Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Dr Kenius: Saya dan Anda Adalah Buah Perjuangan

JAYAPURA – Hari pahlawan yang ditetapkan melalui Keppres No. 316 tahun 1959 sepatutnya menjadi momentum  yang bisa digunakan untuk merefleksi bahwa kondisi saat ini tak lepas dari semua buah perjuangan yang dilakukan para pejuang dulu.

Sesudah kemerdekaan ada satu peristiwa konfrontasi besar di Surabaya dimana arek-arek Suroboyo melawan serdadu NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dan AFNEI (Alied Forces Netherlands East Indies) yang bermula dari Hotel Yamato.

Peristiwa ini dipimpin oleh Sutomo, K.H.Hasyim Assyari dan Wahab Hasbullah  dan dalam pertempurannya melawan penjajah telah menewaskan ribuan korban jiwa dimana dari Indonesia diperkirakan 16.000 sementara pihak Inggris dan Belanda diperkirakan berjumlah 2000 orang.

“Saya melihat peristiwa 10 November bukanlah peristiwa biasa-biasa, tetapi akumulasi dari semua jasa dan pengorbanan para pahlawan yang gigih berjuang mati-matian,” kata Dr Kenius Kogoya, Ketua DPD Hanura Provinsi Papua mengomentari hari pahlawan dalam rilisnya, Jumat (11/11).

Ia mengomentari ini karena khawatir dengan degradasi moral bagi generasi muda terhadap nilai – nilai perjuangan  dampak dari kemajuan teknologi yang memanjakan.  Kenius menyebut bahwa ia dan semua generasi saat ini adalah generasi yang hidup di alam kemerdekaan. “Saya dan anda adalah buah dari perjuangan tadi,” tambahnya.

Baca Juga :  Kabur ke Pasir II, Pelaku Curas Tak Berkutik Saat Dijemput

  Namun catatan yang diberikan adalah apa yang menjadi hikmah yang perlu kita refleksikan dan lakukan sebagai wujud penghormatan atas harga, jasa dan semangat para pahlawan ketika itu.

“Jika kita bercermin pada kata- kata pemantik semangat nasionalisme yang musti kita amalkan bahwa ‘Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghormati jasa Pahlawannya’, maka  ini harus direfleksikan kembali,” kata Ketua Umum KONI Papua ini.

  Generasi saat ini dirasa perlu untuk merenung momentum di Hotel Yamato tersebut dimana ribuan pejuang gugur untuk masa depan bangsa yang sedang dinikmati seperti sekarang. Kuatnya pengaruh teknologi sebisa mungkin jangan menggadaikan rasa bangga dan sikap patriotisme untuk  bangsa. Yang bisa dilakukan kata Kenius adalah mengisi dan membuktikan bahwa perjuangan dulu ada hasilnya dan itu membanggakan.

Baca Juga :  KPU RI Jadi Tim Penilai Independen Pemilu Filipina

“Api keteladanan harus terus menyala lewat dua hal yakni semangat persatuan pahlawan yang merajut kasih persaudaraan,  merekatkan solidaritas dengan tidak membeda-bedakan suku, agama dan tetapi nyatakan corak kebinekaan dan mengedepankan toleransi dan kedua adalah kobarkan jiwa patriotisme,” imbuhnya.

Kata Kenius, jiwa patriotism ini harus diejawantakan dalam pembangunan daerah yang lebih menekankan pada aspek nasionalisme dan pertahanan keamanan sehingga tidak muda dicerai beraikan karena susupan berbagai isu dan kepentingan yang mengancam keutuhan bangsa.

“Patriotisme harus diterjemahkan dalam semangat revolusi mental yang dapat membantu perubahan pola pikir, cara pandang dan gaya hidup lewat sikap dan tindakan dalam  mengelolah bangsa ini sehingga kita menjadi bangsa yang kuat secara sumberdaya manusia, sumberdaya ekonomi dan pertahanan keamanan,” tutupnya. (ade/oel/tri)

JAYAPURA – Hari pahlawan yang ditetapkan melalui Keppres No. 316 tahun 1959 sepatutnya menjadi momentum  yang bisa digunakan untuk merefleksi bahwa kondisi saat ini tak lepas dari semua buah perjuangan yang dilakukan para pejuang dulu.

Sesudah kemerdekaan ada satu peristiwa konfrontasi besar di Surabaya dimana arek-arek Suroboyo melawan serdadu NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dan AFNEI (Alied Forces Netherlands East Indies) yang bermula dari Hotel Yamato.

Peristiwa ini dipimpin oleh Sutomo, K.H.Hasyim Assyari dan Wahab Hasbullah  dan dalam pertempurannya melawan penjajah telah menewaskan ribuan korban jiwa dimana dari Indonesia diperkirakan 16.000 sementara pihak Inggris dan Belanda diperkirakan berjumlah 2000 orang.

“Saya melihat peristiwa 10 November bukanlah peristiwa biasa-biasa, tetapi akumulasi dari semua jasa dan pengorbanan para pahlawan yang gigih berjuang mati-matian,” kata Dr Kenius Kogoya, Ketua DPD Hanura Provinsi Papua mengomentari hari pahlawan dalam rilisnya, Jumat (11/11).

Ia mengomentari ini karena khawatir dengan degradasi moral bagi generasi muda terhadap nilai – nilai perjuangan  dampak dari kemajuan teknologi yang memanjakan.  Kenius menyebut bahwa ia dan semua generasi saat ini adalah generasi yang hidup di alam kemerdekaan. “Saya dan anda adalah buah dari perjuangan tadi,” tambahnya.

Baca Juga :  KPU RI Jadi Tim Penilai Independen Pemilu Filipina

  Namun catatan yang diberikan adalah apa yang menjadi hikmah yang perlu kita refleksikan dan lakukan sebagai wujud penghormatan atas harga, jasa dan semangat para pahlawan ketika itu.

“Jika kita bercermin pada kata- kata pemantik semangat nasionalisme yang musti kita amalkan bahwa ‘Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghormati jasa Pahlawannya’, maka  ini harus direfleksikan kembali,” kata Ketua Umum KONI Papua ini.

  Generasi saat ini dirasa perlu untuk merenung momentum di Hotel Yamato tersebut dimana ribuan pejuang gugur untuk masa depan bangsa yang sedang dinikmati seperti sekarang. Kuatnya pengaruh teknologi sebisa mungkin jangan menggadaikan rasa bangga dan sikap patriotisme untuk  bangsa. Yang bisa dilakukan kata Kenius adalah mengisi dan membuktikan bahwa perjuangan dulu ada hasilnya dan itu membanggakan.

Baca Juga :  Pelaku Usaha Tetap Was Was!

“Api keteladanan harus terus menyala lewat dua hal yakni semangat persatuan pahlawan yang merajut kasih persaudaraan,  merekatkan solidaritas dengan tidak membeda-bedakan suku, agama dan tetapi nyatakan corak kebinekaan dan mengedepankan toleransi dan kedua adalah kobarkan jiwa patriotisme,” imbuhnya.

Kata Kenius, jiwa patriotism ini harus diejawantakan dalam pembangunan daerah yang lebih menekankan pada aspek nasionalisme dan pertahanan keamanan sehingga tidak muda dicerai beraikan karena susupan berbagai isu dan kepentingan yang mengancam keutuhan bangsa.

“Patriotisme harus diterjemahkan dalam semangat revolusi mental yang dapat membantu perubahan pola pikir, cara pandang dan gaya hidup lewat sikap dan tindakan dalam  mengelolah bangsa ini sehingga kita menjadi bangsa yang kuat secara sumberdaya manusia, sumberdaya ekonomi dan pertahanan keamanan,” tutupnya. (ade/oel/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya