“Saya ingin sekali, untuk kedua kalinya mendapatkan medali di Paralympic. Kemarin waktu Paralympic Tokyo saya mendapatkan medali perunggu,” kata Saptoyogo saat ditemui di Huanglong Sports Centre Stadium, Tiongkok, Kamis (26/10).
Arianti menjadi yang tercepat dengan membukukan waktu 12,52 detik. Dia berada di depan sprinter asal India Simran dan pelari tuan rumah Yaqin Shen yang masing-masing terlampau 0,16 detik dan 0,26 detik darinya.
Medali perunggu pertama dihasilkan oleh Junaedi setelah mengalahkan Sukhrob Shukurov dari Uzbekistan, di nomor -60 kg kelas J1 putra. Kemenangan itu diraih Junaedi selama 53 detik dengan 1 Ippon.
Saptoyogo menjadi yang tercepat pada nomor lari 400 meter T37 dengan catatan waktu 54,80 detik. Dia unggul dari para rivalnya, yaitu Apisit Taprom (Thailand) dan Thamer Ahmed Alzahrani (Arab Saudi) yang tertinggal masing-masing 1,83 detik dan 2,75 detik. Taprom berhak atas medali perak, sementara medali perunggu dibawa pulang oleh Alzahrani.
Catatan terbaik Suparni adalah 11.12 dari enam kali percobaan. Sementara, medali emas diraih oleh atlet Para atletik Jepang Reina Hori dengan skor 11.93. Lalu, medali perunggu menjadi milik wakil Malaysia Noor Imanina Binti Idris dengan skor 11.08.
Capaian tersebut jauh dari target yang dicanangkan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta Presiden Joko Widodo. Yakni, meraih 12 medali emas dan finis di 12 atau 10 besar.