Sejak hari kedua seusai kebakaran, BMI telah mendirikan posko pengaduan. Dari pendataan, BMI mengetahui adanya PMI yang hilang, pekerja yang mengungsi di shelter penampungan sementara, hingga korban meninggal. Dengan adanya laporan-laporan tersebut, BMI lebih mudah mendeteksi kebutuhan PMI yang tidak didapatkan di sebagian besar tempat pengumpulan donasi.
”Jadi ada beberapa barang yang tidak ada, misalnya pakaian dalam, kemudian mukena, jilbab, obat-obatan masuk angin, dan lain sebagainya. Termasuk sepatu, HP, octopus semacam kartu transportasi, nah, itu yang coba kita penuhi,” terang Sringatin.
Dia juga menyoroti maraknya aksi penipuan yang muncul setelah insiden kebakaran. Mulai dari pihak yang mengaku sebagai petugas asuransi dan orang yang mengaku bisa mengatur masalah kepulangan jenazah dengan cepat dengan imbalan tertentu. Ada pula orang yang mengaku bagian dari anggota keluarga korban meninggal untuk mencairkan dana bantuan dan lainnya.
Sringatin menyayangkan hal tersebut lantaran bocornya data para korban meninggal. Hal itu membuat pihak keluarga korban yang tengah berduka justru dijadikan sasaran penipuan. ”Keluarga mengadukan pada kami bahwa ada orang-orang yang langsung datang ke rumahnya, kemudian ada menyebarkan foto KK-korban untuk open donasi,” ujar Sringatin. (mia/aph)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos
Sejak hari kedua seusai kebakaran, BMI telah mendirikan posko pengaduan. Dari pendataan, BMI mengetahui adanya PMI yang hilang, pekerja yang mengungsi di shelter penampungan sementara, hingga korban meninggal. Dengan adanya laporan-laporan tersebut, BMI lebih mudah mendeteksi kebutuhan PMI yang tidak didapatkan di sebagian besar tempat pengumpulan donasi.
”Jadi ada beberapa barang yang tidak ada, misalnya pakaian dalam, kemudian mukena, jilbab, obat-obatan masuk angin, dan lain sebagainya. Termasuk sepatu, HP, octopus semacam kartu transportasi, nah, itu yang coba kita penuhi,” terang Sringatin.
Dia juga menyoroti maraknya aksi penipuan yang muncul setelah insiden kebakaran. Mulai dari pihak yang mengaku sebagai petugas asuransi dan orang yang mengaku bisa mengatur masalah kepulangan jenazah dengan cepat dengan imbalan tertentu. Ada pula orang yang mengaku bagian dari anggota keluarga korban meninggal untuk mencairkan dana bantuan dan lainnya.
Sringatin menyayangkan hal tersebut lantaran bocornya data para korban meninggal. Hal itu membuat pihak keluarga korban yang tengah berduka justru dijadikan sasaran penipuan. ”Keluarga mengadukan pada kami bahwa ada orang-orang yang langsung datang ke rumahnya, kemudian ada menyebarkan foto KK-korban untuk open donasi,” ujar Sringatin. (mia/aph)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos