Sunday, November 24, 2024
33.7 C
Jayapura

Jangan Takut Booster!

JAYAPURA-Sejak 12 Januari 2022, Presiden Jokowi sudah memerintahkan untuk masyarakat melakukan suntikan vaksinasi dosis III atau yang dikenal dengan booster(penguat) secara gratis.

Vaksinasi booster Covid-19 secara grtais juga dilakukan di Provinsi Papua dimana untuk saat ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinkes Provinsi Papua, dr. Aaron Rumainum menegaskan bahwa booster atau vaksin penguat sangat diperlukan untuk meningkatkan kembali antibodi masyarakat dalam menghadapi penyebaran dan penularan virus Covid-19.

“Bagi masyarakat yang sudah divaksin dosis I dan II, lebih dari 6 bulan wajib untuk memdapatkan vaksin dosis ketiga atau booster. Untuk vaksin dosis ketiga atau booster, kita di Papua menggunakan vaksin Aztrazaneca dan Moderna,” jelas dr. Aaron Rumainum saat hadir dalam kegiatan Ngopi Bareng Redaksi di channel YouTube Cepos TV, Kamis (3/2).

Booster ini diakuinya sangat dibutuhkan utamanya warga yang sudah mendapatkan vaksin dosis kedua di atas 6 bulan. “Karena yang saya lihat vaksin Sinovac itu, tiga bulan anti bodinya turun drastis dan enam bulan sudah habis. Jadi kalau ada yang suntik Sinovac dua kali, terakhir bulan April 2021, dia periksa antibodi sisa 800, sehingga dia bisa kena Covid. Antibodi ini bisa diukur di laboratorium,” tuturnya.

“Saya waktu suntik pertama Sinovac, dua minggu saya cek antibodi saya di Prodia hanya 4. Kemudian satu bulan setelah suntikan kedua, saya cek lagi antibodi saya hanya 23. Naik tapi kecil, kalah saya sama orang-orang yang terinfeksi Covid. Saya pamer antibodi saya yang 23, teman-teman yang kena Covid, periksa di Prodia, antibodinya di atas 250. Jadi saya jatuh harga ya,” ujar dr. Aaron Rumainum bercanda.

Baca Juga :  Apresiasi Polri yang Terus Membantu Percepatan Vaksinasi

Setelah menerima suntikan dosis kedua Sinovac, dr. Aaron memutuskan untuk menerima suntikan dosis ketiga namun masih menggunakan vaksin Sinovac Maret 2021 dan dirinya memeriksa antibodinya lebih dari 250.

“Bulan Juni 2021 saya periksa lagi antibodi saya masih lebih 250. Tapi pada bulan September saya kembali periksa, turun menjadi 230 dan saya jadi takut. Maka saya suntik keempat dengan Moderta. Saya cek dua minggu kemudian masih berkisar 250 antibodi saya. Tapi setelah saya cek lagi, pada bulan Januari 2022 atau empat bulan setelah saya suntik Moderna, saya kaget antibodi saya 11.600,” tuturnya.

Dari pengalannya ini dr. Aaron Rumainum menyampaikan bahwa booster atau penguat sangat diperlukan untuk meningkatkan antibodi.

“Dari pengalaman ini saya pahami bahwa ini yang namanya booster. Jadi booster itu bukan nama vaksin tapi istilah. Sebab vaksin dosis satu dan dua sudah tidak kuat, sehingga dibutuhkan booster atau penguat. Jadi kita harus terima booster dengan vaksin yang lebih kuat yaitu Aztrazaneca atau Moderna. Tidak mungkin dengan Sinovac lagi. Karena Sinovac untuk anak usia 6-11 tahun,” jelasnya lagi.

Dirinya menjelaskan bahwa antibodi terhadap Covid didapat dari dua cara. Cara pertama yaitu virus hidup alias terpapar Covid-19 dan cara kedua yaitu vaksinasi dengan cara disuntikkan virus yang sudah dimatikan. “Kalau tidak mau dapat antibodi asli alias kena Covid, berarti cari booster. Tapi bagi yang tidak mau booster, berarti tinggal tunggu saja kena Covid di 2022 biar antibodi naik. Itu pilihan, mau dapat antibodi lewat booster atau mau dapat dari virus yang asli,” ucapnya.

Baca Juga :  Target 90 %, ASN dan Pejabat Dikerahkan Ajak Masyarakat Ikut Vaksin

Oleh sebab itu, dr. Aaron Rumainum mengaku tidak pernah marah apabila ada masyarakat yang enggan untuk divaksin. Sebab dengan kondisi pandemi seperti saat ini, dia akan rentan terkena Covid.

Untuk booster atau penguat, dr. Aaron meminta masyarakat untuk tidak perlu takut. Karena seperti halnya orang yang terpapar Covid-19 ada yang bergejala dan ada yang tidak, demikian pula untuk vaksinasi dosis ketiga atau booster menggunakan vaksin Moderna atau Azrtrazaneca.

“Booster itu istilahnya penguat, karena vaksin satu dan dua sudah tidak kuat sudah habis. Jadi kita perlu suntikan booster. Sama  dengan Covid, saat kita disuntik booster, ada yang bergejala dan ada tidak. Gejalanya juga ringan dan untuk vaksin Moderna tidak ada yang sampai sesak nafas. Demikian pula Aztrazaneca tidak ada yang sesak nafas. Jadi untuk booster menggunakan Moderna atau Aztrazaneca, aman,” pungkasnya.

Untuk penjelasan dr. Aaron Rumainum mengenai booster dan virus Covid-19 varian Omicron di Papua, lebih jelasnya bisa disaksikan di channel YouTube Cepos TV mulai Jumat (4/2) hari ini. (nat) 

JAYAPURA-Sejak 12 Januari 2022, Presiden Jokowi sudah memerintahkan untuk masyarakat melakukan suntikan vaksinasi dosis III atau yang dikenal dengan booster(penguat) secara gratis.

Vaksinasi booster Covid-19 secara grtais juga dilakukan di Provinsi Papua dimana untuk saat ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinkes Provinsi Papua, dr. Aaron Rumainum menegaskan bahwa booster atau vaksin penguat sangat diperlukan untuk meningkatkan kembali antibodi masyarakat dalam menghadapi penyebaran dan penularan virus Covid-19.

“Bagi masyarakat yang sudah divaksin dosis I dan II, lebih dari 6 bulan wajib untuk memdapatkan vaksin dosis ketiga atau booster. Untuk vaksin dosis ketiga atau booster, kita di Papua menggunakan vaksin Aztrazaneca dan Moderna,” jelas dr. Aaron Rumainum saat hadir dalam kegiatan Ngopi Bareng Redaksi di channel YouTube Cepos TV, Kamis (3/2).

Booster ini diakuinya sangat dibutuhkan utamanya warga yang sudah mendapatkan vaksin dosis kedua di atas 6 bulan. “Karena yang saya lihat vaksin Sinovac itu, tiga bulan anti bodinya turun drastis dan enam bulan sudah habis. Jadi kalau ada yang suntik Sinovac dua kali, terakhir bulan April 2021, dia periksa antibodi sisa 800, sehingga dia bisa kena Covid. Antibodi ini bisa diukur di laboratorium,” tuturnya.

“Saya waktu suntik pertama Sinovac, dua minggu saya cek antibodi saya di Prodia hanya 4. Kemudian satu bulan setelah suntikan kedua, saya cek lagi antibodi saya hanya 23. Naik tapi kecil, kalah saya sama orang-orang yang terinfeksi Covid. Saya pamer antibodi saya yang 23, teman-teman yang kena Covid, periksa di Prodia, antibodinya di atas 250. Jadi saya jatuh harga ya,” ujar dr. Aaron Rumainum bercanda.

Baca Juga :  Mari Sama-sama Bangun Mamberamo Tengah!

Setelah menerima suntikan dosis kedua Sinovac, dr. Aaron memutuskan untuk menerima suntikan dosis ketiga namun masih menggunakan vaksin Sinovac Maret 2021 dan dirinya memeriksa antibodinya lebih dari 250.

“Bulan Juni 2021 saya periksa lagi antibodi saya masih lebih 250. Tapi pada bulan September saya kembali periksa, turun menjadi 230 dan saya jadi takut. Maka saya suntik keempat dengan Moderta. Saya cek dua minggu kemudian masih berkisar 250 antibodi saya. Tapi setelah saya cek lagi, pada bulan Januari 2022 atau empat bulan setelah saya suntik Moderna, saya kaget antibodi saya 11.600,” tuturnya.

Dari pengalannya ini dr. Aaron Rumainum menyampaikan bahwa booster atau penguat sangat diperlukan untuk meningkatkan antibodi.

“Dari pengalaman ini saya pahami bahwa ini yang namanya booster. Jadi booster itu bukan nama vaksin tapi istilah. Sebab vaksin dosis satu dan dua sudah tidak kuat, sehingga dibutuhkan booster atau penguat. Jadi kita harus terima booster dengan vaksin yang lebih kuat yaitu Aztrazaneca atau Moderna. Tidak mungkin dengan Sinovac lagi. Karena Sinovac untuk anak usia 6-11 tahun,” jelasnya lagi.

Dirinya menjelaskan bahwa antibodi terhadap Covid didapat dari dua cara. Cara pertama yaitu virus hidup alias terpapar Covid-19 dan cara kedua yaitu vaksinasi dengan cara disuntikkan virus yang sudah dimatikan. “Kalau tidak mau dapat antibodi asli alias kena Covid, berarti cari booster. Tapi bagi yang tidak mau booster, berarti tinggal tunggu saja kena Covid di 2022 biar antibodi naik. Itu pilihan, mau dapat antibodi lewat booster atau mau dapat dari virus yang asli,” ucapnya.

Baca Juga :  Jaga Inflasi Stabil selama Pandemi

Oleh sebab itu, dr. Aaron Rumainum mengaku tidak pernah marah apabila ada masyarakat yang enggan untuk divaksin. Sebab dengan kondisi pandemi seperti saat ini, dia akan rentan terkena Covid.

Untuk booster atau penguat, dr. Aaron meminta masyarakat untuk tidak perlu takut. Karena seperti halnya orang yang terpapar Covid-19 ada yang bergejala dan ada yang tidak, demikian pula untuk vaksinasi dosis ketiga atau booster menggunakan vaksin Moderna atau Azrtrazaneca.

“Booster itu istilahnya penguat, karena vaksin satu dan dua sudah tidak kuat sudah habis. Jadi kita perlu suntikan booster. Sama  dengan Covid, saat kita disuntik booster, ada yang bergejala dan ada tidak. Gejalanya juga ringan dan untuk vaksin Moderna tidak ada yang sampai sesak nafas. Demikian pula Aztrazaneca tidak ada yang sesak nafas. Jadi untuk booster menggunakan Moderna atau Aztrazaneca, aman,” pungkasnya.

Untuk penjelasan dr. Aaron Rumainum mengenai booster dan virus Covid-19 varian Omicron di Papua, lebih jelasnya bisa disaksikan di channel YouTube Cepos TV mulai Jumat (4/2) hari ini. (nat) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya