Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kota Jayapura Richard Nahumury mengatakan Festival Kampung Nelayan dilaksanakan dalam rangka untuk mengembangkan tetapi juga menggali potensi ekonomi lokal di sekitar kawasan tersebut.
Untungnya, salah satu dari penumpang perahu tersebut berhasil menghubungi Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke sehingga keempat nelayan tersebut berhasil diselamatkan. Humas SAR Merauke Darmawan menjelaskan bahwa keempat nelayan tersbeut yakni Makmur (47), Acho (28), Ismail (32), dan Fajar (17).
Namun sejatinya kondisi serupa juga dialami warga Indonesia di Jayapura yang juga kerap diamankan kepolisian PNG akibat kebabalasan memasuki wilayah territorial PNG. Disini Akmal menjelaskan bahwa sejak Januari – April 2024 ada ada 19 orang warga PNG yang sudah dideportasi sedangkan ada 4 lagi yang sedang diproses hukum.
Kesiapan Pemprov Papua Selatan ini disampaikan Apolo Safanpo menanggapi permintaan seorang nelayan dari Menara Lampu Satu Kelurahan Samkai Merauke yang perahunya rusak bersama dengan sejumlah nelayan lainnya akibat diterjang ombak saat terjadi banjir rob atau banjir pasang beberapa waktu lalu.
Air pasang yang cukup tinggi disertai angin yang cukup kencang yang terjadi sejak Sabtu 09 Maret 2024 lalu membuat warga yang tinggal di sekitar persisir pantai khususnya di sekitar Pantai Lampu Satu Merauke dibuat was-was.
“Saya mengajak para nelayan agar selalu mencari informasi cuaca setiap saat di situs BMKG Merauke baik itu cuaca, tinggi ombak dan lain sebagainya demi menjaga keselamatan diri kita dan keluarga,” pintanya.
Taufik menegaskan pihaknya akan mengakui hal itu jika ada bukti valid keterlibatan nelayan yang masuk dalam KNSI Papua Selatan. ‘’Kalau ada bukti yang jelas mungkin dari foto atau video yang membuktikan bahwa kapal kita. Tapi, kalau masih menjadi bola liar, demo dan kami dikambinghitamkan, kami merasa keberatan,’’ katanya.
‘’Jika ada yang masih mengalami pungutan liar baik dalam pengurusan izin maupun saat melakukan aktivitas sebagai nelayan untuk segera laporkan kepada kami. Kami akan memberantas pungli-pungli yang ada di Papua Selatan ini. Kami masih mendapatkan laporan bahwa masih ada pungli-pungli sehingga nelayan merasa di rugikan.
Kronologi kejadiannya, ungkap Kasi Humas, berawal saat korban bersama saksi bernama Abut setelah sampai di rumah Jalan Ampera IV, Keluirahan Maro , mengajak saksi masuk ke dalam rumah. Namun saksi Abut tidak mau masuk dengan alasan badannya panas mau cari angin.
Sekolah lapangan bagi nelayan ini dibagi 2 tahap. Tahap pertama, khusus bagi nelayan yang ada di sekitar pantai Kota Merauke dan tahap kedua bagi nelayan yang ada di Kumbe, Distrik Malind Merauke.