Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jayapura Jan W. Rumere mengatakan, perubahan cuaca bisa terjadi kapan saja di Kabupaten Jayapura, terlebih jika terjadi hujan lebat. Oleh karena itu, diimbau kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana longsor dan banjir, diharapkan tetap waspada dan hati hati, jangan mengabaikan keselamatan diri.
Diketahui bahwa fenomena Aphelion adalah ketika jarak bumi dengan matahari dalam titik terjauh saat periode revolusi atau Aphelion. Namun, hal itu tak otomatis membuat suhu menjadi lebih dingin.
Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Fenomena Khusus BMKG Miming di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa kondisi suhu panas maksimum lebih dari 34,1 derajat Celcius juga terdeteksi menerpa wilayah Sentani, Jayapura, Papua, yang sudah berlangsung sejak 24 jam terakhir.
Dia mengatakan, penyakit-penyakit yang biasanya muncul pada saat peralihan musim seperti malaria demam berdarah infeksi pernapasan atas atau ISPA juga diare. Penyakit-penyakit ini yang seringkali dianggap perawan dan sering dialami oleh masyarakat.
Yustus menyampaikan hal lain yang perlu diantisipasi bahwa menjelang pergantian musim hujan ke musim kemarau, akan terjadi transisi musim yang ditandai dengan hujan lebat namun disertai angin kencang dengan durasi singkat.
BMKG mengimbau masyarakat di wilayah setempat untuk tidak membakar sampah ataupun membuang puntung pada tempatnya untuk menghindari terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi kekeringan meteorologis yang merupakan kondisi anomali iklim dalam bentuk berkurangnya curah hujan dalam jangka waktu bulanan, musiman, bahkan durasi waktu yang panjang.
“Kami juga berharap semoga anomali cuaca di Indonesia tidak terlalu memberi ekses negative dengan adanya perubahan iklim ini. Kelangkaan pangan itu menjadi bahaya tersendiri apalagi tidak dipersiapkan mitigasinya,” beber Sugandi.
Selain imbauan tidak melaksanakan lempar jumrah pada siang-sore hari, otoritas setempat menerapkan sistem buka tutup. Tujuannya, mengatur pergerakan jemaah dari tenda pemondokan di Mina menuju jamarat (tempat pelaksanaan lempar jumrah).
Hasil analisis dinamika atmosfer menunjukkan kondisi atmosfer yang cukup basah dengan ketersediaan uap air yang cukup tinggi pada lapisan 850 mb, 700 mb dan 500 mb akibat adanya gangguan pola angin di wilayah utara Papua disertai dengan adanya aktivitas gelombang atmosfer Rossby equator.
Ketua Tim Layanan Meteorologi Publik, BMKG, Wilayah V Jayapura, Ezri Ronsumbre menyampaikan curah hujan selama 24 jam ke depan tercatat menunjukkan menunjukkan curah hujan di Kota Jayapura sebesar 18 mb air yang cukup tinggi pada lapisan 850 mb, 700 mb dan 500 mb. Kelembaban atmosfer yang tinggi menunjukkan ketersediaan uap air yang banyak di atmosfer sebagai pembentuk awan-awan hujan.