
MERAUKE- Meski pendidikan menjadi prioritas dalam bidang pendidikan, namun bagi siswa SMAN Satu Atap Senayu, Distrik Tanah Miring Merauke tidak merasakan hal tersebut. Pasalnya, selama 2 tahun siswa SMA Satap Senayu harus belajar di tempat parkir motor akibat sekolah ini hanya memiliki 2 ruangan kelas.
Itupun 2 ruangan kelas yang ada merupakan sumbangan dari para guru yang ada di sekolah ini membangun dua ruangan kelas yang darurat yang maish berlantaikan tanah dan berdinding papan.
Kepala SMP-SMA Satap Senayu, Nickson Teofilus Notanubun, S.Pd saat dihubungi mengungkapkan, bahwa pihaknya sudah bolak balik ‘mengemis’ ke Dinas Pendidikan untuk memperjuangkan pembangunan sarana prasana sekolah terutama gedung sekolah bagi siswa-siswa SMA Satap Senayu tersebut namun sampai sekarang tidak ada realisasi. Padahal, anak-anak yang sekolah di SMP-SMA Satu Atap adalah anak-anak asli Papua.
‘’Pejabat yang turun juga memberikan janji untuk segera memperhatikan, namun ternyata hanya sekedar janji. Sampai hari ini juga tidak ada terealisasi,’’ tandas Nickson Reofilus Notanubun dengan nada kecewa.
Karena sudah 2 tahun anak-anak satu kelas tersebut harus belajar di tempat parkir motor, lanjut Nickson, maka dengan memanfaatkan dana Operasional Sekolah, pihaknya mengupayakan membangun satu ruangan darurat lagi yang berdinding papan dan berlantai dari tanah tersebut.
‘’Sementara dalam proses pembangunan. Mudah-mudahan dalam dua tiga hari kedepan ini sudah selesai,’’ katanya.
Sementara dua ruangan kelas sebelumnya yang digunakan siswa SMA tersebut belajar, Nickson menjelaskan bahwa kedua ruangan kelas itu bisa dibangun karena bantuan dari guru-guru negeri yang ada di sekolah tersebut termasuk orang tua dari siswa.
Diapun berharap adanya perhatian dari pemerintah untuk bisa segera memperhatikan sarana prasarana pendidikan bagi siswa SMA Satu Atap yang ada di Senayu tersebut.
Ditanya soal guru, Nickson menjelaskan bahwa jumlah guru yang ada di SMP-SMA Satu Atap Senayu sebanyak 19 orang yang terdiri dari 4 guru negeri dan 15 guru honorer. ‘’Mereka selain berstatus sebagai guru SMP juga sebagai guru SMA. Karena disini sekolah satu atap,’’ pungkasnya. (ulo/tri)