"Hasil analisis menunjukkan hujan ekstrim ini disebabkan oleh beberapa gangguan kondisi atmosfer. Yakni saat ini wilayah Jayapura dan sekitarnya berada pada periode musim penghujan diiringi dengan aktifnya fenomena iklim global La Nina yang diperkirakan berlangsung hingga April 2022,” jelasnya, Jumat (7/1).
Ia juga menyoroti adanya aktivitas pungutan liar yang dilakukan oknum warga untuk memanfaatkan situasi. Namun di sini tak berlangsung lama sebab ia langsung memerintahkan untuk ditindak. “Sudah kami tindak dan tidak ada lagi pungli,” kata Rustan Saru melalui pesan Whatsappnya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.
PLN bergerak cepat untuk menormalkan suplai listrik ke pelanggan pasca cuaca ekstrem yang terjadi Kamis (6/1) hingga Jumat (7/1) pagi di Kota dan Kabupaten Jayapura dan sekitarnya. Sebanyak 225 petugas dikerahkan dan hingga pukul 12.00 WIT, 107 gardu dari total 220 gardu terdampak telah berhasil dipulihkan.
Bantalan beton yang dilapisi aspal sepanjang 20 meter ini terlihat menggantung dan membahayakan jika diberi beban berat. Bisa – bisa kendaraan yang melintas ikut masuk ke dalam jurang. Amblasnya jalan ini kemudian disikapi oleh aparat kepolisian, TNI dan dinas perhubungan dengan menutup jalur dua arah baik dari arah Perumnas III maupun sebaliknya.
"Dulu kali atau sungai lebarnya 9 meter sekarang tinggal 1 meter karena penyempitan dibangun rumah-rumah penduduk. Jadi kalau ada kayu yang patah dan tumbang menjadi sampah dan mampet, air dan lumpur akan meluap ke rumah warga. Kalau kali ini lebar, saya kira tidak ada masalah. Itu yang saya amati,” jelasnya.
Banjir memiliki ceritanya sendiri sendiri. Warga tidak hanya mengevakuasi dirinya agar selamat melainkan juga turut mengevakuasi binatang seperti ayam maupun kucing. Ada juga warga yang nyaris tenggelam di Pasar Youtefa namun berhasil dievakuasi oleh tim gabungan.
Beberapa pedagang di Pasar Youtefa yang ditemui mengaku banjir kali ini paling besar dibanding yang sudah – sudah. Itu bisa dilihat dari genangan air yang tidak hanya berada di pusat pasar tetapi sampai ke jalan menuju pasar. Bahkan ketinggian air di tengah pasar menurut beberapa pedagang ada yang mencapai 3 meter. Alhasil tak sedikit yang malam itu harus nginap di atap atau loteng.
Dari catatan Cenderawasih Pos musibah serupa pernah terjadi pada Februari 2015, lalu 3 Agustus 2017, kemudian 16 Maret 2019 dan 7 Januari 2022 kemarin. Namun dari semuanya, warga mengaku bahwa banjir Jumat (7/1) kemarin menjadi yang terdahsyat selama ini.
Kepala BPBD Provinsi Papua, Willem Manderi menjelaskan, terkait dengan himbawan waspada telah dilakukan pihaknya sejak bulan November, mengingat pemberitahuan dari BMKG bahwa mulai dari bulan November, Desember, Januari hingga Februari akan terjadi perubahan iklim di Papua, yang mengharuskan semua pihak waspada bencana Banjir dan Longsor.
Plt. Disorda Provinsi Papua, Alex Kapisa menjelaskan dalam kondisi tersebut, untuk area Stadiun Lukas Enembe, memang terendam banjir namun hanya diarea stadium saja, tidak menggangu fasilitas didalamnya.