Friday, November 22, 2024
33.7 C
Jayapura

Kepala BKKBN: Didik Keluarga dengan Asah, Asih, Asuh

JAKARTA-Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) menyoroti tingginya angka perceraian di Indonesia. Menurut Dokter Hasto, penyebab utama tingginya angka perceraian itu karena toxic people.

Hal tersebut disampaikan Dokter Hasto saat menjadi narasumber pada kegiatan Konsolidasi Nasional Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Asrama Haji, Jakarta Timur, pada Jumat (27/10). Sejak 2015, angka perceraian meningkat pesat. Pada 2021 jumlahnya mencapai 581 ribu keluarga yang bercerai, sedangkan jumlah pernikahan setahun 1,9 juta.

”Saat ini, (angka) perceraian tinggi karena banyak keluarga asalnya adalah orang toxic bertemu orang waras, orang waras bertemu orang toxic atau orang toxic bertemu orang toxic akhirnya kelahi terus dan terjadilah perceraian,” kata Hasto.

Baca Juga :  Sangat Menentukan Keberhasilan, Peningkatan Kapasistas Perlu Terus Dilakukan

Menurut Dokter Hasto, mendidik keluarga cukup dengan asah, asih, dan asuh.

”Asah diajari ilmu agama yang baik, asih dikasihi dengan sebaik baiknya, asuh diimunisasi kemudian diberikan perlindungan yang baik,” ujar dokter Hasto.

 

Dalam paparan terkait tema Keluarga, Hasto menjelaskan, pembangunan keluarga adalah fondasi utama tercapainya kemajuan bangsa. BKKBN mendefinisikan pembangunan keluarga itu adalah untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas, yang hidup dalam lingkungan yang sehat.

”Itu pasti harus bisa diwujudkan dengan tujuan meningkatkan kualitas keluarga agar dapat hidup dengan rasa yang aman. Caranya banyak dan kebijakannya bagaimana membangun ketahanan keluarga,” tutur Hasto Wardoyo.

Dia menjelaskan, Indonesia Emas 2045 menjadi tantangan serius karena ada batu loncatan, pada 2030 harus terlampaui dengan baik. Tidak ada yang kelaparan, tidak ada miskin ekstrem dan stunting.

”Seharusnya semua sudah turun jauh. Pendidikan juga harus bagus,” ucap Hasto Wardoyo.

Baca Juga :  Dirut LIB Dicecar 97 Pertanyaan

”Saya titip stuntingStunting itu pasti pendek, mereka yang tadi terlalu muda, terlalu tua, anemia, bayinya stunting. Bayi stunting itu baru umur 40 tahun sudah central obes sehingga mudah terkena penyakit,” terang Hasto Wardoyo.

JAKARTA-Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) menyoroti tingginya angka perceraian di Indonesia. Menurut Dokter Hasto, penyebab utama tingginya angka perceraian itu karena toxic people.

Hal tersebut disampaikan Dokter Hasto saat menjadi narasumber pada kegiatan Konsolidasi Nasional Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Asrama Haji, Jakarta Timur, pada Jumat (27/10). Sejak 2015, angka perceraian meningkat pesat. Pada 2021 jumlahnya mencapai 581 ribu keluarga yang bercerai, sedangkan jumlah pernikahan setahun 1,9 juta.

”Saat ini, (angka) perceraian tinggi karena banyak keluarga asalnya adalah orang toxic bertemu orang waras, orang waras bertemu orang toxic atau orang toxic bertemu orang toxic akhirnya kelahi terus dan terjadilah perceraian,” kata Hasto.

Baca Juga :  8940 Kepala Keluarga di Mimika Dapat Bantuan Sembako

Menurut Dokter Hasto, mendidik keluarga cukup dengan asah, asih, dan asuh.

”Asah diajari ilmu agama yang baik, asih dikasihi dengan sebaik baiknya, asuh diimunisasi kemudian diberikan perlindungan yang baik,” ujar dokter Hasto.

 

Dalam paparan terkait tema Keluarga, Hasto menjelaskan, pembangunan keluarga adalah fondasi utama tercapainya kemajuan bangsa. BKKBN mendefinisikan pembangunan keluarga itu adalah untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas, yang hidup dalam lingkungan yang sehat.

”Itu pasti harus bisa diwujudkan dengan tujuan meningkatkan kualitas keluarga agar dapat hidup dengan rasa yang aman. Caranya banyak dan kebijakannya bagaimana membangun ketahanan keluarga,” tutur Hasto Wardoyo.

Dia menjelaskan, Indonesia Emas 2045 menjadi tantangan serius karena ada batu loncatan, pada 2030 harus terlampaui dengan baik. Tidak ada yang kelaparan, tidak ada miskin ekstrem dan stunting.

”Seharusnya semua sudah turun jauh. Pendidikan juga harus bagus,” ucap Hasto Wardoyo.

Baca Juga :  Para Pengunjuk Rasa Berkumpul Melakukan Protes di Depan Kediaman PM Netanyahu

”Saya titip stuntingStunting itu pasti pendek, mereka yang tadi terlalu muda, terlalu tua, anemia, bayinya stunting. Bayi stunting itu baru umur 40 tahun sudah central obes sehingga mudah terkena penyakit,” terang Hasto Wardoyo.

Berita Terbaru

Belasan Orang Hilang Hingga November 2024

Jangan Ada PSU Maupun Gugatan di MK

DPTb Kota Jayapura 21 Orang

Artikel Lainnya