Pelaku yang hingga kini masih disebut sebagai orang tak dikenal (OTK) masih dalam menyelidikan. Polisi menduga jika pelaku adalah sosok pria berambut gimbal yang menggunakan kaos dan celana hitam sesuai dengan keterangan saksi – saksi.
Meski enggan berbalas pantun di media namun pihak polda memastikan bahwa penyidik masih terus mendalami kasus tersebut. Dikatakan bukan hal mudah untuk mengungkap para pelakunya meski sudah beberapa markas berhasil didatangi digrebek namun pelaku berhasil melarikan diri.
"Nanti akan kita bantu untuk naikkan kelas, karena itu baru tipe D. Masa di kabupaten satu-satunya RS tipenya cuma D," kata Menko PMK Muhadjir Effendy selepas meninjau RSUD Dekai, Jumat.
Sebagaimana diketahui, dua peristiwa tersebut terjadi di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan. Peristiwa penyerangan penambang di Kali I Distrik Seradala yang menewaskan 13 orang, dan penganiayaan secara keji terhadap dua perempuan yang menyebabkan korban meninggal dunia.
Sejumlah perangkat OPD termasuk bupati sendiri telah mendatangi Distrik Amuma untuk memastikan informasi yang menyebut jika terjadi bencana kelaparan hingga menyebabkan kematian. Namun dari pantauan langsung diketahui informasi tersebut tidak terjadi.
"Dengan penuh rasa syukur kami Polres Yahukimo senang bisa membantu masyarakat di Kompleks Anggruk, dan dengan bantuan pembuatan Sumur Bor ini semoga dapat bermanfaat untuk masyarakat di Kompleks Anggruk" Ucap Kapolres.
Iapun menyinggung terkait beberapa waktu lalu di Kabupaten Yahukimo terjadi pembantaian warga pendulang emas oleh KKB. Korban yang telah ditemukan meninggal dunia sebanyak 13 orang sedangkan korban yang berhasil selamat mencapai 95 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Pegunungan, dr Ronny J.A.Situmorang, M.Kes menyampaikan, peristiwa penyerangan terhadap Nakes tidak memudarkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang ada di daerah tersebut. Sebab, masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan.
“Kalau untuk ke sana nanti lihat,” singkatnya sambil tersenyum dengan ekspresi yang masih terlihat trauma. Apa yang dirasa Adrianus tentu sangat manusiawi sebab tak ada pekerjaan seharga nyawa. Meski ia dan rekan – rekannya melakukan tugas kemanusiaan namun jaminan keamanan harus melekat. Bukan pulang justru tinggal nama.