“Berita yang beredar di media sosial bahwa mengeluarkan uang Rp 5 M untuk ketemu Egianus kembalikan pilot adalah berita yang tidak benar,” tegas Sipe saat menghubungi Cenderawasih Pos, Sabtu (11/3).
Sebulan lebih aksi penyanderaan yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya berlangsung. Selama itu pula publik masih mempertanyakan kondisi dan kabar sang pilot Pesawat Susi Air, Philip Mehrtens.
Kepala Operasi Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadani menyampaikan, hingga kini Satgas Damai Cartenz bersama TNI masih terus melakukan pencarian tentang keberadaan Pilot Susi Air yang disandera sejak 7 Februari lalu.
Komandan Satgas Damai Cartenz 2023 Kombes Pol. Faizal Rahmadani mengakui saat ini pencarian Pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru diperluas hingga ke Kabupaten Lanny Jaya.
Rabu (1/3) Susi Pudjiastuti sebagai pendiri Susi Air menyampaikan harapannya agar pilot berkewarganegaraan Selandia Baru itu segera dibebaskan tanpa syarat.
“Pilot Susi Air bukan merupakan tujuan utama dari TPNPB melakukan penyanderaan, ini sebatas menujukan kepada semua pihak bahwa Egianus dan pasukannya sedang memperjuangkan Papua Merdeka dan pesannya sudah tersampaikan,” kata Yan saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Jumat (24/2).
Sebagaimana, Pilot asal Selandia Baru itu disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya pada 7 Februari 2023. Itu artinya, 21 hari sudah Philip Mark Merthens bersama KKB. “Kita berikan dukungan pada semua tim yang sedang bekerja untuk pembebasan Pilot Susi Air,” kata Frits kepada Cenderawasih Pos, Senin (27/2).
Menurut Frits, pasca penyanderaan Pilot Susi Air. Warga Sipil di Distrik Paro dan sekitarnya sudah menyelamatkan diri dengan mengunsi. Adapun yang berada di sekitar sandera saat ini adalah kelompok sipil bersenjata (KSB) yang memegang senjata.
Juru Bicara Jaringan Damai Papua Yan Cristian Warinussy menilai menjadi hal yang dipertanyakan jika saat ini Egianus menggunakan masyarakat dalam hal ini anak anak dan perempuan sebagai tameng.
Menurut Yan, setelah 18 hari berlalu, Egianus sudah harus mempertimbangkan untuk memberi ruang kepada pilot dibebaskan. Dalam kaitan itu, harus dibicarakan dan harus ada jaminan keamanan dari semua pihak diantaranya, pemerintah distrik, kabupaten dan juga pemerintah Provinsi Papua Pegunungan juga TNI-Polri.