Saturday, May 11, 2024
22.7 C
Jayapura

Kontras Sebut Januari-Februari 6 Luka-luka, 4 Tewas

JAYAPURA – Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) bersama dengan Biro Papua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), PUSAKA dan pihak terkait menyoroti situasi kekerasan yang terus terjadi akibat pendekatan militer bersenjata di Tanah Papua selama dua bulan belakangan.

Berdasarkan pemantauan KontraS, pada Januari hingga Februari 2024 telah terjadi setidaknya 7 Peristiwa kekerasan yang menimbulkan 6 korban luka dan 4 korban tewas. Tindak kekerasan tersebut antara lain meliputi penembakan, penyiksaan, serta penangkapan sewenang-wenang.

“Menurut informasi yang kami himpun, beberapa korban di antaranya adalah warga sipil bahkan terdapat korban yang masih tergolong anak-anak,” ucap Komisi Koordinator Kontras, Dimas Arya, dalam rilis yang dimuat di Kontras.

Baca Juga :  Antisipasi Serangan Susulan, 400 Personel Disiagakan di Puncak

Adapun jumlah kekerasan yang terjadi di Papua berbanding lurus dengan masih diberlakukannya pendekatan keamanan dan bersenjata melalui operasi militer oleh pemerintah hingga saat ini. Padahal, pola kebijakan penuntasan konflik tersebut masih menjadi salah satu faktor terus berulangnya peristiwa kekerasan di Tanah Papua.

“Kami memproyeksikan bahwa peristiwa semacam itu akan terus berulang di Tanah Papua jika pemerintah tidak melakukan pengkajian ulang dan evaluasi terhadap pendekatan keamanan dan operasi militer yang saat ini dijalankan di Tanah Papua,” ucapnya.

Bahkan, inisiatif Panglima TNI dengan membuat Komando Operasi Habema justru akan memperkeruh situasi dan tidak dapat menjamin peristiwa kekerasan, serta pelanggaran HAM tidak terus berulang jika operasi tersebut dijalankan tanpa evaluasi yang komprehensif dan menyeluruh serta tidak diimbangi dengan upaya dialog dan cara damai.(fia/wen)

Baca Juga :  Hari ini, Persipura Mulai Latihan

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com 

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) bersama dengan Biro Papua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), PUSAKA dan pihak terkait menyoroti situasi kekerasan yang terus terjadi akibat pendekatan militer bersenjata di Tanah Papua selama dua bulan belakangan.

Berdasarkan pemantauan KontraS, pada Januari hingga Februari 2024 telah terjadi setidaknya 7 Peristiwa kekerasan yang menimbulkan 6 korban luka dan 4 korban tewas. Tindak kekerasan tersebut antara lain meliputi penembakan, penyiksaan, serta penangkapan sewenang-wenang.

“Menurut informasi yang kami himpun, beberapa korban di antaranya adalah warga sipil bahkan terdapat korban yang masih tergolong anak-anak,” ucap Komisi Koordinator Kontras, Dimas Arya, dalam rilis yang dimuat di Kontras.

Baca Juga :  IAGI Papua Sebut Semburan Gas Tidak Berbahaya

Adapun jumlah kekerasan yang terjadi di Papua berbanding lurus dengan masih diberlakukannya pendekatan keamanan dan bersenjata melalui operasi militer oleh pemerintah hingga saat ini. Padahal, pola kebijakan penuntasan konflik tersebut masih menjadi salah satu faktor terus berulangnya peristiwa kekerasan di Tanah Papua.

“Kami memproyeksikan bahwa peristiwa semacam itu akan terus berulang di Tanah Papua jika pemerintah tidak melakukan pengkajian ulang dan evaluasi terhadap pendekatan keamanan dan operasi militer yang saat ini dijalankan di Tanah Papua,” ucapnya.

Bahkan, inisiatif Panglima TNI dengan membuat Komando Operasi Habema justru akan memperkeruh situasi dan tidak dapat menjamin peristiwa kekerasan, serta pelanggaran HAM tidak terus berulang jika operasi tersebut dijalankan tanpa evaluasi yang komprehensif dan menyeluruh serta tidak diimbangi dengan upaya dialog dan cara damai.(fia/wen)

Baca Juga :  Siapkan Satu Bangsal, Khusus Untuk Para Caleg yang Depresi Berat

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com 

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya