Pengamat Sebut Penentuan Cawapres Jadi Tantangan
JAKARTA – Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) resmi memiliki anngota baru. Itu setelah dua partai parlemen yakni Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) menyatakan dukungannya pada Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada pemilu 2024 mendatang.
Dukungan dideklarasikan langsung kepada Prabowo oleh Ketua Umum (Ketum) Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum PAN Zulkifli Hasan secara bersama di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta kemarin (13/8). Hadir juga dalam kesempatan itu, Ketum PKB Muhaimin Iskandar.
Dengan dukungan ini, Prabowo telah mengantongi 46,09 kursi DPR atau jauh diatas ambang batas Presidential Threshold yang hanya 20 persen. Ketum Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, partainya mendukung Prabowo karena sejumlah alasan.
Pertama, Prabowo lahir dari rahim Partai Golkar. Dia meyakini, sosoknya memiliki visi yang sama dengan Golkar “Kekaryaannya tidak diragukan lagi,” ujarnya.
Selain itu, Airlangga juga menilai Prabowo sebagai capres yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia ke depan. Diakuinya, tantangan bangsa tidaklah mudah. Sebab, Indonesia tengah ada di persimpangan antara menjadi negara maju atau terjebak dalam negara pendapatan menengah. “Pak Prabowo sangat tepat untuk membawa indonesia lolos dari Midle income trap,” imbuhnya.
Kaitannya dengan hasil Munas Golkar yang memberinya mandat sebagai Capres/Cawapres, Airlangga mengaku sudah berdiskusi di internal. Semuanya memberi mandat agar Ketum memutuskan.
Nah, dengan sudah bergabung dengan koalisi, Airlangga menyebut pembicaraan soal cawapres menjadi kesepakatan koalisi. “Sudah disampaikan Pak Prabowo, hal lain akan dibicarakan bersama berempat,” terangnya.
Sementara itu, Ketum PAN Zulkifli Hasan menuturkan, Prabowo bukan sosok baru. Sejak Pilpres 2014 dan 2019, PAN sudah berkoalisi dengan menteri pertahanan tersebut “Kami sudah 10 tahun bareng-bareng dengan Pak Prabowo,” ujarnya.
Zulhas meyakini, kebersamaan itu hanya butuh sedikit kesabaran untuk sukses menggapai target kemenangan di 2024. “Perjuangan 10 tahun akan tuntas,” kata politisi yang menjabat Menteri Perdagangan itu.
Meski sempat dekat dengan PDIP, Zulhas menyebut jika internal PAN pada akhirnya memilih Prabowo. Dia menegaskan, perubahan sikap murni internal tanpa intervensi Presiden. “Dari presiden tidak ada arahan,” terangnya.
Dukungan kedua partai disambut hangat Ketum PKB Muhaimin Iskandar. Cak Imin mengatakan, kedatangan keduanya bak keluarga mendapat anggota baru. Sehingga muncul rasa deg-degan. “Happy sangat bahagia,” jelasnya. Meski koalisi semakin besar, Cak Imin meyakini tidak akan memunculkan persoalan. Jika ada perbedaan – perbedaan, itu bisa dibicarakan dengan musyawarah.
Menanggapi dukungan tersebut, Prabowo mengaku terharu. Terlebih, dukungan datang dari partai-partai yang besar. Baik Golkar, PAN maupun PKB, sudah memiliki sejarah panjang membangun bangsa dengan peran masing-masing. “Ini suatu kehormatan bagi saya,” ujarnya. Dengan kepercayaan yang besar, disisi lain membuatnya bertekad untuk tidak mengecewakan.
Soal adakah campur tangan Jokowi dalam deklarasi keempat partai, Prabowo membantahnya. Dia menyebut Jokowi sangat demokratis, sehingga sangat menghormati independensi dan hak setiap parpol. “Apapun keputusan partai, partai apapaun, pengalaman saya dan keyakinan saya, saya kira semua ketum beliau tidak akanmelarang, mendikte,” tegasnya.
Dia mencontohkan pada apa yang dialami Partai Perindo. Awalnya, Perindo menyatakan mendukung dirinya. Namun kemudian berubah haluan dengan mendukung Ganjar.
“Presiden Jokowi tidak campur tangan sama sekali,” jelasnya. Disinggung soal posisi cawapres di tengah koalisi yang kian gemuk, Prabowo berkomitmen untuk mengedepankan diskusi dalam menentukan.
Terpisah, calon presiden dari PDIP Ganjar Pranowo menanggapi santai deklarasi Golkar dan PAN untuk Prabowo. Baginya itu hal yang biasa saja dalam proses demokrasi. Dia pun menghormati sikap masing-masing partai. “Jadi, saya menghormati atas keputusan yang diambil oleh partai siapapun mereka dan kemanapun mereka,” kata Ganjar di Kota Semarang.
Ganjar mengatakan, saat ini semua partai sedang bernegosiasi untuk menentukan arah politik mereka. Pihaknya juga terus menjalin komunikasi dengan partai lain, baik yang sudah mendukung maupun yang belum mendukung.
Terkait semakin banyaknya partai politik yang merapat ke Prabowo, Ganjar mengatakan bergabungnya partai mengeroyok PDIP dalam gelaran Pilpres sudah pernah terjadi. Persisnya pada Pemilu 2014. Saat itu partai yang mendukung Prabowo sangat banyak untuk melawan Jokowi. “Kejadian ini kita catat dalam perjalannya dan selalu ada dinamika yang berubah,” terangnya.
Ganjar justru mengucapkan selamat kepada Golkar dan PAN atas keputusannya bergabung ke Koalisi Gerindra dan PKB. Ia mengajak semua pihak untuk menjaga demokrasi agar berjalan baik.
Bacapres Koalisi Perubahan Anies Baswedan juga menanggapi santai deklarasi PAN dan Golkar. Baginya, itu bukan hal baru. Sebab sejak lama sudah diketahui tidak memberikan dukungan kepadanya. “Kan memang dari dulu bukan bagian dari koalisi kami,” ujarnya disela-sela kunjungan di Jawa Tengah.
Bahkan sebelum KPP hadir, kata Anies, sikap kedua partai sudah jelas. Bedanya, dulu berwajah Koalisi Indonesia Bersatu. Atas dasar itu, pihaknya menghormati keputusan itu. Soal strategi menghadapi lawan dengan koalisi besar, Anies enggan membeberkan. “Kalaupun ada ya tidak disampaikan ya,” imbuhnya.
Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Habib Aboe Bakar Alhabsy menambahkan, Deklarasi PAN-Golkar memiliki sisi positif. Sebab membuat peta Pilpres menjadi jelas. “Dengan demikian dapat disimpulkan hanya akan ada 3 Bacapres pada Pemilu 2024 nanti,” terangnya.
Aboe menegaskan, adanya tiga pasang calon dalam Pilpres 2024 adalah kondisi yang cukup ideal untuk mengurangi polarisasi yang timbul akibat kontestasi. Pihaknya berharap, realitas hanya diikuti dua capres tidak lagi terjadi. “Jangan sampai pengalaman Pemilu kemarin terulang,” ungkapnya.
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin menilai deklarasi Golkar dan PAN memperjelas posisi Jokowi. Koalisi ini sejalan dengan wacana koalisi besar yang mencuat saat keempat partai bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di DPP PAN pada awal April 2023 lalu.
“Ini sudah sesuai dengan skenario koalisi besar ya, yang dulu diskemakan oleh Jokowi ketika pertemuan di DPP PAN,” jelas Ujang. Ia lantas menyoroti simbol-simbol politik yang menguatkan analisisnya. Salah satunya, terlalu kebetulan jika PAN dan Golkar mengumumkan dukungan untuk Prabowo di hari dan lokasi yang sama. Untuk itu, ia menganalisis jika ini merupakan bagian dari dukungan Jokowi untuk Prabowo.
“Itu kemungkinan ada arahan itu, kalau tidak ada arahan, pasti harinya berbeda, tempatnya berbeda gitu loh,” jelas Ujang.
Lebih lanjut Ujang menyebut, bergabungnya Golkar serta PAN dapat menjadi kekuatan besar yang signifikan bagi Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) untuk bertarung di Pilpres 2024 nanti. Dengan catatan koalisi terus solid.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Algoritma Aditya Perdana berpendapat, tambahan dukungan menjadi kekuatan bagi Prabowo. Namun di sisi lain, juga menambah tantangan dalam pemilihan cawapres.
Sebelumnya, praktis sebatas PKB yang ngotot mengusulkan nama cawapres yakni Muhaimin Iskandar. Namun seperti diketahui, baik PAN maupun Golkar sudah memiliki kandidat masing-masing. Yakni Erick Thohir yang diusulkan PAN, serta Airlangga Hartarto/Ridwan Kamil yang disodorkan Golkar. “Tentu tidak mudah diputuskan dalam koalisi,” pungkasnya. (far/lum)