Di Mina, Tenda Sesak-AC Mati di Suhu 47 Derajat Celsius

Laporan dari Makkah

Kepadatan jemaah haji serta cuaca panas ekstrem di Makkah menjadi tantangan tersendiri dalam prosesi melontar jumrah. Tak terkecuali bagi jemaah haji asal Indonesia. Memasuki hari tasyrik ketiga kemarin (18/6), Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi memberlakukan sejumlah aturan darurat.

Selain imbauan tidak melaksanakan lempar jumrah pada siang-sore hari, otoritas setempat menerapkan sistem buka tutup. Tujuannya, mengatur pergerakan jemaah dari tenda pemondokan di Mina menuju jamarat (tempat pelaksanaan lempar jumrah).

Pantauan Jawa Pos di Mina, sistem buka tutup diberlakukan pada jam-jam padat di jamarat. Misalnya, pada Senin (17/6) sore. Terowongan Mina yang menjadi akses utama jemaah haji dari Mina menuju jamarat ditutup. Sebab, pada sore itu, kawasan jamarat mengalami kepadatan luar biasa. Akibatnya, jemaah di tenda Mina yang hendak menuju jamarat tertahan. ”Saya dan rekan-rekan baru bisa berangkat setelah magrib,” kata Zainuddin, jemaah dari embarkasi Surabaya.

Sistem buka tutup juga diterapkan pada Selasa (18/6). Mulai dini hari hingga subuh. Skema buka tutup juga sempat diberlakukan di jalur jamarat menuju tenda Mina. Akibatnya, sempat terjadi penumpukan jemaah di area jamarat.

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Kemenag RI mengeluarkan imbauan. Seluruh jemaah diminta mematuhi aturan yang ditetapkan pemerintah Saudi. ”Demi keamanan para jemaah, kami mengimbau agar melaksanakan lempar jumrah di waktu-waktu yang ditentukan. Serta, mengikuti seluruh kebijakan yang berlaku,’’ kata Staf Khusus Bidang Media dan Komunikasi Publik Kemenag Wibowo Prasetyo.

Pada bagian lain, Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas merespons sejumlah laporan terkait beberapa kendala layanan jemaah haji, terutama selama di Mina. Yaqut menyebutkan, memang ada sejumlah laporan terkait masalah yang dialami jemaah Indonesia. Mulai matinya AC di beberapa tenda hingga sejumlah tenda yang tak bisa menampung seluruh jemaah.

Dia memastikan bahwa semua keluhan itu sudah direspons PPIH Arab Saudi maupun petugas dari mashariq (penyedia paket layanan haji yang ditetapkan pemerintah Arab Saudi). ”Semua laporan langsung direspons dan dibenahi,” katanya.

Dia mencontohkan saat dirinya mendapat keluhan langsung dari para jemaah di maktab 63 yang belum mendapat tenda. ”Kami minta mashariq untuk menye diakan tenda tambahan. Dan, langsung direspons,” ujarnya.

Demikian pula layanan lain. Semua keluhan juga langsung direspons PPIH maupun mashariq, termasuk sejumlah tenda yang AC-nya sempat mati. Pada Senin (17/6) suhu di Mina mencapai 47 derajat Celsius.

Jemaah Nafar Mulai Meninggalkan Mina

Sementara itu, sejak kemarin (18/6) selepas magrib, sebagian jemaah haji, termasuk dari Indonesia, yang memilih nafar awal (melaksanakan lempar jumrah pada 10–12 Zulhijah) mulai meninggalkan tenda pemondokan di Mina untuk menuju hotel tempat mereka menginap di Makkah.

Para jemaah dijemput dari tenda pemondokan Mina dengan bus yang disediakan PPIH Arab Saudi. ”Semua kami antarkan menuju hotel pemondokan di Makkah,” kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid di Makkah.

Hanya, proses pemulangan para jemaah nafar awal ke pemondokan juga tidak mudah. Sebab, kemarin terjadi kepadatan lalu lintas dari Mina menuju Makkah. Hal itu tak terlepas dari banyaknya jemaah haji dari negara-negara lain yang juga bertolak dari Mina ke Makkah untuk melaksanakan prosesi lanjutan setelah nafar awal, yakni tawaf ifadah dan tawaf wadak di Masjidilharam.

Di Makkah, jemaah akan menyelesaikan prosesi haji dengan tawaf ifadah dan tawaf wadak, lantas jemaah gelombang pertama menunggu waktu pemulangan. Kloter pertama jemaah gelombang pertama akan bertolak ke tanah air pada 22 Juni 2024. Sedangkan jemaah gelombang kedua akan meninggalkan Makkah untuk melakukan ibadah arbain di Madinah.(*/wan/c7/oni)

Laporan dari Makkah

Kepadatan jemaah haji serta cuaca panas ekstrem di Makkah menjadi tantangan tersendiri dalam prosesi melontar jumrah. Tak terkecuali bagi jemaah haji asal Indonesia. Memasuki hari tasyrik ketiga kemarin (18/6), Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi memberlakukan sejumlah aturan darurat.

Selain imbauan tidak melaksanakan lempar jumrah pada siang-sore hari, otoritas setempat menerapkan sistem buka tutup. Tujuannya, mengatur pergerakan jemaah dari tenda pemondokan di Mina menuju jamarat (tempat pelaksanaan lempar jumrah).

Pantauan Jawa Pos di Mina, sistem buka tutup diberlakukan pada jam-jam padat di jamarat. Misalnya, pada Senin (17/6) sore. Terowongan Mina yang menjadi akses utama jemaah haji dari Mina menuju jamarat ditutup. Sebab, pada sore itu, kawasan jamarat mengalami kepadatan luar biasa. Akibatnya, jemaah di tenda Mina yang hendak menuju jamarat tertahan. ”Saya dan rekan-rekan baru bisa berangkat setelah magrib,” kata Zainuddin, jemaah dari embarkasi Surabaya.

Sistem buka tutup juga diterapkan pada Selasa (18/6). Mulai dini hari hingga subuh. Skema buka tutup juga sempat diberlakukan di jalur jamarat menuju tenda Mina. Akibatnya, sempat terjadi penumpukan jemaah di area jamarat.

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Kemenag RI mengeluarkan imbauan. Seluruh jemaah diminta mematuhi aturan yang ditetapkan pemerintah Saudi. ”Demi keamanan para jemaah, kami mengimbau agar melaksanakan lempar jumrah di waktu-waktu yang ditentukan. Serta, mengikuti seluruh kebijakan yang berlaku,’’ kata Staf Khusus Bidang Media dan Komunikasi Publik Kemenag Wibowo Prasetyo.

Pada bagian lain, Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas merespons sejumlah laporan terkait beberapa kendala layanan jemaah haji, terutama selama di Mina. Yaqut menyebutkan, memang ada sejumlah laporan terkait masalah yang dialami jemaah Indonesia. Mulai matinya AC di beberapa tenda hingga sejumlah tenda yang tak bisa menampung seluruh jemaah.

Dia memastikan bahwa semua keluhan itu sudah direspons PPIH Arab Saudi maupun petugas dari mashariq (penyedia paket layanan haji yang ditetapkan pemerintah Arab Saudi). ”Semua laporan langsung direspons dan dibenahi,” katanya.

Dia mencontohkan saat dirinya mendapat keluhan langsung dari para jemaah di maktab 63 yang belum mendapat tenda. ”Kami minta mashariq untuk menye diakan tenda tambahan. Dan, langsung direspons,” ujarnya.

Demikian pula layanan lain. Semua keluhan juga langsung direspons PPIH maupun mashariq, termasuk sejumlah tenda yang AC-nya sempat mati. Pada Senin (17/6) suhu di Mina mencapai 47 derajat Celsius.

Jemaah Nafar Mulai Meninggalkan Mina

Sementara itu, sejak kemarin (18/6) selepas magrib, sebagian jemaah haji, termasuk dari Indonesia, yang memilih nafar awal (melaksanakan lempar jumrah pada 10–12 Zulhijah) mulai meninggalkan tenda pemondokan di Mina untuk menuju hotel tempat mereka menginap di Makkah.

Para jemaah dijemput dari tenda pemondokan Mina dengan bus yang disediakan PPIH Arab Saudi. ”Semua kami antarkan menuju hotel pemondokan di Makkah,” kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid di Makkah.

Hanya, proses pemulangan para jemaah nafar awal ke pemondokan juga tidak mudah. Sebab, kemarin terjadi kepadatan lalu lintas dari Mina menuju Makkah. Hal itu tak terlepas dari banyaknya jemaah haji dari negara-negara lain yang juga bertolak dari Mina ke Makkah untuk melaksanakan prosesi lanjutan setelah nafar awal, yakni tawaf ifadah dan tawaf wadak di Masjidilharam.

Di Makkah, jemaah akan menyelesaikan prosesi haji dengan tawaf ifadah dan tawaf wadak, lantas jemaah gelombang pertama menunggu waktu pemulangan. Kloter pertama jemaah gelombang pertama akan bertolak ke tanah air pada 22 Juni 2024. Sedangkan jemaah gelombang kedua akan meninggalkan Makkah untuk melakukan ibadah arbain di Madinah.(*/wan/c7/oni)