Musibah banjir dan tanah longsor yang terjadi di beberapa titik di Kota Jayapura menyebabkan kerusakan pada pipa transmisi dan pipa distribusi di beberapa intake PDAM Jayapura sehingga pelayanan kepada pelanggan untuk beberapa hari kedepan tidak bisa terlayani dengan baik.
Kepala Kampung Benyom Jaya Satu, Warsito mengatakan, hujan deras yang di wilayah itu secara berturut-turut sejak Sabtu-Minggu pagi kemarin telah berdampak pada naiknya debit dan merendam kawasan pemukiman.
Terkait dengan kondisi banjir dan dan longsor yang terjadi di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura pada tanggal 6-7 Januari lalu maka Pemerintah Provinsi Papua akui sudah dibangun Posko Penanganan Darurat.
”Selain itu juga, saya bertemu dengan Deputi Logistik, guna menyampaikan bantuan-bantuan yang akan diserahkan di Kota Jayapura, dan Kabupaten Jayapura," terangnya kepada Cenderawasih Pos, Sabtu (8/1) kemarin.
Dua hari pasca hujan deras yang mengakibatkan banjir hampir diseluruh Kota Jayapura ternyata wilayah Perumahan Organda hingga Ahad (9/1) kemarin masih belum surut. Ribuan warga masih bertahan dengan air sepinggang meski sebelumnya berada pada titik dada organg dewasa. Lambatnya air surut dikarenanya hanya memiliki dua jalur pembuangan yakni sebuah goa kecil di bawah Bukit Konya dan drainase yang berada disamping gedung PGSD tak jauh dari kampus USTJ.
"Hasil analisis menunjukkan hujan ekstrim ini disebabkan oleh beberapa gangguan kondisi atmosfer. Yakni saat ini wilayah Jayapura dan sekitarnya berada pada periode musim penghujan diiringi dengan aktifnya fenomena iklim global La Nina yang diperkirakan berlangsung hingga April 2022,” jelasnya, Jumat (7/1).
Ia juga menyoroti adanya aktivitas pungutan liar yang dilakukan oknum warga untuk memanfaatkan situasi. Namun di sini tak berlangsung lama sebab ia langsung memerintahkan untuk ditindak. “Sudah kami tindak dan tidak ada lagi pungli,” kata Rustan Saru melalui pesan Whatsappnya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.
PLN bergerak cepat untuk menormalkan suplai listrik ke pelanggan pasca cuaca ekstrem yang terjadi Kamis (6/1) hingga Jumat (7/1) pagi di Kota dan Kabupaten Jayapura dan sekitarnya. Sebanyak 225 petugas dikerahkan dan hingga pukul 12.00 WIT, 107 gardu dari total 220 gardu terdampak telah berhasil dipulihkan.
Bantalan beton yang dilapisi aspal sepanjang 20 meter ini terlihat menggantung dan membahayakan jika diberi beban berat. Bisa – bisa kendaraan yang melintas ikut masuk ke dalam jurang. Amblasnya jalan ini kemudian disikapi oleh aparat kepolisian, TNI dan dinas perhubungan dengan menutup jalur dua arah baik dari arah Perumnas III maupun sebaliknya.
"Dulu kali atau sungai lebarnya 9 meter sekarang tinggal 1 meter karena penyempitan dibangun rumah-rumah penduduk. Jadi kalau ada kayu yang patah dan tumbang menjadi sampah dan mampet, air dan lumpur akan meluap ke rumah warga. Kalau kali ini lebar, saya kira tidak ada masalah. Itu yang saya amati,” jelasnya.