Gempa dirasakan dengan skala MMI pada wilayah Jayapura dan Jayapura dengan skala III dan III. Skala MMI yang dirasakan adalah III yang artinya gempa dirasakan oleh beberapa orang, tetapi tidak menyebabkan kerusakan atau kecelakaan. Benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan jendela kaca bergetar.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Jayapura Herlambang Hudha menuturkan dari jumlah tersebut, gempa bumi yang dapat dirasakan mencapai 63 kejadian. Hal itu Herlambang mengatakan karena Papua secara keseluruhan merupakan daerah dengan aktifitas gempa yang sangat tinggi, karena adanya zona subduksi sebelah Utara Papua yang membentuk sesar yang memicu tingginya seismisitas di Papua.
Sehingga forum penanggulangan bencana yang sudah dibentuk itu diberi penguatan kapasitas, dengan melibatkan pihak BMKG, BPBD kota Jayapura dan BNPB. Simulasi dan penguatan yang dilakukan itu dilakukan supaya ilmu-ilmu yang sudah didapatkan oleh masyarakat selama ini bisa ditingkatkan lagi.
Adapun wilayah kerja BMKG V Jayapura meliputi Provinsi Papua, Papua Pegunungan, Papua Tengah,Papua Selatan, Papua Barat, dan Papua Barat Daya. Berdasarkan data gempa bumi yang terjadi selama periode 1 hingga 30 September 2024, kata dia, sebagian besar gempa memiliki magnitudo rendah yakni antara 2,0 hingga 3,0 dengan kedalaman gempa umumnya dangkal.
Prediksi adanya gempa megathrust yang disampaikan oleh BMKG beberapa waktu lalu sempat menyedot perhatian masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak gempa megathrust yang digambarkan sangat besar kekuatannya dan bisa memicu terjadinya gelombang tsunami yang sangat tinggi ini, tentu membuat orang ketar-ketir.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi menengah diakibatkan karena adanya deformasi batuan kerak bumi. Dari Hasil analisis BMKG mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser.
Dr. Weniza, M.Sc, selaku Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Pusat mengatakan koordinasi dan kolaborasi bersama dalam kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan tsunami perlu dilakukan, diperkanalkan disosialisasikan kepada seluruh elemen lapisan masyarakat.
Ketua Tim Kerja Pengamatan Geofisika BMKG Wilayah V, Danang Pamuni menyampaikan bahwa sumber gempa yang ada di PNG itu tidak ada hubungannya dengan gempa yang ada di wilayah Kota Jayapura.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya. Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi kerak bumi.
Diapun mengatakan untuk lokasi presmian rumah tahan gempa tersebut belum diketahui secara pasti. Sebab pihaknyapun belum mendapatkan agenda resmi dari pusat. "Kami masih menunggu agenda dari pusat lokasi rumah tahan gempa yang akan diresmikan Mensos," ujarnya.