Friday, April 26, 2024
29.7 C
Jayapura

Raih Best In Talent, Namun Kesulitan Pulang  ke Papua

JAYAPURA-Perjalanan Ezterlin Baransano, wakil Papua dalam kancah Puteri Ekowisata Indonesia tahun 2022 di Bali pada 25 November pekan kemarin berbuah manis. Meski tak berhasil meraih juara umum namun puteri asal Sarmi ini  dinobatkan sebagai Puteri Ekowisata Indonesia 2022 Best in Talent.

  Sebuah capaian yang patut disyukuri tentunya mengingat ini pertama kalinya Ezter terjun ke dunia model dan eko wisata. Apalagi dalam grand final yang digelar di 100 Sunset Kuta Hotel, Kabupaten Badung, Bali, ia harus bertarung dengan 28 finalis dari seluruh Indonesia.   

   Sebelumnya para finalis mengikuti masa Pra Karantina selama dua bulan secara online yakni berupa pembekalan oleh narasumber, lalu Pra Karantina secara offline selama 3 hari dan berlanjut ke malam puncak grand final.

  “Saya sangat senang bisa mewakili Papua, dan bisa mendapat gelar Puteri Ekowisata Indonesia 2022 Best in Talent. Ini patut saya syukuri karena ada pengalaman baru yang memotivasi. Event ini membuka memberi banyak wawasan,” kata Ezter   melalui ponselnya, Minggu  (27/11).   

Baca Juga :  Sopir Taksi Waena – Abepura Tetap Mogok Sampai Ada Hasil

   Diakui tak mudah untuk bisa terus lolos apalagi harus bersaing di tiga besar apalagi diakui banyak perwakilan provinsi lain yang datang dengan kesiapan yang lebih matang.

Selain itu kata Ezter ia melihat support dari keluarga maupun pemerintah terhadap wakil masing – masing daerah terasa sekali. “Sesuai dengan visi saya yaitu muda, menginspirasi dan berwawasan lingkungan. Saya siap menjadi anak muda yang menginspirasi dan mampu bekerja sama dengan  berbagai pihak untuk mempromosikan ekowisata di Papua,” kata Ezter.

  Ia melihat dari pengalamannya dalam event pemilihan putera puteri  eko wisata ini memberinya banyak bekal untuk bisa terjun ke lapangan mempromosikan potensi wisata.

Hanya sayangnya dari perjalanan hingga ke Bali ini ternyata bukan tanpa suka duka. Setelah pemilihan pada Jumat pekan kemarin hingga Minggu (27/11) Ezter dan mentornya, Eunike Yunita masih tertahan di Bali karena kesulitan untuk pulang ke Papua. Keduanya belum mendapatkan uang tiket untuk kembali ke Papua.

“Ya memang kondisinya kami tidak mendapat sponsor yang melekat sehingga saat ini kami masih kebingungan untuk kembali ke Jayapura,” kata Eunike tadi malam.

Baca Juga :  Potensi Gizi Buruk Diperparah Jika Stunting Tidak Ditangani Baik

   Ia menyampaikan saat berangkat ia dan Ezter sempat dibantu Danrem, Jo Sembiring dan diberi uang saku oleh penjabat wali kota, namun semua telah digunakan untuk akomodasi dan keperluan kostum dan lainnya.

   “Sebenarnya bapak walikota maupun pak Sekda Provinsi sudah berusaha membantu dengan memberi disposisi tapi masih terkendala sepertinya. Ada staf yang menghubungi meminta kami beli tiket sendiri dan nanti diganti. Cuma persoalannya untuk beli tiket ini yang memang tidak ada,” sambung Eunike.

   Ia sendiri sempat berkomunikasi dengan Bupati Sarmi yang ketika itu hendak ke Bali namun ini tak terealisasi. “Kemarin kami undang pak bupati (bupati Sarmi) untuk menyempatkan diri nonton malam grand final, karena informasinya beliau akan ke Bali, tapi beliau tidak merespon pesan WA kami sampai sekarang. Yah semoga bisa segera dibantu karena kami tidak bisa berlama – lama juga,” tutup Eunike. (ade/tri)

JAYAPURA-Perjalanan Ezterlin Baransano, wakil Papua dalam kancah Puteri Ekowisata Indonesia tahun 2022 di Bali pada 25 November pekan kemarin berbuah manis. Meski tak berhasil meraih juara umum namun puteri asal Sarmi ini  dinobatkan sebagai Puteri Ekowisata Indonesia 2022 Best in Talent.

  Sebuah capaian yang patut disyukuri tentunya mengingat ini pertama kalinya Ezter terjun ke dunia model dan eko wisata. Apalagi dalam grand final yang digelar di 100 Sunset Kuta Hotel, Kabupaten Badung, Bali, ia harus bertarung dengan 28 finalis dari seluruh Indonesia.   

   Sebelumnya para finalis mengikuti masa Pra Karantina selama dua bulan secara online yakni berupa pembekalan oleh narasumber, lalu Pra Karantina secara offline selama 3 hari dan berlanjut ke malam puncak grand final.

  “Saya sangat senang bisa mewakili Papua, dan bisa mendapat gelar Puteri Ekowisata Indonesia 2022 Best in Talent. Ini patut saya syukuri karena ada pengalaman baru yang memotivasi. Event ini membuka memberi banyak wawasan,” kata Ezter   melalui ponselnya, Minggu  (27/11).   

Baca Juga :  Miris, Hp Android Namun Tak Paham Fungsi Tempat Sampah

   Diakui tak mudah untuk bisa terus lolos apalagi harus bersaing di tiga besar apalagi diakui banyak perwakilan provinsi lain yang datang dengan kesiapan yang lebih matang.

Selain itu kata Ezter ia melihat support dari keluarga maupun pemerintah terhadap wakil masing – masing daerah terasa sekali. “Sesuai dengan visi saya yaitu muda, menginspirasi dan berwawasan lingkungan. Saya siap menjadi anak muda yang menginspirasi dan mampu bekerja sama dengan  berbagai pihak untuk mempromosikan ekowisata di Papua,” kata Ezter.

  Ia melihat dari pengalamannya dalam event pemilihan putera puteri  eko wisata ini memberinya banyak bekal untuk bisa terjun ke lapangan mempromosikan potensi wisata.

Hanya sayangnya dari perjalanan hingga ke Bali ini ternyata bukan tanpa suka duka. Setelah pemilihan pada Jumat pekan kemarin hingga Minggu (27/11) Ezter dan mentornya, Eunike Yunita masih tertahan di Bali karena kesulitan untuk pulang ke Papua. Keduanya belum mendapatkan uang tiket untuk kembali ke Papua.

“Ya memang kondisinya kami tidak mendapat sponsor yang melekat sehingga saat ini kami masih kebingungan untuk kembali ke Jayapura,” kata Eunike tadi malam.

Baca Juga :  Warning Bagi yang Parkir di Jembatan Youtefa

   Ia menyampaikan saat berangkat ia dan Ezter sempat dibantu Danrem, Jo Sembiring dan diberi uang saku oleh penjabat wali kota, namun semua telah digunakan untuk akomodasi dan keperluan kostum dan lainnya.

   “Sebenarnya bapak walikota maupun pak Sekda Provinsi sudah berusaha membantu dengan memberi disposisi tapi masih terkendala sepertinya. Ada staf yang menghubungi meminta kami beli tiket sendiri dan nanti diganti. Cuma persoalannya untuk beli tiket ini yang memang tidak ada,” sambung Eunike.

   Ia sendiri sempat berkomunikasi dengan Bupati Sarmi yang ketika itu hendak ke Bali namun ini tak terealisasi. “Kemarin kami undang pak bupati (bupati Sarmi) untuk menyempatkan diri nonton malam grand final, karena informasinya beliau akan ke Bali, tapi beliau tidak merespon pesan WA kami sampai sekarang. Yah semoga bisa segera dibantu karena kami tidak bisa berlama – lama juga,” tutup Eunike. (ade/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya