Friday, April 26, 2024
26.7 C
Jayapura

Adat Jangan Lagi Gadaikan Kesulungan

Ketua MRP, Timotius Murib. 

JAYAPURA – Majelis Rakyat Papua (MRP) rupanya ikut melihat perkembangan yang terjadi di tengah masyarakat adat beberapa waktu terakhir. Tak bisa dipungkiri banyaknya orang luar yang datang ke Papua dengan tujuan tertentu lebih memilih menggandeng adat sebagai pintu masuk. Mirisnya kedatangan pihak luar ini dengan sejumlah embel – embel atau bisa dibilang bingkisan menarik yang akhirnya masyarakat adat juga tergoda. Dan sebagai bentuk penghargaan kepada pihak pemberi bingkisan ini akhirnya   diberikanlah pengakuan-pengakuan atau julukan kepada orang tersebut.

 Nah MRP meminta hal-hal seperti ini tak lagi dilakukan oleh masyarakat adat karena bagaimanapun juga yang namanya gelar,  julukan dari satu kelompok suku atau masyarakat adat tertentu tak bisa diberikan untuk orang luar yang bukan dari kelompok yang sama. “Ini karena gelar tersebut sudah turun temurun diberikan oleh nenek moyang dan menjadi jati diri bagi masyarakat suku atau kelompok tersebut. Gelar adat ini tak elok diberikan kepada pihak yang tak ada kaitannya dengan suku tersebut,” beber Ketua MRP, Timotius Murib. 

Baca Juga :  Satu Minggu Lebih, Jenasah Mr X Belum Dikenali

 Begitu pula bila ingin diberikan kepada sosok dalam satu kelompok juga harus ada penilaian dan pertimbangan yang matang karena namanya gelar harus dilihat dari rekam jejak dan kontribusi yang sudah dilakukan. “Bisa dibilang jika bicara gelar adat atau julukan ini sudah bicara soal kesulungan atau jatidiri tadi. Jangan karena ada orang luar datang kemudian diberikan begitu saja. Lalu setelah itu orang tersebut pergi dan tak kembali lagi sehingga terkesan mudah sekali mendapat pengakuan. Kami minta masyarakat adat memahami ini,” tegas Timotius.

 Senada disampaikan John Gobay, Sekretaris II Dewan Adat Papua yang melihat kondisi serupa. “Saya beberapa kali melihat itu (pemberian gelar) dan saya geli. Orang luar ini datang mau apa dan sudah bikin apa sampai harus dihargai dengan status adat. Sudah banyak terjadi dimana kerena kepentingan sesaat misalnya politik akhirnya gelar – gelar ini diberikan. Dengan kita menerima dengan tangan terbuka itu sudah menghargai, tak perlu menggadaikan kesulungan lagi,” sindirnya. (ade/wen)

Baca Juga :  Musim Hujan Tak Berpengaruh dalam Suplai Air ke Pelanggan
Ketua MRP, Timotius Murib. 

JAYAPURA – Majelis Rakyat Papua (MRP) rupanya ikut melihat perkembangan yang terjadi di tengah masyarakat adat beberapa waktu terakhir. Tak bisa dipungkiri banyaknya orang luar yang datang ke Papua dengan tujuan tertentu lebih memilih menggandeng adat sebagai pintu masuk. Mirisnya kedatangan pihak luar ini dengan sejumlah embel – embel atau bisa dibilang bingkisan menarik yang akhirnya masyarakat adat juga tergoda. Dan sebagai bentuk penghargaan kepada pihak pemberi bingkisan ini akhirnya   diberikanlah pengakuan-pengakuan atau julukan kepada orang tersebut.

 Nah MRP meminta hal-hal seperti ini tak lagi dilakukan oleh masyarakat adat karena bagaimanapun juga yang namanya gelar,  julukan dari satu kelompok suku atau masyarakat adat tertentu tak bisa diberikan untuk orang luar yang bukan dari kelompok yang sama. “Ini karena gelar tersebut sudah turun temurun diberikan oleh nenek moyang dan menjadi jati diri bagi masyarakat suku atau kelompok tersebut. Gelar adat ini tak elok diberikan kepada pihak yang tak ada kaitannya dengan suku tersebut,” beber Ketua MRP, Timotius Murib. 

Baca Juga :  ASN Asal  Intan Jaya Magang di Pemkot Jayapura

 Begitu pula bila ingin diberikan kepada sosok dalam satu kelompok juga harus ada penilaian dan pertimbangan yang matang karena namanya gelar harus dilihat dari rekam jejak dan kontribusi yang sudah dilakukan. “Bisa dibilang jika bicara gelar adat atau julukan ini sudah bicara soal kesulungan atau jatidiri tadi. Jangan karena ada orang luar datang kemudian diberikan begitu saja. Lalu setelah itu orang tersebut pergi dan tak kembali lagi sehingga terkesan mudah sekali mendapat pengakuan. Kami minta masyarakat adat memahami ini,” tegas Timotius.

 Senada disampaikan John Gobay, Sekretaris II Dewan Adat Papua yang melihat kondisi serupa. “Saya beberapa kali melihat itu (pemberian gelar) dan saya geli. Orang luar ini datang mau apa dan sudah bikin apa sampai harus dihargai dengan status adat. Sudah banyak terjadi dimana kerena kepentingan sesaat misalnya politik akhirnya gelar – gelar ini diberikan. Dengan kita menerima dengan tangan terbuka itu sudah menghargai, tak perlu menggadaikan kesulungan lagi,” sindirnya. (ade/wen)

Baca Juga :  Satu Minggu Lebih, Jenasah Mr X Belum Dikenali

Berita Terbaru

Artikel Lainnya