjadi pondasi dasar untuk mengendalikan arah dan tujuan dari suatu bangsa. Akan tetapi kondisi yang terjadi saat ini khususnya di Papua literasi tentang budaya dan bahasa masih sangat rendah.
Hal itu terjadi selain karena pengaruh perkembangan zaman, tapi juga minimnya perhatian masyarakat, ataupun pemerintah daerah untuk melestarikan kebudayaan maupun bahasa.
Sehingga yang terjadi kadang kala orang Papua, khususnya generasi milenial, tidak mengetahui akan bahasa dan budayanya sendiri.
“Itu yang terjadi sekarang di Papua, kadang orang Papua, bisa menguasai bahasa asing, tapi bahasa lokalnya sendiri kurang dipahami,” ungkapnya.
Kondisi ini sangat diprihatinkan, karena dalam sebuah pepatah mengatakan seseorang akan tahu tujuan dan arah jalannya, jika dia mengetahui asal muasalnya.
Tapi yang terjadi saat ini di Papua orang berlomba lomba menguasai bahasa asing sementara bahasa lokalnya sendiri tidak diketahui bahkan sama sekali tidak paham. “Itu yang terjadi hari ini, kita ingin yang lebih besar, tapi budaya kita sendiri diabaikan,” tuturnya.
Josepun menceritakan, tahun 2016 silam, temannya asal Portugal menjelajahi dunia. Saat hendak pulang ke Portugal, wisatawan asing itu menyempatkan diri singgah di Kota Jayapura. Setiba di Jayapura Jose membawa pria itu ke tempat tempat perbelanjaan.
Awalnya Jose ingin berwisata bersama touris asing itu dengan waku yang lama. Akan tetapi setelah satu hari mengelilingi tempat perbelanjaan di Kota Jayapura, pria itu justru langsung pulang ke Jakarta.
“Alasannya karena tidak menemukan culture atau kekhasan khusus tentang budaya Papua,” cerita Jose
“Lihat saja rumah adat, makanan, kita tidak dapat menemukan itu di Kota ini adapun itu ketika acara seperti festival, tapi yang diharapkan wisatawan lokal, culture atau kekhasan budaya ini dapat ditemukan setiap pisat perbelanjaan, setiap hari,” ujarnya.