Wednesday, March 12, 2025
32.7 C
Jayapura

Pembangunan di Yahukimo Dimulai Dengan Semangat Baru

Hanya saja Didimus nampaknya tak ingin pasrah begitu saja ia tetap berupaya dengan menggaap potensi yang ada dan mensyukuri apa yang ada. “Yang ada kita coba kelola secara maksimal dengan ucapan syukur,” tambahnya.

Iapun berpendapat bahwa ke depan program pemda harus bisa dikolaborasikan program nasional. Dan khusus Makan Bergizi Gratis (MBG) dikatakan pihakya akan segera mencarikan formula  yang tepat dan soft  dan semua pihak bisa  menerima. Didimus juga menceritakan bahwa dalam retret kemarin ke Magelang dari semua menteri menyampaikan jika Indonesia dikelola dengan baik maka kita  akan menjadi kekuatan  pangan terbesar di dunia.

Jepang, Vietnam dan Philipina sudah  mulai tergeser karena usia produktif  mereka sudah dibawa rata-rata sehingga pihaknya mencoba mengurangi masyarakat dari desa ke kota tapi wilayah kampung atau desa ini perlu diperkuat.

Baca Juga :  BPS Sarankan TIPD Pemkab Jayawijaya dan Pemprov Papeg Untuk Operasi Pasar

“Melihat jauh ke depan, persoalan ketahanan pangan akan muncul namun di Yahukimo jika disiapkan secara baik tentu prospeknya akan sangat menjanjikan. Perlu mendukung UMKM seperti pangan beras dan sektor lainnya. Kita memiliki lahan dan potensi daerah sangat menjanjikan untuk mendukung pendapatan daerah dan meciptakan lahan pekerjaan termasuk income bagi keluarga,” urai Didimus.

Disinggung soal Makan Bergizi Gratis, kata bupati MBG memiliki nilai positif dimana akan ada banyak produk perkebunan lokal yang dibeli.  Ia menganalogikan bahwa jika orang kuat maka keluarga kuat, keluarga kuat nantinya kabupaten juga kuat dan kabupaten kuat nanti provinsi juga kuat dan ketika provinsi kuat maka negara kuat.

Baca Juga :  Pemkab Yalimo Lakukan Pembayaran Tanah Tempat Pemakaman Umum di Elelim

Ia menceritakan bahwa di Jepang saat ini usia produktif tidak ada karena anak-anak mudanya lebih banyak memilih tinggal di kota di apartemen sehingga dalam interval waktu tertentu Jepang akan mengalami degradasi dan kekurangan pangan.

Tak hanya Jepang, beberapa Negara juga akan mengalami hal serupa.

“Untuk MBG hingga kini belum ada konsepnya namun kami akan coba maksimalkan. Sayur, daging, ubi dan babi semua dibeli dari masyarakat, begitu juga dengan warung dibuka untuk masyarakat sehingga uang yang ditarik  akan kembali dengan cara menghidupkan ekonomi dari proses MBG ini,” sambungnya.

Hanya saja Didimus nampaknya tak ingin pasrah begitu saja ia tetap berupaya dengan menggaap potensi yang ada dan mensyukuri apa yang ada. “Yang ada kita coba kelola secara maksimal dengan ucapan syukur,” tambahnya.

Iapun berpendapat bahwa ke depan program pemda harus bisa dikolaborasikan program nasional. Dan khusus Makan Bergizi Gratis (MBG) dikatakan pihakya akan segera mencarikan formula  yang tepat dan soft  dan semua pihak bisa  menerima. Didimus juga menceritakan bahwa dalam retret kemarin ke Magelang dari semua menteri menyampaikan jika Indonesia dikelola dengan baik maka kita  akan menjadi kekuatan  pangan terbesar di dunia.

Jepang, Vietnam dan Philipina sudah  mulai tergeser karena usia produktif  mereka sudah dibawa rata-rata sehingga pihaknya mencoba mengurangi masyarakat dari desa ke kota tapi wilayah kampung atau desa ini perlu diperkuat.

Baca Juga :  Happy Ending, Yahukimo Cetak Sejarah Pesta Demokrasi

“Melihat jauh ke depan, persoalan ketahanan pangan akan muncul namun di Yahukimo jika disiapkan secara baik tentu prospeknya akan sangat menjanjikan. Perlu mendukung UMKM seperti pangan beras dan sektor lainnya. Kita memiliki lahan dan potensi daerah sangat menjanjikan untuk mendukung pendapatan daerah dan meciptakan lahan pekerjaan termasuk income bagi keluarga,” urai Didimus.

Disinggung soal Makan Bergizi Gratis, kata bupati MBG memiliki nilai positif dimana akan ada banyak produk perkebunan lokal yang dibeli.  Ia menganalogikan bahwa jika orang kuat maka keluarga kuat, keluarga kuat nantinya kabupaten juga kuat dan kabupaten kuat nanti provinsi juga kuat dan ketika provinsi kuat maka negara kuat.

Baca Juga :  Progres 13 Dapur Umum Disiapkan

Ia menceritakan bahwa di Jepang saat ini usia produktif tidak ada karena anak-anak mudanya lebih banyak memilih tinggal di kota di apartemen sehingga dalam interval waktu tertentu Jepang akan mengalami degradasi dan kekurangan pangan.

Tak hanya Jepang, beberapa Negara juga akan mengalami hal serupa.

“Untuk MBG hingga kini belum ada konsepnya namun kami akan coba maksimalkan. Sayur, daging, ubi dan babi semua dibeli dari masyarakat, begitu juga dengan warung dibuka untuk masyarakat sehingga uang yang ditarik  akan kembali dengan cara menghidupkan ekonomi dari proses MBG ini,” sambungnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya