Saturday, April 12, 2025
21.4 C
Jayapura

Dino Patti Djalal Ungkap Satu Cara Agar Perang Palestina-Israel Berakhir

Mengapa Solusi Politik Two States Solution tidak Pernah Tercapai?

Ia mengaku, solusi politik two states solution ini sebenarnya sudah disepakati oleh Israel dan Palestina termasuk Hamas pada 2017 silam, dan didukung oleh Barat, Timur Tengah, dan masyarakat Internasional.

Solusi politik ini hampir saja tercapai namun tidak pernah menemukan titik temu karena ditentang oleh kelompok keras yang ada di dalam kedua kubu, negara Israel dan Palestina. Lalu akhirnya situasi konflik terus berlanjut.

Menurut mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat itu, tantangan mewujudkan two states solution itu adalah, pertama, lebih dari 10 tahun terakhir tidak pernah ada lagi perundingan antara Israel dan Palestina.

Baca Juga :  The Green Brigade's Serukan Fans Untuk Bersolidaritas Kepada Palestina

Kedua, di Israel, pemerintah Koalisi yang dipimpin oleh PM Netanyahu yang didominasi partai sayap kanan yang menganut garis keras tidak lagi tertarik dengan two states solution.

Sementara di kalangan Palestina, juga muncul kelompok-kelompok yang lebih berniat untuk menghancurkan Israel, daripada menerima two states solution.

“Dengan kata lain, hambatan utama untuk mencapai solusi politik dua negara adalah situasi politik dalam negeri masing-masing,” pungkasnya.

Ketiga, di Palestina sendiri, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dari Kelompok Fatah tidak pernah kompak dengan Kelompok Hamas sejak pemilu tahun 2006.

“Sejak itu mereka bergerak di dunia masing-masing, di wilayah masing-masing. Yang satu di Tepi Barat, yang satu di Gaza. Yang satu moderat, yang satunya lagi keras. Bahkan antara Fatah dan Hamas sempat berkonflik,” kata Dino Djalal. (*)

Baca Juga :  Biden Peringatkan: Akan jadi Kesalahan Besar Jika Israel Ingin Duduki Gaza

Sumber: Jawapos

Mengapa Solusi Politik Two States Solution tidak Pernah Tercapai?

Ia mengaku, solusi politik two states solution ini sebenarnya sudah disepakati oleh Israel dan Palestina termasuk Hamas pada 2017 silam, dan didukung oleh Barat, Timur Tengah, dan masyarakat Internasional.

Solusi politik ini hampir saja tercapai namun tidak pernah menemukan titik temu karena ditentang oleh kelompok keras yang ada di dalam kedua kubu, negara Israel dan Palestina. Lalu akhirnya situasi konflik terus berlanjut.

Menurut mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat itu, tantangan mewujudkan two states solution itu adalah, pertama, lebih dari 10 tahun terakhir tidak pernah ada lagi perundingan antara Israel dan Palestina.

Baca Juga :  PBB Sahkan Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

Kedua, di Israel, pemerintah Koalisi yang dipimpin oleh PM Netanyahu yang didominasi partai sayap kanan yang menganut garis keras tidak lagi tertarik dengan two states solution.

Sementara di kalangan Palestina, juga muncul kelompok-kelompok yang lebih berniat untuk menghancurkan Israel, daripada menerima two states solution.

“Dengan kata lain, hambatan utama untuk mencapai solusi politik dua negara adalah situasi politik dalam negeri masing-masing,” pungkasnya.

Ketiga, di Palestina sendiri, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dari Kelompok Fatah tidak pernah kompak dengan Kelompok Hamas sejak pemilu tahun 2006.

“Sejak itu mereka bergerak di dunia masing-masing, di wilayah masing-masing. Yang satu di Tepi Barat, yang satu di Gaza. Yang satu moderat, yang satunya lagi keras. Bahkan antara Fatah dan Hamas sempat berkonflik,” kata Dino Djalal. (*)

Baca Juga :  Barack Obama Komentari Konflik Israel dan Palestina: Tidak Bisa Dibenarkan

Sumber: Jawapos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya