Friday, November 22, 2024
31.7 C
Jayapura

Menghindar Harus Tempuh 2–3 Km Lebih Jauh, Lewat Sungai Khawatir Arus Deras

Pergi Pulang Sekolah Gelantungan Melintasi Jembatan Gantung Rusak

Para pelajar dan warga di dua kecamatan terpisah sungai di Sukabumi harus lewat jembatan yang satu slingnya rusak karena lebih cepat. Rusak sejak Juni, baru akhir Juli ini rencananya mulai diperbaiki.

NANDI, Sukabumi

ANAK-ANAK dari TK sampai SMA ”bergantung” pada jembatan gantung yang satu slingnya rusak itu untuk pergi pulang sekolah. Baik secara konotatif maupun denotatif.

   Konotatif karena jembatan di atas Sungai Cikaso itu akses penghubung utama yang menjadi gantungan antara Kecamatan Lengkong dan Kecamatan Jampang Tengah, Sukabumi, Jawa Barat. Denotatif karena anak-anak dari Lengkong sejak Juni lalu, setelah satu sling jembatan rusak, benar-benar bergantung ketika menyeberang.

   Seperti dilaporkan Radar Sukabumi, dengan hanya satu sling, bodi jembatan menggantung sebelah. Anak-anak dan siapa pun yang menyeberang otomatis harus meniti pelan-pelan sambil bergelantungan. Meleng sedikit otomatis tercebur. Dan, kalau arus sedang kencang bisa membahayakan nyawa.

   Menurut Ruslan, kepala Dusun IV, Desa Neglasari, Lengkong, desa terdekat dengan jembatan tersebut, tiap hari ada 30–40 warganya yang harus meniti jembatan gantung rusak itu. ”Termasuk anak-anak PAUD, SD, SMP, sampai SMA,” katanya kepada Radar Sukabumi Selasa (23/7) lalu.

Baca Juga :  TSE Group Berkomitmen Bantu Atasi Masalah Pendidikan

    Jembatan dengan panjang 30 meter dan lebar 1,7 meter tersebut, lanjut Ruslan, kali pertama dibuat sekitar 50 tahun lalu. Awalnya bambu, lalu pada 2017 dibangun dengan menggunakan dua sling.

   Kalau tak berani melewati jembatan itu, warga Neglasari, Lengkong, harus memutar 2–3 kilometer untuk ke Desa Bantar Panjang, Jampang Tengah, yang ada di seberang sungai.

Pilihan lain jika tak mau meniti jembatan rusak tersebut adalah menyeberangi sungai. Itu jika arusnya sedang surut. Dan, jelas itu bukan pilihan mudah bagi para pelajar yang harus menjaga seragam mereka agar tak basah.

   ”Kalau bawa anak jalan bawah, jalan air nyeberang. Kalau gak bawa anak, lewat jembatan saja,” ujar Aisyah, warga Neglasari.

   Aisyah mengaku deg-degan tiap harus meniti jembatan. ”Takut banget, tapi mau gimana lagi kalau pas butuh cepat,” tuturnya.

Dia berharap jembatan tersebut bisa segera diperbaiki. Apalagi, titian tersebut jadi andalan anak-anak yang pergi pulang sekolah.

Baca Juga :  Paling Sulit Belajar Mandiri dan Mentransfer Ilmu dalam Implemetansi KM

   Menurut Ruslan, berbagai upaya telah dilakukan jajaran pemerintah kedua desa dengan berembuk untuk memperbaiki kondisi jembatan gantung yang rusak karena diterjang arus Sungai Cikaso tersebut. Namun, hingga kini belum terealisasi dan direncanakan baru dilakukan perbaikan pada akhir Juli 2024.

  Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Deden Sumpena menyatakan, pihaknya telah melakukan pengecekan bersama dan berkoordinasi dengan jajaran pemerintah Desa Neglasari dan Desa Bantar Panjang. ”Kami dari kedaruratan melihat seberapa urgensinya,” ujar Deden saat diwawancarai Radar Sukabumi Selasa (23/7).

  Deden menjelaskan, bukan hanya jembatan gantung tersebut, pihaknya secara bersama-sama melakukan pengecekan terhadap tiga jembatan lainnya yang juga rusak. Selanjutnya, BPBD berkoordinasi dengan dinas perkim (perumahan dan permukiman) setempat.

  ”Intinya tinggal menunggu waktu untuk perbaikan. Ketika dicek kondisi jembatan memang rusak, tapi sebenarnya ada jalan lain. Cuman mungkin lebih dekat melintasi jembatan gantung itu,” ucapnya. (*/c19/ttg)

Pergi Pulang Sekolah Gelantungan Melintasi Jembatan Gantung Rusak

Para pelajar dan warga di dua kecamatan terpisah sungai di Sukabumi harus lewat jembatan yang satu slingnya rusak karena lebih cepat. Rusak sejak Juni, baru akhir Juli ini rencananya mulai diperbaiki.

NANDI, Sukabumi

ANAK-ANAK dari TK sampai SMA ”bergantung” pada jembatan gantung yang satu slingnya rusak itu untuk pergi pulang sekolah. Baik secara konotatif maupun denotatif.

   Konotatif karena jembatan di atas Sungai Cikaso itu akses penghubung utama yang menjadi gantungan antara Kecamatan Lengkong dan Kecamatan Jampang Tengah, Sukabumi, Jawa Barat. Denotatif karena anak-anak dari Lengkong sejak Juni lalu, setelah satu sling jembatan rusak, benar-benar bergantung ketika menyeberang.

   Seperti dilaporkan Radar Sukabumi, dengan hanya satu sling, bodi jembatan menggantung sebelah. Anak-anak dan siapa pun yang menyeberang otomatis harus meniti pelan-pelan sambil bergelantungan. Meleng sedikit otomatis tercebur. Dan, kalau arus sedang kencang bisa membahayakan nyawa.

   Menurut Ruslan, kepala Dusun IV, Desa Neglasari, Lengkong, desa terdekat dengan jembatan tersebut, tiap hari ada 30–40 warganya yang harus meniti jembatan gantung rusak itu. ”Termasuk anak-anak PAUD, SD, SMP, sampai SMA,” katanya kepada Radar Sukabumi Selasa (23/7) lalu.

Baca Juga :  Rute Berubah, Biaya Bertambah

    Jembatan dengan panjang 30 meter dan lebar 1,7 meter tersebut, lanjut Ruslan, kali pertama dibuat sekitar 50 tahun lalu. Awalnya bambu, lalu pada 2017 dibangun dengan menggunakan dua sling.

   Kalau tak berani melewati jembatan itu, warga Neglasari, Lengkong, harus memutar 2–3 kilometer untuk ke Desa Bantar Panjang, Jampang Tengah, yang ada di seberang sungai.

Pilihan lain jika tak mau meniti jembatan rusak tersebut adalah menyeberangi sungai. Itu jika arusnya sedang surut. Dan, jelas itu bukan pilihan mudah bagi para pelajar yang harus menjaga seragam mereka agar tak basah.

   ”Kalau bawa anak jalan bawah, jalan air nyeberang. Kalau gak bawa anak, lewat jembatan saja,” ujar Aisyah, warga Neglasari.

   Aisyah mengaku deg-degan tiap harus meniti jembatan. ”Takut banget, tapi mau gimana lagi kalau pas butuh cepat,” tuturnya.

Dia berharap jembatan tersebut bisa segera diperbaiki. Apalagi, titian tersebut jadi andalan anak-anak yang pergi pulang sekolah.

Baca Juga :  Tertibkan 20 Lebih Baliho dan 10 PKL yang Melanggar

   Menurut Ruslan, berbagai upaya telah dilakukan jajaran pemerintah kedua desa dengan berembuk untuk memperbaiki kondisi jembatan gantung yang rusak karena diterjang arus Sungai Cikaso tersebut. Namun, hingga kini belum terealisasi dan direncanakan baru dilakukan perbaikan pada akhir Juli 2024.

  Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Deden Sumpena menyatakan, pihaknya telah melakukan pengecekan bersama dan berkoordinasi dengan jajaran pemerintah Desa Neglasari dan Desa Bantar Panjang. ”Kami dari kedaruratan melihat seberapa urgensinya,” ujar Deden saat diwawancarai Radar Sukabumi Selasa (23/7).

  Deden menjelaskan, bukan hanya jembatan gantung tersebut, pihaknya secara bersama-sama melakukan pengecekan terhadap tiga jembatan lainnya yang juga rusak. Selanjutnya, BPBD berkoordinasi dengan dinas perkim (perumahan dan permukiman) setempat.

  ”Intinya tinggal menunggu waktu untuk perbaikan. Ketika dicek kondisi jembatan memang rusak, tapi sebenarnya ada jalan lain. Cuman mungkin lebih dekat melintasi jembatan gantung itu,” ucapnya. (*/c19/ttg)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya