Selanjutnya pada pukul 13.40 WIT rekan korban melaporkan ke Kantor SAR Jayapura terkait kejadian tersebut. Menyikapi laporan adanya korban tenggelam di pantai ini, Tim SAR Jayapura mengerapkan satu tim Rescue RB 222 bergerak menuju lokasi kejadian dengan menggunakan RIB, pada pukul 13.50 WIT.
Penjabat Sekda kota Jayapura, Robby Kepas Awi mengatakan, belum adanya penanganan itu disebabkan karena terkait ketersediaan anggaran. Apalagi untuk mengerjakan pengaman atau talud di sepanjang kawasan pantai Skouw ini membutuhkan anggaran yang cukup besar.
Dua orang ini terseret ombak di dua lokasi berbeda. Dan setelah sehari dilakukan pencarian, pada Minggu (18/2) pagi salah satu korban bernama Habib Hasan (20) berhasil ditemukan meski dalam kondisi meninggal. Ia ditemukan sekira pukul 10.20 WIT tak jauh dari Café D’Sante Holtekamp. Sedangkan korban kedua Wes karoba, baru ditemukan Minggu (18/2) sore sekira pukul 15.30 WIT.
Pantauan media ini, sejak pagi hari sejumlah wisatawan sudah datang di Pantai Hamadi. Selain warga yang ingin berlibur, sejumlah denomenasi gereja kristen juga melaksanakan ibadah di kawasan wisata Pantai Hamadi Kota Jayapura. Abdul Mustofa, salah satu warga asal Sentani, kepada media ini mengungkapkan, memilih Pantai Hamadi karena ingin suasana baru bersama keluarganya.
Salah satu lokasi yang terparah terjadi di daerah Pantai Holtekamp, dimana tempat pemakaman umum milik warga Kampung Holtekam yang sudah ada sejak tahun 1940-an, sebagianya rusak dan hanyut terbawa abrasi air laut, sehingga tidak bisa ditemukan kembali. Warga Kampung setempat kemudian bekerja sama menyelamatkan makam pendahulu mereka yang tersisa.
Adapun alasan warga kampung untuk memindahkan makam yang sudah puluhan tahun berada di lokasi itu, karena tempat pemakaman itu terkikis abrasi air laut. Bahkan sejumlah tulang belulang jasad dalam kuburan ini, terbongkar dan hanyut akibat abrasi gelombang pantai yang naik beberapa hari belakangan ini. Bahkan, beberapa makam yang sudah puluhan tahun itu hilang dan tak berbekas lagi.
Kristo, salah satu anak yang pertama kali menemukan jenazah tersebut mengaku bahwa pihaknya menemukan saat sedang mandi-mandi di pantai sambil bermain umpet-umpetan. ‘’Ketika kita masuk ke dalam pohon-pohon bakau ini kita menemukan orang tersebut,’’ katanya.
Masih sama seperti sebelum-sebelumnya, dalam kedatangannya bersama anggotanya ini ia mengajak warga setempat untuk saling bertukar pikiran dan membahas kamtibmas di sekitar Weref. Disini Rishcard meminta saran dan masukan dari warga terkait kinerja aparat KPL.
Hanya saja, suhu panas di Kota Jayapura ini tidak menghalangi masyarakat untuk tetap berwisata di Pantai. Seperti halnya, yang terlihat di sepanjang Pantai Hamadi maupun di Pantai Holtekamp, Minggu (15/10).
Sebagaimana pembangunan pos pantau tersebut, diyakini mampu menjadi salah satu sistem peringatan dini bagi warga pengunjung dan sekitar Pantai Holtekamp, apabila ada potensi acanaman bencana alam maupun sosial lainnya.