SENTANI – Pelaksanaan Festival Sagu dan Grime Art yang dilakukan di Isyo Hills Kampung Rhepang Muaif Distrik Nimbokrang dibuka Selasa (25/6) kemarin. Event yang digelar selama 3 hari ini mengambil tajuk Bersama Merayakan Sebuah Keberlanjutan.
Dari agenda yang sempat vakum 3 tahun ini diharapkan ada momentum lain yang bisa digagas yakni kebangkitan pangan lokal. Disini juga terungkap bahwa sagu yang menjadi makanan pokok di wilayah perkampungan perlahan mulai dilupakan dan terganti oleh beras.
“Dulu ada festival sagu di Kwadeware, Sentani dan itu perdana tapi tidak dilakukan lagi sehingga kami coba berinisiatif menghidupkan lagi iventnya, ” jelas Alex Waisimon selaku Ketua Panitia dan Pendiri Isyo Hills disela – sela pembukaan Selasa kemarin.
Kegiatan ini meski sederhana namun dilakukan dengan penuh semangat dan festival ini dibuka oleh Kepala Distrik Nimbokrang, Welem Wouw.
Welem mengaku bangga ada festival yang digagas secara mandiri oleh warga. “Saya pikir ke depan harus lebih dikonsepkan dengan melibatkan banyak pihak dan suku, ” harapnya.
Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Provinsi Papua, Nicky Mehue mengusulkan agar Nimbokrang menggagas Festival Ekowisata yang dikatakan belum pernah dilakukan dimanapun. “Potensi untuk menggelar event festival ekowisata itu sangat memungkinkan dan belum pernah dilakukan dimanapun,” tambahnya.
Sementara itu Tokoh Pemuda, Paul Wouw menanyakan bahwa potensi hutan di Grime masih menjanjikan, namun mengapa tidak dibuat seperti perkebunan sawit yang diatur sedemikian rupa. “Kenapa malah pohon sawit diurus sedemikian baik sedangkan sagu tidak,” tanya Paul Wouw.
Festival ini akan berlangsung hingga tanggal 28 Juni di lokasi ekowisata Rhepang Muaif, Nimbokrang. (ade/ary)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos