Pihak Perusahaan Akui Salah Soal Temuan Satwa Dilindungi

JAYAPURA – Diamankannya 16 satwa dilindungi dari lokasi proyek pembangunan Rumah Sakit Vertikal di Konya, Padang Bulan, Abepura mendapat sorotan dari volunteer  Greenpeace Indonesia, Papua.

Pekerjaan pembangunan yang dilakukan oleh salah satu anak cabang BUMN PT Brantas Abipraya ini  kedapatan mendirikan kandang di lokasi pembangunan rumah sakit dan di dalamnya terdapat sejumlah satwa dilindungi.

  “Kami berharap ini dituntaskan, sebab satwa – satwa ini tidak datang dengan sendirinya kesitu (kandang),” kata Orpha Novita Josua, Volunteer Greenpeace Indonesia, Papua, Minggu (23/6).

   Ia menyayangkan perusahaan berlabel BUMN yang sejatinya bekerja untuk kepentingan negara justru memberi contoh yang menyalahi. Dikatakan jika beralasan untuk menampilkan hal – hal yang berkearifan lokal tentunya masih banyak cara yang bisa dilakukan tanpa harus memelihara satwa dilindungi yang terancam punah.

“Kalau ada alasan untuk menampilkan sesuatu yang berkearifan lokal  masih banyak jenis noken, ukiran kayu, batik Papua dan itu bisa digunakan, bukan justru mengumpulkan hewan – hewan yang terancam punah,” sindir Orpha.

   Ia berpendapat bahwa hal – hal semacam ini sepatutnya sudah diberitahu oleh pihak BUMN untuk bisa menghargai kearifan lokal. Bukan justru memelihara dan mengkandangkan karena dengan sendirinya akan mengubah karakter satwa itu sendiri.

   Sementara pelaksana lapangan  pembangunan rumah sakit, Rosadi mengakui kesalahan pihaknya. “Kami akui salah dan kami siap dibimbing untuk ke depannya. Satwa – satwa ini bukan kami mencari tapi orang datang menawarkan, hanya kami salah karena tidak meminta petunjuk dari BBKSDA,”  akunya.

  Iapun siap untuk satwa ini dilepasliarkan. “Sekali lagi tak ada niat untuk membawa keluar Papua. Ada burung yang waktu datang sakit, tapi setelah kami rawat sudah membaik dan kini kami serahkan semua ke BBKSDA. Kami akui kami salah,” imbuhnya.

   Pihak perusahaan juga cukup kooperatif dan menyatakan siap memberikan klarifikasi jika dibutuhkan. “Ini pembelajaran bagi kami untuk ke depan lebih berhati – hati dan membantu menjaga satwa dilindungi,” tutupnya. (ade/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Diamankannya 16 satwa dilindungi dari lokasi proyek pembangunan Rumah Sakit Vertikal di Konya, Padang Bulan, Abepura mendapat sorotan dari volunteer  Greenpeace Indonesia, Papua.

Pekerjaan pembangunan yang dilakukan oleh salah satu anak cabang BUMN PT Brantas Abipraya ini  kedapatan mendirikan kandang di lokasi pembangunan rumah sakit dan di dalamnya terdapat sejumlah satwa dilindungi.

  “Kami berharap ini dituntaskan, sebab satwa – satwa ini tidak datang dengan sendirinya kesitu (kandang),” kata Orpha Novita Josua, Volunteer Greenpeace Indonesia, Papua, Minggu (23/6).

   Ia menyayangkan perusahaan berlabel BUMN yang sejatinya bekerja untuk kepentingan negara justru memberi contoh yang menyalahi. Dikatakan jika beralasan untuk menampilkan hal – hal yang berkearifan lokal tentunya masih banyak cara yang bisa dilakukan tanpa harus memelihara satwa dilindungi yang terancam punah.

“Kalau ada alasan untuk menampilkan sesuatu yang berkearifan lokal  masih banyak jenis noken, ukiran kayu, batik Papua dan itu bisa digunakan, bukan justru mengumpulkan hewan – hewan yang terancam punah,” sindir Orpha.

   Ia berpendapat bahwa hal – hal semacam ini sepatutnya sudah diberitahu oleh pihak BUMN untuk bisa menghargai kearifan lokal. Bukan justru memelihara dan mengkandangkan karena dengan sendirinya akan mengubah karakter satwa itu sendiri.

   Sementara pelaksana lapangan  pembangunan rumah sakit, Rosadi mengakui kesalahan pihaknya. “Kami akui salah dan kami siap dibimbing untuk ke depannya. Satwa – satwa ini bukan kami mencari tapi orang datang menawarkan, hanya kami salah karena tidak meminta petunjuk dari BBKSDA,”  akunya.

  Iapun siap untuk satwa ini dilepasliarkan. “Sekali lagi tak ada niat untuk membawa keluar Papua. Ada burung yang waktu datang sakit, tapi setelah kami rawat sudah membaik dan kini kami serahkan semua ke BBKSDA. Kami akui kami salah,” imbuhnya.

   Pihak perusahaan juga cukup kooperatif dan menyatakan siap memberikan klarifikasi jika dibutuhkan. “Ini pembelajaran bagi kami untuk ke depan lebih berhati – hati dan membantu menjaga satwa dilindungi,” tutupnya. (ade/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya